31 December 2012

Jatuh Cinta Setiap Hari

Cinta adalah satu kata yang takkan habis dibicarakan manusia. Ada banyak definisi tentang cinta, namun bisakah kita sepakat akan satu hal : Cinta sejati adalah ketika kita memberi atau berkorban kepada yang kita cintai bukan meminta atau menuntut sesuatu darinya. Cinta sejati tak mengharap imbalan atau balasan. Ketika seseorang menuntut imbalan maka sesungguhnya ia sedang mencintai keinginannya sendiri yang ia harapkan peroleh dari orang yang ia cintai. Cinta sejati tidak terkotori oleh ambisi pribadi.

Cinta sejati tidak didasarkan pada sesuatu yang bersifat sementara. Ia abadi tak lekang oleh zaman. Ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia tidak didasari oleh wajah yang rupawan, harta yang melimpah atau perilaku yang menawan. Cinta sejati datang dari dalam (subjek) bukan dari luar (objek). Jika cinta datang dari luar, maka ia akan berubah mengikuti perubahan orang yang dicintai tersebut. Misal jika cinta didasari pada wajah yang rupawan maka ketika wajah berubah cinta pun berubah. Jika cinta didasari pada perilaku yang menawan maka ketika perilaku orang yang dicintai berubah cintapun akan berubah.

Jika cinta datang dari dalam maka betapapun berubahnya seseorang yang dicintai tak akan mengubah cintanya. Betapapun ternyata orang yang dicintainya membencinya sekalipun tak akan mengurangi kadar cintanya. Cacian atau makian tak akan mampu mengurangi kadar cintanya.

Jika cinta datang dari dalam diri maka cinta tak perlu dicari karena ia senantiasa hadir dalam diri. Karena cinta bukan datang dari luar maka ia tak akan kehabisan cinta. Hatinya telah dipenuhi oleh cinta. Ia akan jatuh cinta setiap hari kepada siapa saja, baik manusia, alam maupun makhluk Tuhan lainnya. Dialah penebar cinta. Dialah rahmat bagi alam semesta.

Cinta sejati akan membuat orang yang jatuh cinta selalu berupaya memberikan yang terbaik kepada yang dicintainya bukan dengan menuntut atau meminta. Yang ada dalam pikirkannya bukan lagi dirinya tapi orang lain. Karena cinta adalah pengorbanan maka ia akan mengorbankan apapun demi yang ia cintai, termasuk nyawanya sekalipun. Begitulah kecintaan Nabi Muhammad terhadap umatnya. Hingga menjelang akhir hidupnya, bukan keluarganya yang ia khawatirkan tapi justru yang keluar dari lisannya adalah ummati...ummati...ummati...

Oh Tuhan, saksikanlah betapa aku mencintai umatmu melebihi kecintaan pada diriku sendiri. Aku rela tersiksa asalkan mereka terbebas dari segala derita. Oh alangkah indahnya jika setiap orang bisa berbagi dalam cinta dan kasih sayang. Duhai Allah, betapa hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu. Pertemukanlah aku dengan orang-orang yang juga mencintai-Mu. Kekalkanlah ya Allah cintanya. Penuhilah hati ini dengan nur cahaya-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dadaku dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Nyalakanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah dia dalam syahid di jalan-Mu. Sungguh hanya kepada-Mu lah kami menggantungkan harapan. Amin Ya Robbal Alamin.

30 December 2012

4 Tahap Mendidik Anak Mengikut Sunnah Rasulullah SAW

PERTAMA
Umur 1-7 tahun. Pada masa ini, Rasulullah SAW menyuruh kita untuk memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang yang tidak berbatas. Biarkan anak-anak bermandikan kasih sayang pada tahap ini.

KEDUA
Umur 7-14 tahun. Pada masa ini Rasulullah SAW menyuruh kita untuk mula menanamkan DISIPLIN kepada anak-anak dengan mengajar dan menyuruh mereka untuk mengerjakan solat. Bahkan apabila umurnya sudah sepuluh tahun, seorang ayah boleh memukul anaknya jika enggan mengerjakan solat.

Rasulullah SAW bersabda. “Perintahkanlah anak-anak kamu untuk sembahyang pada usia tujuh tahun; dan pukullah mereka kerana meninggalkannya pada usia sepuluh tahun; dan pisahkanlah di antara mereka (anak-anak kamu) di dalam tempat tidur.” – Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim

Berdasarkan pakar-pakar jiwa anak, sememangnya pada umur 7-14 tahun ini masa terbaik untuk menanamkan disiplin dan pembentukan sahsiah seorang anak. Pada fasa inilah seorang ayah akan menjadikan anak itu seorang muslim atau Yahudi, Nasrani dan Majusi seperti yang dikatakan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya bahawa setiap anak yang lahir dalam keadaan suci. Maka, ayah dan ibulah yang akan mencorakkannya.

KETIGA
Umur 14-21 tahun. Pada masa ini orang tua sudah MENUKAR penanaman disiplin dengan cara yang agak KERAS kepada yang RASIONAL. Orang tua sudah semestinya mendidik anak dengan cara menjadikannya sahabat dalam berdiskusi, mengajaknya ikut dalam membincangkan masalah keluarga dan diberikan satu-satu tanggungjawab dalam hal-hal tertentu di rumah. Hal ini penting agar anak berasa dirinya punyai tanggungjawab mengambil berat hal-hal dalam keluarga.

KEEMPAT
Umur lebih 21 tahun. Pada masa ini, orang tua sudah boleh melepaskan anaknya untuk belajar menempuh hidup akan tetapi tetap melihat perkembangannya dan memberikan nasihat serta peringatan-peringatan apabila anak tersalah atau terlupa.

Dalam kehidupan kita sebagai orang Islam, kadang-kadang pendidikan yang diajar oleh Rasulullah SAW itu tidak benar-benar diamalkan, bahkan ramai yang tidak mengamalkannya sama sekali.

Ada orang tua yang terlalu memanjakan anak sehingga umur 14 tahun dan baru mula mengajar dan menyuruhnya solat pada usia mereka 15 tahun sehingga mereka bukan sahaja enggan melakukannya malah marah kepada ibu bapanya. Jika kewajipan yg tertinggi (iaitu solat) yang telah diperintahkan ALLAH SWT Yang Maha Agung diabaikan apatah lagi dengan perintah dan suruhan orang lain termasuk ibu bapanya.

Kesimpulannya, masalah disiplin dan jenayah remaja dan pelajar muslim berkemungkinan terjadi kerana rapuhnya pendidikan iman dan cara didikan yang salah. Sebahagian ibu bapa menafikan hal ini kerana mereka tidak sedar kekerasan dan cara pendidikan yang mereka terapkan kepada anak-anak adalah secara membuta tuli tanpa melihat perkembangan umur anak-anak sehingga anak terasa dizalimi dan seterunya membesar dengan perasaan marah dan dendam kepada ibu bapa.

Sekiranya sebelum ini anda leka….Ianya masih BELUM TERLAMBAT…ajarlah dan ajaklah anak-anak anda untuk SOLAT….kerana ianya kunci bagi segala-galanya permasalah didunia ini…

Sabda Rasulullah SAW : “Solat itu tiang agama, barangsiapa yang mengerjakannya maka ia menegakkan agamanya dan barangsiapa yang meninggalkannya ia meruntuhkan agamanya.” – Hadis riwayat Al-Bahari dan Muslim

Dari Abdullah r.a., sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, “Ditegakkan Islam atas lima perkara: pengakuan syahadah iaitu tiada Tuhan yang disembah dengan sebenarnya melainkan ALLAH, pengakuan bahawa Nabi Muhammad itu Rasulullah, mendirikan solat, mengeluarkan zakat, menunaikan fardhu haji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” – Hadis Riwayat Muslim

29 December 2012

Indahnya Bebas Dari Dengki

Di awal-awal perkuliahan dulu aku terbiasa naik angkot untuk pulang pergi dari rumah ke kampus. Suatu hari ketika sepulang kuliah aku diturunkan di tengah perjalanan karena tinggal aku seorang yang berada di dalam angkot. Ketika aku turun, kenek (pembantu sopir) menagih ongkos penuh. Tentu saja aku menolaknya karena sebelum aku naik sang sopir angkot ini bersedia mengantarkan aku sampai di depan rumah. Kenek itupun akhirnya hanya meminta ongkos setengah perjalanan (Rp. 500,-). Tapi tetap saja aku menolaknya. Sebenarnya bukan besar kecilnya uang yang aku permasalahkan tapi kesewenang-wenangan sopir yang seenaknya menurunkan penumpang di tengah jalan. Aku berpikir jika dibiarkan terus menerus mereka akan terbiasa dengan hal ini.

Melihat aku menolak membayar ongkos, sopir dan keneknya menjadi marah. Mereka bahkan sempat mengancam aku. Aku berusaha untuk tetap tenang dan siap menghadapi kejadian terburuk. Sebenarnya dalam hati sempat khawatir juga. Untunglah mereka hanya menggertak saja. Akhirnya, mereka meninggalkan aku yang menahan gelegak emosi mendengar makian mereka.

Sesampainya di rumah aku masih kepikiran dengan ucapan yang mereka lontarkan. Aku sempat berniat membuat perhitungan dengan mereka. Aku sampai tidak enak makan. Emosi ini terus terbawa hingga aku pun tak bisa tidur. Akibatnya kepalaku agak pusing. Mungkin tensi darahku naik gara-gara kejadian tadi siang.

Kemudian aku pun berpikir, alangkah ruginya diriku membiarkan kejadian tersebut mampu memperkeruh suasana hatiku. Lalu bagaimana caranya agar kejadian tadi siang justru membuatku bahagia. Bagaimana caranya membuat nasi yang sudah menjadi bubur menjadi sebuah bubur yang enak dimakan. Caranya tambahkan bumbu-bumbuan dan daging ayam. Jadilah bubur ayam yang nikmat.

Aku pun menggunakan cara yang sama untuk merubah kejadian tadi siang menjadi sesuatu yang bisa dinikmati bukan justru membiarkannya membuatku resah dan gelisah. Aku berpikir mungkin sopir dan kenek yang memaki-maki aku tadi siang sedang ada masalah sehingga berperilaku seperti itu. Akupun berdoa semoga mereka diberikan hidayah. Semoga mereka diberikan kelapangan rizki dan semoga mereka dilepaskan dari semua masalah. Setelah berdoa, aku merasakan hatiku menjadi lapang. Tak tersisa sedikitpun rasa dengki. Begitu ikhlas. Hingga akupun meneteskan air mata karena rasa sejuk yang merasuk dalam hatiku. Akhirnya akupun bisa tidur dengan tersenyum dan nyaman tanpa terganggu lagi oleh kejadian tadi siang.

28 December 2012

Ampunilah kami Ya Allah

YA ALLAH!

Ampuni lah dosa kami yg punya HP, karena kami :

1. Lebih banyak "Mengisi Pulsa"
daripada "Bersedekah"

2. Lebih banyak "Pegang HP" daripada
"Pegang TASBIH"

3. Lebih banyak "Baca SMS" daripada
"Baca AL QUR'AN"

4. Sering
TELEPON tp jarang
SILATURAHIM

5. Lebih sering
buka "BLUETOOTH" daripada
"BERLUTUT SUJUD" YA ALLAH!

ampunilah kami.Jika
beli PULSA Rp 10rb merasa
kekecilan, tapi ngisi kotak amal
Rp 5rb merasa kebanyakan..

Ampunilah kami Ya Allah..

27 December 2012

Berperang Melawan Iblis

Allah sayang dengan kita. Karena itu Allah menurunkan petunjuk-Nya buat kita agar kita bisa kembali kepada-Nya dengan selamat. (QS.2:38, 20:123) Tapi Iblis telah berjanji sekuat tenaga siang dan malam untuk menghalangi kita dalam mengakses petunjuk tersebut. (QS.7: 16-17). Karena itu iblis telah memaklumatkan perang terhadap kita. Oleh karena itu kitapun mesti menjadikan iblis dan bala tentaranya sebagai musuh. (QS. 35:6).

Strategi utama iblis adalah menghalangi dan menjauhkan kita dari petunjuk Allah yaitu Alquran. Turunan dari strategi tersebut adalah memberikan janji-janji palsu dan angan-angan kosong bahwa manusia sudah dijamin masuk surga walaupun bergelimang dalam dosa. (QS.4:118-120, 17:64). Sejak Nabi Muhammad doktrin itu sudah masuk dalam ajaran agama Kristen dan Yahudi (QS. 2:80-81). Dan Setelah Nabi Muhammad wafat, doktrin iblis tersebut masuk pula dalam ajaran agama kita. Akibatnya manusia tidak takut untuk berbuat dosa karena terlena dengan jaminan surga. Strategi ini pula yang pernah dimainkan iblis ketika merayu nenek moyang kita, Adam dan Hawa. Iblis menjanjikan hidup kekal di surga jika Adam dan Hawa mau memakan buah khuldi. (QS.7:20, 20:120).

Setelah saya teliti dengan seksama dalam Alquran, ternyata tidak demikian. Tidak ada jaminan surga bagi manusia jika kita telah bergelimang dalam dosa. Yang terjadi justru sebaliknya kita akan kekal di neraka. Lalu buat apa kita hidup di dunia dengan bergelimang kesenangan jika kemudian harus masuk neraka buat selama-lamanya. Hari ini, rahasia terbesar iblis terbongkar. Sebuah doktrin yang telah mengakar kuat selama ribuan tahun dan menjalar hampir ke seluruh penjuru dunia. Tentu saja iblis dan bala tentaranya tidak akan tinggal diam mengetahui rahasianya dalam menyesatkan manusia terbongkar. Mereka akan berusaha sekuat tenaga menghalang-halangi manusia untuk mengakses informasi ini.

Strategi kedua dari iblis adalah mengaburkan makna syirik. Iblis telah berhasil mengaburkan makna syirik menjadi hanya sebatas aktifitas yang berhubungan dengan jin, dukun, ramalan, dll. Padahal menurut Alquran, makna syirik sangat luat mencakup semua dosa yang terus menerus dilakukan dengan kesadaran penuh bahwa perbuatan itu dilarang Allah. Akibat ketidaktahuan ini, kita jadi mudah mengulangi perbuatan dosa dan beranggapan bahwa urusannya cukup diselesaikan dengan minta ampun.

Sejak awal penulisan, penerbitan dan pendistribusian buku ini saya merasa banyak mendapat godaan dan gangguan. Karena itu saya selalu berusaha membentengi diri. Mulai dari niat sampai proses munculnya buku ini. Salah satunya adalah dengan menginfakkan seluruh penghasilan dari buku kecuali hanya sekedar kebutuhan bukan keinginan.

Bagi sebagian orang, ini adalah perkara remeh, tapi bagi saya ini adalah perkara besar. Mungkin semua orang merasa santai-santai saja karena merasa semuanya berjalan seperti biasanya. Tapi mohon maaf, tidak bagi saya. Saya bukan bermaksud mencari sensasi dengan membesar-besarkan masalah ini. Saya berlindung kepada Allah dari keinginan-keinginan semacam itu. Saya senantiasa berpikir keras bagaimana informasi ini menyebar ke segala penjuru dunia tanpa harus mengetahui siapa yang menggali informasi ini. Karena saya hanya manusia biasa yang punya banyak dosa dan tidak punya kelebihan apapun. Saya hanya seperti seorang pemulung yang tanpa sengaja menemukan peta harta karun yang selama ini dicari-cari orang.

Dalam peperangan, kita harus tahu betul siapa musuh kita dan bagaimana strategi mereka. Iblis adalah nenek moyangnya jin. Islam tidak mengenal dosa keturunan karena itu tidak semua jin seperti nenek moyangnya yang menjadi setan setelah dia menggoda manusia. Setan secara bahasa artinya jauh. Jadi setan adalah sifat yaitu menjauhkan manusia dan jin dari Allah. Setan ada dua macam yaitu jenis jin dan manusia. (QS. 6:112) Bukan hanya setan jin yang menggoda manusia tapi setan manusia pun tanpa sadar menggoda jin untuk berbuat tidak baik. Kini, setelah rahasia atau strateginya terbongkar, rajanya setan yaitu Iblis tidak tinggal diam. Ketenangannya terusik. Dan sekali lagi, tanpa bermaksud membesar-besarkan masalah untuk mencari sensasi, saya berkata : ”THE BEATTLE IS BEGIN”.

26 December 2012

Shalat Khusyuk Itu Mudah

Aku berlindung kepada ALLAH dari godaan setan yang terkutuk
Dengan nama ALLAH yang Maha Pengasih lagi Penyayang.

ALLAH mengatakan, shalat mampu membuat kita tenang dan tentram. Selain itu shalat juga mampu mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar. Jika kita belum bisa merasakan manfaat tersebut berarti ada yang ”salah” dengan shalat kita selama ini. Mungkin selama ini kita beranggapan, dengan shalat kita telah berbuat baik kepada ALLAH, padahal ALLAH menurunkan perintah shalat untuk manusia itu sendiri. ALLAH tidak membutuhkan shalat kita. Sudahkah shalat kita selama ini membawa pengaruh pada aktifitas dan kehidupan kita. Jika belum, maka sudah saatnya kita melakukan evaluasi terhadap shalat kita selama ini.

Masalahnya banyak diantara kita yang merasa shalat khusuk itu sulit. Dalam Alquran, ada 4 kiat shalat khusyuk. Tapi saya tidak akan menunjukkan ayat-ayatnya. Karena ini adalah ayat-ayat mutasyabihat. Terlalu panjang jika saya harus membahasnya disini. Agar lebih efektif saya akan langsung membahasnya pada tataran praktek. Jika ingin mengetahui ayat-ayatnya silahkan bersabar karena Insya ALLAH saya akan mengikat ilmu ini di buku saya yang ke-4. Insya ALLAH.

Kiat khusyuk pada tingkat pertama menurut Alquran, adalah dengan konsentrasi mengingat ALLAH. Di alquran dituliskan, ini adalah cara yang ”paling berat”. Inilah yang sering diajarkan pada kita selama ini. Cara yang kedua adalah dengan meminta tolong kepada ALLAH. Biasanya kita akan khusyuk jika kita sedang dililit masalah dan kita minta dengan sangat agar ALLAH menolong kita. Jika cara yang pertama disebutkan ”paling berat”, maka cara yang kedua ini menurut Alquran tingkat kesulitannya turun menjadi sekedar ”berat” saja. Kita tidak akan membahas yang susah. Kita cari yang mudah saja.

Menurut ALLAH dalam Alquran, Jika ingin cara yang mudah, maka kita pakai cara yang ke-3. Caranya dengan menyadari bahwa ketika shalat kita sesungguhnya sedang berhadapan dengan ALLAH Sang Penguasa Alam semesta. Dengan kesadaran itu, hati kita akan tunduk (khyusuk). Disinilah arti pentingnya sebuah niat dalam shalat. Sebelum takbiratul ihram, kita harus tanamkan niat dalam diri kita bahwa kita akan dan sedang menghadap ALLAH swt. Jika niat dan kesadaran ini terlewatkan, kita tidak akan mampu untuk kyusuk. Karena itu kita disunahkan untuk membaca ”inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamaawaati wal ard haniifa wama ana minal musyrikin” artinya ” Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS.6:79).

Kini kita masuk pada cara yang ke-4. Sebuah cara yang menurut saya ”paling mudah”. Kenapa paling mudah? Karena menurut Alquran, dengan cara ini kita bukan berusaha untuk khyusuk tapi ALLAH yang akan menurunkan rasa khusyuk dalam diri kita. Caranya dengan mengambalikan seluruh ”milik kita” kepada ALLAH swt. Dalam Alquran disebut dengan istilah ”sabar”. Pada saat itu, kita serahkan jiwa, raga, harta dan keluarga pada ALLAH. Kita ikut apapun kehendak ALLAH. Karena itu pada saat shalat kita disunahkan untuk membaca ”inna shalaati wa nusuuki wamahyaaya wa mamaati lillahi rabbil ’alamiin” artinya ”Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS.6:162).

Katakan pada ALLAH (dalam hati) : Ya ALLAH, kuserahkan seluruh hidup dan matiku untuk-Mu. Jiwa dan ragaku untuk-Mu. Kukembalikan seluruh harta dan keluarga kepada-Mu. Aku ikhlas atas semua kehendak-Mu padaku. Apapun kejadian dan musibah yang menimpa diriku, aku ikhlas ya ALLAH, aku ridha. Yang penting jangan Engkau berpaling dariku”.

Mari kita praktek : Ingatlah sebuah musibah atau kejadian yang membuat kita sedih atau marah. Misalkan, ada barang kesayangan yang hilang atau keluarga yang meninggal. Katakan pada ALLAH : Ya ALLAH, jika ini memang kehendak-Mu, aku ikhlas ya ALLAH, aku rela. Tidak ada sedikitpun dalam diriku rasa berat melepaskan semua itu. Karena semua itu milik-Mu. Aku kembalikan semuanya kepada-Mu. Bahkan bila saat ini Engkau menginginkan ruh ini kembali pada-Mu. Aku ikhlas menyerahkannya pada-Mu saat ini juga.

Rasakan... apakah ada kesejukan yang mengalir dalam hati kita? Jika ada, itulah kekhusyukan yang ALLAH alirkan dalam diri kita. Jika belum terasa, mungkin kita belum sepenuh hati menyerahkan semuanya kepada ALLAH.

Jika kita sudah ”mau” berkata dan berlaku seperti itu, maka menurut Alquran, ALLAH akan menurunkan kekhusyukan dalam diri kita. Shalat jadi nikmat. Durasi khyusuk bisa menjadi panjang. Bahkan setelah shalat pun, hati kita akan berdesir mendengar nama ALLAH disebut. Dada kita akan begetar mendengar lantunan ayat-ayat ALLAH.

Dalam ayat lain disebutkan, jika kita ”mau” bersikap demikian maka ALLAH akan ”memakai” jiwa dan raga kita untuk melaksanakan kehendak-Nya di muka bumi. Di ayat lain diterangkan, orang yang seperti itulah yang disebut sebagai waliyullah (walinya ALLAH).

Dampaknya, kita akan menjadi lebih bersemangat dan kreatif. Diterangkan pula dalam Alquran, kemampuan kita akan bertambah menjadi 2 sampai 10 kali lipat dibandingkan biasanya. Kita tidak akan pernah takut dan khawatir kepada siapapun karena yakin ALLAH bersama kita. Tenang dalam bersikap dan jernih dalam berfikir. Hati jadi lapang. Tidak ada dengki, tidak ada stres. Hidupnya akan penuh dengan cahaya.

Oh ya, jika kita belum bisa pasrah sepenuhnya kepada ALLAH, jangan khawatir. Ada sebuah kiat pamungkas dari ALLAH dalam Alquran. Kata ALLAH, kita tidak akan bisa sabar atau pasrah kepada ALLAH jika tidak ditolong oleh-Nya. Karena itu di ayat lain ada kiat agar kita mendapat pertolongan dari ALLAH yaitu dengan berdoa memohon kepada ALLAH. Dalam Alquran, ALLAH mengajarkan sebuah doa yang bagus sekali : ”Ya ALLAH tanamkan dalam diri kami kesabaran, Ajari kami untuk bisa selalu ingat kepada-Mu. Ajari kami untuk bisa senantiasa bersyukur atas nikmat yang Engkau berikan kepada kami. Tuntun kami untuk bisa beribadah dan beramal sholeh dengan baik dan benar sesuai dengan yang Engkau ridai”.

Semoga tulisan ini bisa senantiasa mengingatkan kita terutama saya, karena saya pun terkadang lupa dengan hal ini. Saya ingin mencontoh Nabi Muhammad saw. Bukan bermaksud sombong tapi hanya sekedar testimoni akan kebenaran ayat Alquran : Secara bertahap saya belajar shalat malam dengan membaca 1 juz Alquran. Durasinya biasanya 1 jam. Dengan memakai kiat dari Alquran tersebut, 1 jam berlalu tanpa terasa. Dampaknya, setelah shalat subuh, saya alhamdulillah bisa memahami Alquran dengan jernih dan terang. Seakan-akan ALLAH menanamkan Alquran dalam dada kita.

Mungkin masing-masing dari kita mempunyai pengalaman dan rasa yang berbeda-beda. Sehingga kita bisa saling berbagi.

Walhamdulillahi rabbil ’alamin.

23 December 2012

Cara Masuk Surga Tanpa Mampir di Neraka

Ada sebuah kabar gembira dari Allah swt, kabar gembira tersebut adalah:

“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)-nya, maka dia berada dalam kehidupan yang diridai.” (Q.S. Al Qoriah: 6-7)

Di manakah kehidupan yang diridai tersebut? Dalam Alquran diterangkan bahwa kehidupan yang diridai adalah surga.

(21). Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (22). Dalam surga yang tinggi. (Q.S. Al-Haqqah [69]: 21-22)

Kemudian Allah mengulangi kembali pesan atau kabar gembira ini.

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran. Maka barang siapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 8)

Sedemikian pentingnya pesan ini hingga Allah swt. mengulanginya sebanyak 3 kali.

“Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Mukminun [23]: 102)

Lebih jelasnya, dalam Surat Al-Mujaadilah (58) ayat 22, Allah menyediakan surga bagi orang-orang yang diridai-Nya sehingga mereka termasuk golongan orang-orang yang beruntung.

“...Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa rida terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung.” (Al-Mujaadilah [58]: 22)

Dalam perdagangan, orang yang beruntung ialah mereka yang pemasukannya lebih banyak dari pengeluaran. Dalam bahasan kita kali ini, orang yang beruntung ialah orang yang lebih banyak kebaikan daripada keburukannya. Jika seseorang harus masuk ke neraka dulu untuk membakar dosa-dosanya, tentu ia tidak bisa dikatakan sebagai orang yang diridai Allah dan beruntung.

Jadi, kabar gembiranya ialah ternyata tidak hanya para nabi yang bisa langsung masuk surga. Kita pun bisa langsung masuk surga tanpa harus mampir ke neraka asalkan kebaikan (pahala) lebih banyak dari keburukan (dosa).

Namun, kemudian muncul sebuah pertanyaan, bukankah orang yang berat timbangan kebaikannya tetap saja masih mempunyai dosa yang harus dipertanggung-jawabkan walaupun sedikit? Jawabannya ada pada Alquran,

“(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan. Itulah hari ditampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barang siapa yg beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q.S. At Taghabun [64]: 9)

Allah akan menutupi kesalahan-kesalahan kita karena keimanan serta amal saleh yang kita kerjakan. Jadi, bukan dimasukkan ke neraka dahulu untuk membersihkan dosa-dosa baru kemudian masuk surga. Semua orang mempunyai kesalahan tetapi orang yang beriman dan beramal saleh tidak akan diseret ke neraka karena mereka telah dibersihkan dari dosa.

"Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka). Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa)." (Q.S. As Shaffat [37]: 127-128)

Menurut ayat tersebut, dosa tidak dibersihkan di neraka. Orang yang beranggapan bahwa semua orang akan masuk neraka untuk membersihkan dan mempertanggungjawabkan dosanya, mendasarkan pendapatnya pada Alquran surat Maryam,

“Dan tidak ada seorang pun dari kamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (Q.S. Maryam [19]: 71)

Padahal jika mereka teliti, ada pengecualian di ayat berikutnya yaitu ayat 72,

“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (Q.S.Maryam [19]: 72)

Yang dimaksud “kamu” pada Surat Maryam ayat 71 bukan semua manusia karena ada pengecualian bagi orang-orang yang dibersihkan Allah. Penjelasan ayat tersebut ada di ayat lainnya,

" Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan, Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu memperoleh rezki yang tertentu,Yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan,Di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan." (Q.S.Ash Shaffaat [37]: 38-43)

Jadi, dosa tidak dibersihkan di neraka. Lalu, dengan apa Allah membersihkan kita dari dosa? Allah akan menghapus dosa dengan kebaikan yang pernah kita kerjakan asalkan kebaikan lebih banyak dari keburukan sehingga mencukupi untuk menghapus semua dosa tersebut.

“....Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Q.S. Huud [11]: 114)

Misalnya kita mempunyai timbangan kebaikan 70 dan timbangan keburukan 20. Maka, keburukan kita akan dihapus oleh kebaikan yang kita miliki. Dosa 20 dikurangi pahala 70. Hasilnya tidak ada lagi sisa dosa, sedangkan sisa pahala tinggal 50. Jadilah kita sekarang bersih dari dosa dan masih memiliki tabungan 50 kebaikan. Dengan begitu wajarlah jika kita bisa langsung masuk surga tanpa harus terjerumus ke neraka karena kita tidak memiliki sisa keburukan sedikit pun.

Kenikmatan surga bagi orang yang punya sisa pahala 50 akan berbeda dengan seseorang yang mempunyai sisa pahala 5.000. Bisa jadi mereka tinggal di surga yang sama, namun rasa atau kenikmatannya berbeda-beda. Seperti halnya kita tinggal di bumi yang sama namun masing-masing merasakan kenikmatan yang berbeda-beda.

Di sebuah rumah makan, beberapa orang menyantap hidangan yang sama tetapi setiap orang merasakan kenikmatan yang berbeda. Ada yang kepedasan, keasinan dan ada pula yang kemanisan. Ada orang yang tinggal di rumah mewah tapi tidak bahagia karena tidak bersyukur. Namun, ada orang yang tinggal di rumah yang sederhana dan bahagia karena pandai bersyukur. Setiap orang mempunyai derajat yang berbeda-beda di dunia dan akhirat sesuai dengan amal salehnya.

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (Al-An’am [6]: 132)

Allah telah menyediakan empat surga bukan tujuh seperti yang kita pahami selama ini.

(46). Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.
(62). Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Q.S. Ar Rahman [55]: 46 dan 62)

Ada yang bertanya, bagaimana jika timbangannya seimbang? Kebaikan dan keburukannya sama banyaknya. Jawabnya, Allah tidak akan memungkinkannya karena tidak ada keterangan dalam Alquran dan Hadis. Selain itu, dari berjuta kejadian yang kita alami dari lahir hingga meninggal dunia, kecil sekali kemungkinan untuk seimbang. Kalaupun ada yang seimbang maka Allah Maha Mengetahui dimana dia ditempatkan.

Semoga tulisan ini dapat memotivasi kita untuk terus mengejar bola-bola kebaikan dimana saja demi meraih piala surga.

“Berlomba-lombalah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Q.S. Al-Hadiid [57]: 21)

Ada yang berkata, “Kita hendaknya beribadah hanya mengharap keridaan Allah bukan pahala dan surga. Jika kita beribadah karena mengharap pahala dan surga, berarti ibadah kita tidak ikhlas karena masih mengharap pamrih.”

Selintas kalimat itu terdengar benar dan indah tetapi ternyata tidak demikian. Pahala dan surga serta keridaan Allah merupakan satu paket yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah menyuruh kita berlomba-lomba meraih piala surga. Jika kita tidak peduli dengan pahala surga sama artinya kita tidak peduli dengan perintah Allah tersebut.

“Sesungguhnya (surga) ini benar-benar kemenangan yang besar. Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja” [QS. Ash shaffaat (37) :60-61]

“Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (syurga). Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya). Laknya adalah kesturi; Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba”. [Al Mutaffifin (83):26]

22 December 2012

Ber-Islam Tapi Kekal di Neraka

Kita bisa langsung masuk surga tanpa lewat neraka jika kita beriman dan beramal saleh. Syaratnya, kebaikan kita harus lebih banyak dari keburukan. Lalu, bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya, keburukan kita lebih banyak dari amal kebaikan? Mari kita simak ayat berikut:

(8). Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya.(9). Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Q.S. Al Qaari’ah [101]: 8-9)

Allah menegaskan kembali dalam Q.S. Al-A’raf:

“Dan barang siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.” (Q.S.Al-A’raf [7]: 9)

Yang paling mengerikan adalah ayat berikut ini,

“Dan barang siapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (Q.S. Al-Mukminuun [23] : 103)

Ayat tersebut ditujukan kepada kita. Sehingga, yang dimaksud dengan “mereka” pada ayat di atas adalah orang yang banyak berbuat keburukan atau dikuasai oleh kejahatan. Orang yang telah dikuasai oleh kejahatan akan kekal di neraka. Artinya, dia akan tinggal selamanya (abadi) dan tidak bisa keluar dari neraka. Seperti yang telah Allah tegaskan dalam Alquran:

(14). Dan sesungguhnya orang-orang yang banyak berbuat jahat (al-fujjar atau durhaka) benar-benar berada dalam neraka. (15). Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. (16). Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu. (Q.S. Al Infithaar [82]: 14-16)

Al-fujjar merupakan julukan kepada orang yang banyak berbuat kemaksiatan (kejahatan). Lawan katanya adalah al-abror, yaitu orang yang banyak berbuat kebaikan.

Jadi jelas, bagi kita yang banyak melakukan perbuatan dosa melebihi kebaikan yang dilakukan, tempat kembalinya adalah neraka. Ironisnya, kita tidak akan bisa keluar dari sana alias kekal selama-lamanya. Lantas, apa gunanya kita hidup di dunia ini jika pada akhirnya kita harus menanggung siksa neraka selama-lamanya? Karena itu perbanyaklah perbuatan baik agar kita memeperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat.

Mengapa orang yang ringan timbangan kebaikannya kekal di neraka dan tidak bisa keluar dari sana selama-lamanya? Bukankah dia masih memiliki timbangan kebaikan? Bukankah Allah akan memperhitungkan setiap amal kebaikan kita walaupun sekecil biji zarah? Jawabannya ada pada Alquran

“... Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Q.S. Huud [11]: 114)

Menurut ayat di atas, amal kebaikan kita bisa dipakai untuk menghapus keburukan yang kita perbuat. Jika kebaikan kita sangat sedikit, maka kebaikan kita tidak cukup untuk menghapus seluruh keburukan. Akibatnya, kebaikan kita habis untuk menghapus keburukan. Yang tersisa ialah keburukan. Itulah yang disebut dengan orang yang merugi.

Dalam perdagangan, orang yang rugi ialah mereka yang pemasukannya lebih sedikit dari pengeluaran. Dalam bahasan kita kali ini, orang yang rugi ialah mereka yang kebaikannya lebih sedikit daripada keburukannya. Jika tidak ada yang tersisa kecuali keburukan, wajar jika ia tidak bisa masuk surga. Dia kekal di neraka dan tidak bisa keluar dari dalamnya.

Hitungan sederhananya adalah sebagai berikut. Misalnya pahala kebaikan kita berjumlah 30 dan dosa kita berjumlah 90. Itu artinya timbangan kebaikan kita lebih ringan dari keburukan. Lalu apa yang akan terjadi? Seperti yang telah disebutkan dalam Q.S. 11 :114, amal kebaikan akan menghapus dosa. Jika keburukan 90 dikurangi pahala 30, akan tersisa keburukan 60. Sedangkan pahala atau kebaikan kita telah habis untuk menutupi dosa-dosa kita. Dengan demikian, Allah masih memperhitungkan amal kebaikan kita.

Siksaan bagi seseorang yang memiliki sisa keburukan 60, tentu akan berbeda dengan seseorang yang memiliki sisa keburukan 6 juta. tentu saja hitungan tersebut hanya adalah perumpamaan.

(162). Apakah orang yang mengikuti kerida-an Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya adalah (neraka) Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (163). (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Q.S. Ali Imran [3]: 162-163)

Meskipun demikian, sekecil apa pun sisa dosa mereka, tetap saja siksaan neraka tidak ada yang ringan. Menurut sebuah hadis Nabi yang pernah saya dengar, orang yang paling ringan siksaannya di neraka ialah orang yang kakinya dipanggang sehingga otaknya meletup karena mendidih. Di atas semua itu, yang lebih mengerikan ialah kita tidak bisa keluar dari neraka itu buat selama-lamanya.

Dalam Alquran surat 23 ayat 103, Allah menyatakan jika kebaikan kita sedikit, kita termasuk orang-orang yang merugi (bangkrut) karena kebaikan kita tidak mencukupi untuk menutupi keburukan (dosa) yang kita kerjakan. Jadilah kita sekarang tidak mempunyai sisa pahala kebaikan sedikit pun dan akan menghadap Allah dalam keadaan membawa sisa dosa dan disebut sebagai orang yang berdosa.

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahanam.” (Q.S. Az-Zukhruf [43]: 74)

Kita semua pasti mempunyai dosa, lalu apakah dengan begitu kita akan kekal di neraka? Lalu siapakah yang dimaksud sebagai orang yang berdosa sehingga kekal di neraka tersebut? Ayat ini dijelaskan oleh ayat lainnya,

“Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.” (Q.S. Thahaa [20]: 74)

Jadi yang dimaksud orang yang berdosa dan kekal di neraka adalah orang yang datang kepada Allah dengan membawa sisa dosa seperti yang telah disebutkan dalam Surat Almukminuun ayat 103 dan Ali Imran ayat 162-163.

Pemahaman ini sangat penting diketahui oleh umat Islam agar mereka tidak mudah berbuat dosa karena merasa telah mendapat jaminan surga. Saya pernah bertanya kepada salah seorang teman mengapa ia begitu mudahnya berbuat maksiat. Apakah ia tidak takut neraka? Ia menjawab, “Yang penting kita tetap beragama Islam. Orang Islam kan dijamin masuk surga walau harus mampir ke neraka dahulu untuk membersihkan dosa-dosa. Kita bukan nabi jadi tidak lepas dari dosa. Akan tetapi kita tidak selamanya di neraka. Sebesar apa pun dosa, pada akhirnya kita pasti akan diangkat ke surga.”

Rupanya dia merasa mau tidak mau pasti mampir dahulu ke neraka untuk membersihkan dosa-dosanya dan kemudian diangkat ke surga yang kekal. Akibatnya neraka menjadi sesuatu hal yang biasa. Banyak di antara umat Islam yang mempunyai keyakinan pasti masuk neraka karena sebagai manusia biasa tidak akan bisa luput dari dosa. Namun, sebesar apa pun dosanya, mereka juga yakin pada akhirnya akan masuk surga juga asalkan tetap beragama Islam. Pemahaman inilah yang menyebabkan mereka tidak takut lagi pada neraka dan karena itu tidak takut berbuat maksiat. Pokoknya yang penting tetap beragama Islam.

Jika hanya mengucapkan tiada Tuhan selain Allah lantas masuk surga, tentu Fir’aun juga masuk surga karena sebelum matinya ia sempat mengucapkan syahadat. Seperti yang tertera dalam Alquran,

“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka). Hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: ‘Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang Islam.” (Q.S. Yunus [10]: 90)

Jadi, menurut Alquran, seseorang masuk surga bukan karena mengucapkan tiada Tuhan selain Allah semata, melainkan mesti dibuktikan dengan keteguhan (istikamah) dalam menghadapi berbagai cobaan atau ujian dari Allah swt.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Kapankah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Q.S.Al-Baqarah [2]: 214)

Ucapan Fir’aun yang mengakui tiada Tuhan selain Allah tidak diterima karena ia tidak mempunyai waktu lagi untuk membuktikan keimanannya.

Jadi, jelas, mengucap syahadat saja tidak cukup untuk meraih surga. Selama ini saya pun terkadang ringan melakukan dosa karena merasa telah menggenggam jaminan surga walau harus membersihkan dosa terlebih dahulu di neraka. Kini saya sadari bahwa itu keliru. Ternyata pemahaman seperti itu pernah muncul pada jaman Nabi Muhammad saw., tapi dibantah oleh Allah melalui firman-Nya dalam Alquran.

(80). Dan mereka berkata,’”Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja”.’Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (81). (Bukan demikian), yang benar: Barang siapa berbuat dosa & ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al Baqarah [2]: 80-81)

Bagi kita yang sudah terlalu banyak berbuat dosa, jangan putus harapan. Selagi nafas masih dikandung badan, Allah menyediakan dua fasilitas berupa maghfirah (ampunan) yang besar dan kaffarah (tutupan) yg akan menghapus seluruh dosa-dosa kita, tidak peduli sebesar apa dosa itu. Syaratnya hanya dua: memohon ampun dan bertaubat. Kita tidak cukup hanya memohon ampun, tetapi mesti bertaubat. Ada perbedaan antara mohon ampun dengan taubat. Untuk lebih jelasnya, silakan baca buku saya yang berjudul Allah pun Taubat.

Mari kita pergunakan kesempatan yang masih tersisa ini. Jangan menunda taubat karena kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Jika malaikat maut datang menjemput sementara kita belum sempat bertaubat, yg tersisa ialah penyesalan. Sebuah penyesalan yg sangat besar karena kita akan memasuki api neraka untuk selama-lamanya.

21 December 2012

Dusta Yang Mana Lagi ?

Pernahkah anda membaca surat Ar-Rahman? Surat ar-Rahman adalah surat ke 55 dalam urutan mushaf utsmany dan tergolong dalam surat Madaniyah serta berisikan 78 ayat. Satu hal yang menarik dari kandungan surat ar-Rahman adalah adanya pengulangan satu ayat yang berbunyi "fabiayyi alai rabbikuma tukadziban" (Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?). Kalimat ini diulang berkali-kali dalam surat ini. Apa gerangan makna kalimat tersebut?

Surat ar-Rahman bagi saya adalah surat yang memuat retorika yang amat tinggi dari Allah. Setelah Allah menguraikan beberapa ni'mat yang dianugerahkan kepada kita, 

Allah bertanya: "Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?". 

Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata "dusta"; bukan kata "ingkari", "tolak" dan kata sejenisnya. Seakan-akan Allah ingin menunjukkan bahwa ni'mat yang Allah berikan kepada manusia itu tidak bisa diingakri keberadaannya oleh manusia. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah mendustakannya. 

Dusta berarti menyembunyikan kebenaran. Manusia sebenarnya tahu bahwa mereka telah diberi ni'mat oleh Allah, tapi mereka menyembunyikan kebenaran itu; mereka mendustakannya!

Bukankah kalau kita mendapat uang yang banyak, kita katakan bahwa itu akibat kerja keras kita, kalau kita berhasil menggondol gelar Ph.D itu dikarenakan kemampuan otak kita yang cerdas, kalau kita mendapat proyek maka kita katakan bahwa itulah akibat kita pandai melakukan lobby. 

Pendek kata, semua ni'mat yang kita peroleh seakan-akan hanya karena usaha kita saja. Tanpa sadar kita lupakan peranan Allah, kita sepelekan kehadiran Allah pada semua keberhasilan kita dan kita dustakan bahwa sesungguhnya ni'mat itu semuanya datang dari Allah.

Maka ni'mat Tuhan yang mana lagi yang kita dustakan!
Anda telah bergelimang kenikmatan, telah penuh pundi-pundi uang anda, telah berderet gelar di kartu nama anda, telah berjejer mobil di garasi anda, ingatlah--baik anda dustakan atau tidak--semua ni'mat yang anda peroleh hari ini akan ditanya oleh Allah nanti di hari kiamat!

"Sungguh kamu pasti akan ditanya pada hari itu akan ni'mat yang kamu peroleh saat ini" (QS 102: 8)

20 December 2012

Dibalik Tiga Pertanyaan

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri Sam kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru agama, siapapun yang boleh menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya Orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.

“Anda siapa? Dan apakah bisakah anda menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?” Pemuda bertanya. “Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan saudara.” Jawab Guru Agama. “Anda yakin? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.” Jawab Guru Agama “Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya”

Pemuda : “Saya punya 3 pertanyaan;

1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan kewujudan Tuhan kepada saya

2. Apakah yang dimaksudkan dengan takdir?

3. Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api?, tentu tidak menyakitkan buat syaitan, sebab mereka memiliki unsur yang sama.
Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?”

Tiba-tiba Guru Agama tersebut menampar pipi si Pemuda dengan kuat. Sambil menahan kesakitan pemuda berkata “Kenapa anda marah kepada saya?” Jawab Guru Agama “Saya tidak marah… Tamparan itu adalah jawapan saya kepada 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya”.

“Saya sungguh tidak faham”, kata pemuda itu. Guru Agama bertanya “Bagaimana rasanya tamparan saya?”. “Tentu saja saya merasakan sakit”, jawab beliau. Guru Agama bertanya ” Jadi anda percaya bahawa sakit itu ada?”. Pemuda itu mengangguk tanda percaya. Guru Agama bertanya lagi, “Tunjukan pada saya wujud sakit itu!” “ Tak bisa”, jawab pemuda. “Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.” Terang Guru Agama.

Guru Agama bertanya lagi, “Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?”. “Tidak” jawab pemuda. “Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?” “Tidak” jawab pemuda. “Itulah yang dinamakan Takdir” Terang Guru Agama.

Guru Agama bertanya lagi, “Diperbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?”. “kulit”. Jawab pemuda. “Pipi anda diperbuat dari apa?” “ Kulit “ Jawab pemuda. “Bagaimana rasanya tamparan saya?”. “Sakit.” Jawab pemuda. “Walaupun Syaitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syaitan.” Terang Guru Agama.

19 December 2012

Kiat - kiat Hidup Bahagia

1. Sadarilah bahwa jika anda tidak hidup hanya dalam batasan hari ini saja, maka akan terpecahlah pikiran anda, akan kacau semua urusan, dan akan semakin menggunung kesedihan dan kegundahan diri anda. Inilah makna sabda Rasullah: “jika pagi tiba, janganlah menunggu sore; dan jika sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi.”

2. Lupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi, karena perhatian yang terpaku pada yang telah lewat dan selesai merupakan kebodohan dan kegilaan.

3. Jangan menyibukan diri dengan masa depan, sebab ia masih berada di alam ghaib. Jangan pikirkan hingga ia datang dengan sendirinya.

4. Jangan mudah tergoncang oleh kritikan. Jadilah orang yang teguh pendirian dan sadarilah bahwa kritikan itu akan mengangkat harga diri anda setara dengan kritikan tersebut.

5. Beriman kepada Allah, dan beramal shaleh adalah kehidupan yang baik dan bahagia.

6. Barang siapa menginginkan ketenangan, keteduhan dan kesenangan maka dia harus berdzikir kepada Allah.

7. Hamba harus menyadari bahwa segala sesuatu berdasarkan qadha dan qadar.

8. Jangan menunggu terimakasih dari orang lain

9. Persiapkan diri anda untuk kemungkinan yang buruk

10. Semua qadha bagi seorang muslim baik adanya

11. berpikirlah tentang nikmat dan bersyukurlah

12. Dari waktu ke waktu selalu ada jalan keluar

13. Sesungguhnya setelah kesulitan itu akan ada kemudahan

14. Jangan marah…jangan marah….jangan marah…!!!

Semua musibah yang menimpa diri anda adalah penghapus dosa.

18 December 2012

Menikmati Kritik Dan Celaan

Kejernihan dan kekotoran hati seseorang akan tampak jelas tatkala dirinya ditimpa kritik, celaan, atau penghinaan orang lain. Bagi orang yang lemah akal dan imannya, niscaya akan mudah goyah dan resah. Ia akan sibuk menganiaya diri sendiri dengan memboroskan waktu untuk memikirkan kemungkinan melakukan pembalasan. Mungkin dengan cara-cara mengorek-ngorek pula aib lawannya tersebut atau mencari dalih-dalih untuk membela diri, yang ternyata ujung dari perbuatannya tersebut hanya akan membuat dirinya semakin tenggelam dalam kesengsaraan batin dan kegelisahan.

Persis seperti orang yang sedang duduk di sebuah kursi sementara di bawahnya ada seekor ular berbisa yang siap mematuk kakinya. Tiba-tiba datang beberapa orang yang memberitahukan bahaya yang mengancam dirinya itu. Yang seorang menyampaikannya dengan cara halus, sedangkan yang lainnya dengan cara kasar. Namun, apa yang terjadi? Setelah ia mendengar pemberitahuan itu, diambilnya sebuah pemukul, lalu dipukulkannya, bukan kepada ular namun kepada orang-orang yang memberitahukan adanya bahaya tersebut.

Lain halnya dengan orang yang memiliki kejernihan hati dan ketinggian akhlak. Ketika datang badai kritik, celaan, serta penghinaan seberat atau sedahsyat apapun, dia tetap tegar, tak goyah sedikit pun. Malah ia justru dapat menikmati karena yakin betul bahwa semua musibah yang menimpanya tersebut semata-mata terjadi dengan seijin Allah Azza wa Jalla.

Allah tahu persis segala aib dan cela hamba-Nya dan Dia berkenan memberitahunya dengan cara apa saja dan melalui apa saja yang dikehendaki-Nya. Terkadang terbentuk nasehat yang halus, adakalanya lewat obrolan dan guyonan seorang teman, bahkan tak jarang berupa cacian teramat pedas dan menyakitkan. Ia pun bisa muncul melalui lisan seorang guru, ulama, orang tua, sahabat, adik, musuh, atau siapa saja. Terserah Allah.

Jadi, kenapa kita harus merepotkan diri membalas orang-orang yang menjadi jalan keuntungan bagi kita? Padahal seharusnya kita bersyukur dengan sebesar-besar syukur karena tanpa kita bayar atau kita gaji mereka sudi meluangkan waktu memberitahu segala kejelekkan dan aib yang mengancam amal-amal shaleh kita di akhirat kelak.

Karenanya, jangan aneh jika kita saksikan orang-orang mulia dan ulama yang shaleh ketika dihina dan dicaci, sama sekali tidak menunjukkan perasaan sakit hati dan keresahan. Sebaliknya, mereka malahan bersikap penuh dengan kemuliaan, memaafkan dan bahkan mengirimkan hadiah sebagai tanda terima kasih atas pemberitahuan ihwal aib yang justru tidak sempat terlihat oleh dirinya sendiri, tetapi dengan penuh kesungguhan telah disampaikan oleh orang-orang yang tidak menyukainya.

Sahabat, bagi kita yang berlumur dosa ini, haruslah senantiasa waspada terhadap pemberitahuan dari Allah yang setiap saat bisa datang dengan berbagai bentuk.

Ketahuilah, ada tiga bentuk sikap orang yang menyampaikan kritik. Pertama, kritiknya benar dan caranya pun benar. Kedua, kritiknya benar, tetapi caranya menyakitkan. Dan ketiga, kritiknya tidak benar dan caranya pun menyakitkan.

Bentuk kritik yang manapun datang kepada kita, semuanya menguntungkan. Sama sekali tidak menjatuhkan kemuliaan kita dihadapan siapapun, sekiranya sikap kita dalam menghadapinya penuh dengan kemuliaan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Karena, sesungguhnya kemuliaan dan keridhaan-Nyalah yang menjadi penentu itu.

Allah SWT berfirman, "Dan janganlah engkau berduka cita karena perkataan mereka. Sesungguhnya kekuatan itu bagi Allah semuanya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Yunus [10] : 65)

Ingatlah, walaupun bergabung jin dan manusia menghina kita, kalau Allah menghendaki kemuliaan kepada diri kita, maka tidak akan membuat diri kita menjadi jatuh ke lembah kehinaan. Apalah artinya kekuatan sang mahluk dibandingkan Khalik-nya? Manusia memang sering lupa bahwa qudrah dan iradah Allah itu berada di atas segalanya. Sehingga menjadi sombong dan takabur, seakan-akan dunia dan isinya ini berada dalam genggaman tangannya. Naudzubillaah!!!

Padahal, Allah Azza wa Jalla telah berfirman, "Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang Kau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Kau kehendaki. Engkau muliakan yang Kau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Kau Kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Ali ‘Imran [3] : 26)

17 December 2012

Jika Hidup Tidak Untuk Dakwah Terus Kita Mau Ngapain ?

Kita pergi pagi dengan semangat mencari duniawi
Jika angkot macet, langsung ganti sewa taksi agar harta buruan tidak beralih dari sisi.
Kita pulang malem dengan jasad yang kelelahan, Nyampe dirumah mendekam sampai pagi datang
Lupakah Kita…,

Rosullulah SAW bagaikan rahib di malam hari, dan menjadi singa disiang hari
Sementara kita, tak peduli siang ataupun malam yang penting dunia dalam genggaman

Sahabat…

Cobalah kita renungkan,
apasih yang ingin kita gapai sampai harus membanting tulang ?
apasih yang inign kita bangun hingga pada datang ?
apasih yang ingin kita raih hingga tubuh begitu letih ?

Jujur saja, untuk urusan perut kita bukan? Buat beli nasi atau martabak ? Masuk keperut dan kemudian raib menjadi kotoran

Jujur saja, untuk urusan rumah tempat kita tinggal bukan? Buat beli keramik, AC ataupun busa. Dinikmati, rusak, ganti lagi tak berkesudahan.

Jujur saja, untuk urusan anak-anak kita yang kita cintai? Buat pakaian, mainan atau poster-poster idmana mereka, Dinikmati menghilang dari pandangan.

Jika kita hidup hanya untuk itu saja semuanya, maka harga diri kita…..
Nilainya sama dengan apa yang kita makan
Nilainya sama dengan apa yang kita keluarka ndari perut hitam
Nilainya sama dengan apa yang kita rindukan

Sepekan…sebulan…Setahun….Sewindu….kita bangun sejuta pundi uang
Kita lupa bahwa kelak yang kita bangun akan kita tinggalkan
Kita lupa bahwa tempat tinggal kita sesudahnya adalah istanan masa depan….

Tapi Sahabat….
Jika kita hidup untuk dakwah
Tidak ada setitik harapanpun yang kelak akan dirugikan
Tiak seberkas amalpun yang tiada mendapat balasan.

Tapi didalamnya penuh ujian dan batu karang dan kita harus yakin penuh akan janji Allah.
Tapi didalamnya tidak lekas kita dapatkan keindahan dan kita harus yakin bahwa inilah jalan kebaikan

Sahabat

Jangan sia-siakan hidup didunia….bangun rumah dakwah…
Jika kita diluaskan harta, kembalikan dijalan dakwah
Jika kita diluaskan waktu, hibahkan dijalan dakwah
Jika kita diluaskan tenanga, berikan untuk lapangnya jalan dakwah

Jika kita diluaskan pikiran, gunakan untuk merenungi ayat-ayatNYA
Jia kita diluaskan usia, maksimalkan berikan yang terbaik untuk-NYA

Jangan jadikan dakwah sebagai kegiatan sampingan,
Jangan jadikan dakwah sebagai hiburan
Jangan jadikan dakwah sebagai ajang gaul sesama teman
Jangan jadikan dakwah sebagai pengisi waktu luang
Jangan jadikan dakwah sebagai sarana memburu uang

Karena kelak yang kau dapatkan adalah jahanam sebagai balasan atas kemusyrikan yang kita jalankan.

Sahabat…

Jadikan dakwah sebagai ruh kalian didunia
Jadikan dakwah sebagai rumah tinggal kalian didunia
Jadikan dakwah sebagai tugas utama kalian didunia
Jadikan bahwa hanya dengan dakwah diri kalian begitu bahagia, jadikan bahwa tanpa dakwah kalian begitu menderita

Sahabat…

Jalan dakwah inila yang membedakan kita dengan para pendusta ayat-ayat –NYA
Yang lebih menyukai nerakan daripada surga.

Jika hidup tidak untuk dakwah terus kita mau ngapain…????Mau jadi ayam???
Yang pergi pagi pulang petang, kurang petang tambahin nyampe tengah malem
Tapi masih mendingan ayam…

Karena ia rutin bangun sebelum azan dan teriakan lagu keindahan.
Tapi Kita….!!!

Rutin subuh setengah enam, apalagi kalau akhir pekan bisa jadi subuh hengkang dari pikiran.

16 December 2012

Sekilas Tentang Neraka

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata:
Jibril datang kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh nabi s.a.w.: “Mengapa aku melihat kau berubah muka?“

Jawabnya: “Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yg mengetahui bahawa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman dari padanya.“

Lalu nabi s.a.w. bersabda: “Ya Jibrail, jelaskan padaku sifat Jahannam.“Jawabnya: “Ya. Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum nescaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya kerana panasnya.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi nescaya akan mati penduduk bumi kerana panas dan basinya.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yg disebut dalam Al-Qur’an itu diletakkan di atas bukit, nescaya akan cair sampai ke bawah bumi yg ke tujuh.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di hujung barat tersiksa, niscaya akan terbakar orang-orang yang di hujung timur kerana sangat panasnya, Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi, dan minumannya air panas campur nanah, dan pakaiannya potongan-potongan api.

Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bahagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan.

“Nabi s.a.w. bertanya: “Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?“
Jawabnya: “Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda.“ (nota kefahaman: yaitu yg lebih bawah lebih panas).

Tanya Rasulullah s.a.w.: “Siapakah penduduk masing-masing pintu? Jawab Jibril:
Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga Fir’aun sedang namanya Al-Hawiyah.
Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,
Pintu ketiga tempat orang shobi’in bernama Saqar.
Pintu keempat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha,
Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.
Pintu ke enam tempat orang nasara bernama Sa’eir.“
Kemudian Jibril diam segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga ditanya:“Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?“ Jawabnya: “Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg sampai mati belum sempat bertaubat.“

Maka nabi s.a.w. jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibrail meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar nabi saw bersabda: “Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku yang akan masuk ke dalam neraka?“
Jawabnya: “Ya, yaitu orang yg berdosa besar dari ummatmu.“

Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibrail juga menangis, kemudian nabi s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah.(dipetik dari kitab “Peringatan Bagi Yg Lalai“)

Dari Hadith Qudsi: Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat sedangkan kamu tak dapat dengan panasnya terik matahari Ku. Tahukah kamu bahwa neraka jahanamKu itu:

1. Neraka Jahanam itu mempunyai 7 tingkat
2. Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah
3. Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung
4. Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah
5. Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik
6. Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak
7. Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum
8. Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor ular
9. Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta mengandungi lautan racun yang hitam pekat.
10.Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 rantai
11.Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikat

15 December 2012

Keindahan Islam Yang Berupa Larangan-laranganNYA

Di antara keindahan Islam adalah larangan-larangan yang memperingatkan seorang muslim agar tidak terje-rumus ke dalam keburukan dan ancaman keras atas akibat buruk dari perbuatan tercela itu. Di antara larangan Islam itu adalah.

1. Islam melarang syirik, yaitu menyekutukan Allah Azza wa Jalla dengan sesuatu. Allah Azza wa Jalla berfirman. “Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Allah meng-ampuni (dosa) selainnya bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisaa': 48].

2. Islam melarang kekafiran, kefasikan, kedurhakaan dan menuruti keinginan hawa nafsu.

3. Islam melarang bid’ah (mengadakan sesuatu ibadah yang baru dalam agama).

4. Islam melarang riba dan makan harta riba. Allah Subhanahu wa Ta'ala melaknat orang yang makan riba, wakilnya, saksi dan penulisnya.

5. Islam melarang sifat takabur, dengki, ujub (bangga diri), hasad, mencela, memaki orang lain dan mengganggu tetangga.

6. Islam melarang perbuatan menggunjing (ghibah), yaitu membicarakan keburukan orang lain dan mengadu domba (namimah), yaitu mengadakan provokasi di antara sesama untuk menimbulkan kerusakan dan permusuhan.

7. Islam melarang banyak berbicara yang tidak berguna, menyebarluaskan rahasia orang lain, memperolok-olok dan menganggap remeh orang lain.

8. Islam juga melarang mencaci-maki, mengutuk, mencela dan ungkapan-ungkapan buruk dan memanggil orang lain dengan panggilan-panggilan buruk. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk (fasiq) sesudah beriman dan barangsiapa yang tidak ber-taubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. Wahai orang-orang yang beriman. Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [Al-Hujuraat: 10-12].

9. Islam melarang kita banyak berdebat, bertengkar, percandaan hina yang dapat membawa kepada kejahatan dan meremehkan orang lain.

10. Islam melarang pengkhianatan, perbuatan makar, ingkar janji dan fitnah yang dapat menyebabkan orang lain berada dalam ketidakpastian.

11. Islam melarang seorang anak durhaka kepada kedua orang tua dan memutus hubungan silaturahmi dengan sanak kerabat famili terdekat.

12. Islam melarang berburuk sangka, memata-matai dan mencari-cari kesalahan orang lain. “Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain...” [Al-Hujuraat: 12]

13. Islam melarang membuat tato, mengerik bulu wajah, mencukur alis, menyambung rambut (sanggul) dan memakai pakaian yang tidak menutup aurat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Allah melaknat wanita yang bertato, wanita yang meminta ditato, wanita yang mengerik bulu wajah, wanita yang mencukur bulu alis matanya dan wanita yang mengikir giginya agar tampak cantik, mereka telah mengubah ciptaan Allah.”

Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyambung rambut dan meminta disambung rambutnya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengancam dengan masuk Neraka bagi wanita yang tidak berbusana muslimah (berjilbab yang menutupi aurat), Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Ada dua golongan penduduk Neraka, yang belum pernah aku lihat keduanya, yaitu suatu kaum yang memegang cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, ia berjalan berlenggak-lenggok dan kepalanya dicondongkan seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium aroma Surga, padahal sesungguhnya aroma Surga dapat tercium sejauh perjalanan begini dan begini.”

Syarat jilbab wanita muslimah yang sempurna.
a. Menutup seluruh tubuh, kecuali wajah dan dua telapak tangan.
b. Kainnya tebal, tidak tipis atau transparan.
c. Harus longgar, tidak ketat.
d. Tidak memakai wangi-wangian (parfum).
e. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
f. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.

14. Islam melarang minuman keras (khamr), mengkonsumsi atau memperjualbelikan narkoba dan melarang perjudian. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: “Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr (minuman keras), berjudi, ( berkorban untuk ) berhala dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan itu) agar kamu beruntung. Dengan minuman keras dan judi itu syaitan bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat, maka tidakkah kamu mau berhenti?” [Al-Maa-idah: 90-91]

15. Islam melarang promosi palsu dan dusta, curang dalam takaran dan timbangan. Menggunakan harta kekayaan dalam hal yang diharamkan.
Allah Azza wa Jalla berfirman. “Artinya : Celakalah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.” [Al-Muthaffifin: 1-3].

16. Islam melarang perbuatan saling menjauhi satu sama lain, saling bermusuhan, acuh tak acuh dan melarang seorang muslim tidak menegur saudaranya sesama muslim lebih dari tiga hari. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Artinya : Tidak halal bagi seorang muslim untuk membiarkan saudaranya lebih dari tiga hari, keduanya bertemu te-tapi saling memalingkan muka. Dan yang terbaik dari keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.”

17. Islam melarang onani, perzinahan, homoseks, lesbian dan membunuh jiwa yang diharamkan Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman. “Artinya : Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka (dalam hal ini) tiada tercela. Tetapi barangsiapa mencari yang di balik (zina dan sebagainya) itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” [Mukminun: 5-7].

18. Islam melarang kita menerima uang sogokan (suap) atau menyuap orang lain. Dalam sebuah hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu 'anhuma. “Artinya : Rasulullah j melaknat orang yang menyuap dan orang yang menerima suap.”
Orang yang menyuap dan yang disuap hukumnya sama bagi keduanya, yaitu berdosa. Suap menyuap hukumnya haram, meskipun mereka memakai istilah “hadiah”, “uang jasa”, “uang damai”, dan lainnya.

Demikianlah ulasan singkat tentang perintah-perintah dan larangan-larangan Islam yang menunjukkan kebenaran dan keindahannya.

[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 2]

14 December 2012

Muslimah Cantik, Bermahkota Rasa Malu

Kaum wanita yang tidak menyadari betapa berharganya dirinya. Sehingga banyak dari kaum wanita merendahkan dirinya dengan menanggalkan rasa malu, sementara Allah telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاءُ))
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah, hasan)

Sabda beliau yang lain:
“Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.”

Sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam yang lain,
((الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَرُ))
“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”(HR. Al Hakim dalam Mustadroknya)

Begitu jelas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memberikan teladan pada kita, bahwasanya rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak terlepas dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan.

Namun sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat penciptaan wanita—yang seharusnya—menjadi perhiasan dunia dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria.

Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 yang artinya; ‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya’, Allah telah menetapkan hak bagi wanita sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak wanita pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita itu sendiri. Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia akan paham bahwasanya rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap wanita, terlebih seorang muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.

Sayangnya, hanya sedikit wanita yang menyadari hal ini…
Di zaman ini justeru banyak wanita yang memilih mendapatkan mahkota ‘kehormatan’ dari ajang kontes-kontes yang mengekspos kecantikan para wanita. Tidak hanya sebatas kecantikan wajah, tapi juga kecantikan tubuh diobral demi sebuah mahkota ‘kehormatan’ yang terbuat dari emas permata. Para wanita berlomba-lomba mengikuti audisi putri-putri kecantikan, dari tingkat lokal sampai tingkat internasional. Hanya demi sebuah mahkota dari emas permata dan gelar ‘Miss Universe’ atau sejenisnya, mereka rela menelanjangi dirinya sekaligus menanggalkan rasa malu sebagai sebaik-baik mahkota di dirinya. Naudzubillah min dzaliik…

Apakah mereka tidak menyadari, kelak di hari tuanya ketika kecantikan fisik sudah memudar, atau bahkan ketika jasad telah menyatu dengan tanah, apakah yang bisa dibanggakan dari kecantikan itu? Ketika telah berada di alam kubur dan bertemu dengan malaikat yang akan bertanya tentang amal ibadah kita selama di dunia dengan penuh rasa malu karena telah menanggalkan mahkota kemuliaan yang hakiki semasa di dunia.
Dalam sebuah kisah, ‘Aisyah Radhiyyallahu ‘Anha pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim dengan pakaian tipis, kemudian beliau berkata, “Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”

Betapa pun Allah ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi kaum wanita, itu adalah sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kita—kaum wanita—terhadap mahkota yang ada pada diri kita. Namun kenapa ketika Allah sendiri telah memberikan perlindungan kepada kita, justeru kita sendiri yang berlepas diri dari penjagaan itu sehingga mahkota kemuliaan kita pun hilang di telan zaman?

“Nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 13)

Wahai, muslimah…
Peliharalah rasa malu itu pada diri kita, sebagai sebaik-baik perhiasan kita sebagai wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat dari emas permata, namun untuk mendapatkan (mahkota emas permata itu), kau harus menelanjangi dirimu di depan public.

Wahai saudariku muslimah…
Kembalilah ke jalan Rabb-mu dengan sepenuh kemuliaan, dengan rasa malu dikarenakan keimananmu pada Rabb-mu…

13 December 2012

Cerdasnya Khalifah Ali bin Abu Thalib

Seorang lelaki shalih yang mempunyai 3 orang anak lelaki, istrinya telah meninggal dunia. Suatu saat sang bapak memanggil anak-anaknya dan berkata,

“Wahai anak-anakku, kalau kelak aku meninggal, hendaknya kalian tetap rukun berkasih sayang dan saling membantu seperti saat ini. Harta peninggalanku, hendaknya engkau bagi sesuai pesanku. Engkau yang tertua, karena telah mapan dan mempunyai penghasilan yang mencukupi, maka memperoleh seper-sembilannya. Engkau yang nomor dua memperoleh seper-tiganya. Dan engkau terkecil memperoleh seper-duanya.

Tetapi ingatlah, kalian harus tetap rukun berkasih sayang dan saling menolong satu sama lainnya. Janganlah bermusuhan hanya karena berebut harta dunia, sesungguhnya kehidupan di dunia itu hanya sesaat…!!”

Beberapa waktu kemudian lelaki tersebut meninggal dunia. Karena anak-anaknya juga shalih sebagaimana didikan ayahnya, maka setelah pemakaman ayahnya, mereka menyelesaikan segala tanggungan orang tuanya tersebut. Setelah tidak ada lagi hutang dan tanggungan lainnya, tugas mereka selanjutnya adalah membagi harta sisa peninggalan (warisan) yang memang menjadi hak mereka bertiga, seperti wasiat ayahnya sebelum meninggal dunia.

Mereka menghitung dan ternyata harta yang masih tersisa berupa 17 (tujuh belas) ekor unta untuk mereka bertiga. Tentu saja mereka kesulitan untuk membaginya sesuai dengan wasiat ayahnya, sebab harta sisa bukan berupa uang yang mudah dibagi, melainkan berupa unta.

Mereka kesana-kemari mendatangi beberapa orang pintar dan bijaksana untuk bisa membagi sesuai wasiat ayahnya, tetapi mereka tetap menemui jalan buntu.

Sampai akhirnya seseorang menyarankan untuk meminta tolong kepada khalifah Ali bin Abu Thalib radiyallahu anhu. Mereka mengirim utusan kepada Khalifah Ali dan beliau bersedia membantu kesulitan saudaranya sesama kaum muslim. Didikan Rasulullah SAW sebagai orang yang zuhud dan tawadhu, membuat Khalifah Ali dengan senang hati mendatangi tempat tinggal mereka dengan menunggangi untanya.

Setibanya di sana, mereka menceritakan permasalahannya, dan Khalifah Ali dengan tersenyum berkata,
“Bawalah unta-unta itu kemari!!”

Setelah unta-unta dikumpulkan di hadapan Khalifah Ali, beliau berkata,
“Aku tambahkan untaku dalam harta warisan ini, sehingga jumlahnya menjadi 18 (delapan belas) ekor. Wahai engkau yang tertua, ambillah bagianmu, seper-sembilannya, berarti dua ekor unta!!”
Anak yang tertua pun kemudian mengambil bagiannya dua ekor unta dengan gembira.
Kemudian Khalifah Ali berkata lagi, “Wahai engkau anak yang nomor dua, ambillah bagianmu. Sepertiganya, berarti sebanyak enam ekor unta!!”
Anak kedua pun kemudian mengambil bagiannya sebanyak enam ekor unta dengan ikhlas dan terharu.

Dan beliau berkata lagi, “Dan engkau, wahai anak yang termuda, ambillah bagianmu seper-duanya, berarti kamu mendapatkan sembilan ekor unta!!”
Anak termuda pun kemudian mengambil bagiannya sebanyak sembilan ekor unta, dan ternyata masih tersisa satu ekor lagi, dan Khalifah Ali berkata,
“Masih tersisa satu ekor, dan ini memang unta milikku tadi, maka aku mengambilnya kembali!!’

Coba anda perhatikan,
18 x 1/9 = 2
18 x 1/3 = 6
18 x 1/2 = 9
Jumlah dari 2+6+9=17

Sahabat Ali meminjamkan 1 ekor untanya supaya berjumlah 18 dan memudahkan dalam pembagian tanpa harus menyembelih unta. Karena angka 17 tak bisa buat membagi pecahan 1/9, 1/3 dan 1/2, yang dalam pembagian unta hidup dan setelah dibagipun unta supaya tetap dalam keadaan hidup. Remeh memang, tapi itu benar-benar tindakan yang luar biasa, yang luput dari pemikiran manusia manapun.

Sungguh benarlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW, “Ana madinatul ‘ilmi, wa aliyyun baabuuha!!” (Sesungguhnya saya ini kotanya ilmu, dan Ali adalah pintu gerbangnya).

12 December 2012

Keindahan Islam Yang Berupa Perintah-perintahNYA

1. Islam memerintahkan kita agar bertauhid secara murni (beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja, tidak kepada yang selain-Nya), ber‘aqidah yang benar sesuai dengan pemahaman para Shahabat karena yang demikian itu dapat membawa kepada ketentraman hati. ‘Aqidah yang diajarkan Islam dapat menjadikan mulia, menampakkan harga diri dan memberikan kelezatan iman.

2. Islam memerintahkan agar berbakti kepada kedua orang tua, menghubungkan silaturahmi dan menghormati tetangga.

3. Islam mengajarkan agar berbuat dan berupaya untuk memenuhi dan membantu kebutuhan-kebutuhan kaum Muslimin dan meringankan beban kesengsaraan mereka

4. Islam menganjurkan terlebih dahulu memberi ucapan salam kepada setiap muslim yang kita jumpai dan menolong kaum Muslimin.

5. Islam mengajurkan agar menjenguk orang yang sakit, mengantar jenazah, berziarah kubur, dan mendo’akan sesama kaum Muslimin “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam.” (Para Shahabat bertanya), “Apa saja wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(1) Apabila engkau berjumpa dengan-nya, maka ucapkanlah salam, (2) bila ia mengundangmu, maka penuhilah undangannya, (3) bila ia meminta nasihat, maka nasihatilah, (4) bila ia bersin lalu mengu-capkan tahmid (alhamdulillaah), maka do’akanlah (dengan ucapan: ‘Yarhamukallaah’), (5) bila ia sakit, maka jenguklah, dan (6) bila ia wafat, maka antarkanlah jenazahnya (ke pemakaman).

6. Islam menyuruh agar berlaku adil kepada orang lain dan mencintai apa yang dicintai mereka sebagaimana kita mencintai diri sendir . 
“Artinya : …Berlaku adillah, karena (adil itu) lebih dekat kepada takwa….” [Al-Maa-idah: 8].

7. Islam menyuruh berikhtiar untuk mencari rizki, menjaga kehormatan diri dan mengangkatnya dari posisi yang hina dan lemah. Dalam mencari rizki, seseorang hendaknya berikhtiar terlebih dahulu, baru kemudian bertawakal (menggantungkan harapan) hanya kepada Allah Azza wa Jalla, sebagaimana yang diperin-tahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:“Artinya : Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka sungguh kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikannya kepada burung. Pagi hari ia keluar dalam keadaan kosong perutnya, kemudian pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.

8. Islam mengajarkan berlaku amanah (dipercaya), menempati janji, baik sangka (husnu zhan), tidak tergesa-gesa dalam segala perkara dan berlomba dalam melakukan kebajikan.

11 December 2012

Sebab Kita Tak Bisa Memilih Ujian

Rasulullah pun pernah mengisyarakatnya, adakalanya seseorang hendak diangkat derajatnya oleh Allah, tetapi amal ibadahnya tak mencukupi untuk sampai ke derajat itu, lalu Allah turunkan ujian agar Allah tahu ia mampu bersyukur atau bersabar dan sampailah derajat itu kepadaNya.

ya Allah semoga ujian-ujian hidup, fitnah-finah dunia ini bisa kami jalani, sehingga anak-anak kami, isteri kami tidak mengubah hidup ini dan berpaling dari jalanMu,

Ya Allah jadikanlah keluarga kami sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepadaMu.

Ya Allah jangan engkau bebani kami melainkan sesuai dengan kesanggupan kami, Ya Allah ya Tuhan kami janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.

Ya Allah janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagai mana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.

Ya Tuhan kami janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.

Beri maaflah kami...ampunilah kami...dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.

Ya....Allah........ Ya...Rahman


10 December 2012

6 Hal Yang Merusak Ukhuwah Islamiyah

Mengingat kedudukan ukhuwah islamiyah yang sedemikian penting, maka memeliharanya menjadi sesuatu yang amat ditekankan. Disamping harus mengecek kebenaran suatu berita buruk yang menyangkut saudara kita yang muslim, ada beberapa hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah bisa tetap terpelihara. Allah swt berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok -olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan) dan jangan pula wanita wanita -wanita mengolokolokan wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok -olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok -olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah ka mu panggil memanggil dengan gelar -gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang -orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari pr asangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari -cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

[QS Al-Hujurat (49): 11-12]

Dari ayat di atas, ada enam hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah tetap terpelihara:

Pertama, 
memperolok-olokan, baik antar individu maupun antar kelompok, baik dengan kata -kata maupun dengan bahasa isyarat karena hal ini dapat menimbulkan rasa sakit hati, kemarahan dan permusuhan. Manakala kita tidak suka diolok-olok, maka janganlah kita m emperolok-olok, apalagi belum tentu orang yang kita olok -olok itu lebih buruk dari diri kita.

Kedua,
mencaci atau menghina orang lain dengan kata -kata yang menyakitkan, apalagi bila kalimat penghinaan itu bukan sesuatu yang benar. Manusia yang suka menghin a berarti merendahkan orang lain, dan iapun akan jatuh martabatnya.

Ketiga,
memanggil orang lain dengan panggilan gelar -gelar yang tidak disukai. Kekurangan secara fisik bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk memanggil orang lain dengan keadaan fisiknya i tu. Orang yang pendek tidak mesti kita panggil si pendek, orang yang badannya gemuk tidak harus kita panggil dengan si gembrot, begitulah seterusnya karena panggilan - panggilan seperti itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Memanggil orang dengan gelar sifat yang buruk juga tidak dibolehkan meskipun sifat itu memang dimilikinya, misalnya karena si A sering berbohong, maka dipanggillah ia dengan si pembohong, padahal sekarang sifatnya justru sudah jujur tapi gelar si pembohong tetap melekat pada dirinya. Karena nya jangan dipanggil seseorang dengan gelar -gelar yang buruk.

Keempat,
berburuk sangka, ini merupakan sikap yang bermula dari iri hati (hasad). Akibatnya ia berburuk sangka bila seseorang mendapatkan kenimatan atau keberhasilan. Sikap seperti harus dicegah karena akan menimbulkan sikap -sikap buruk lainnya yang bisa merusak ukhuwah islamiyah.

Kelima,
mencari-cari kesalahan orang lain, hal ini karena memang tidak ada perlunya bagi kita, mencari kesalahan diri sendiri lebih baik untuk kita lakukan agar kita b isa memperbaiki diri sendiri.

Keenam,
bergunjing dengan membicarakan keadaan orang lain yang bila ia ketahui tentu tidak menyukainya, apalagi bila hal itu menyangkut rahasia pribadi seseorang. Manakala kita mengetahui rahasia orang lain yang ia tidak suka bila hal itu diketahui orang lain, maka menjadi amanah bagi kita untuk tidak membicarakannya.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa ketika ukhuwah islamiyah kita dambakan perwujudannya, maka segala yang bisa merusaknya harus kita hindari. Bila uk huwah sudah terwujud, yang bisa merasakan manfaatnya bukan hanya sesama kaum muslimin, tapi juga umat manusia dan alam semesta, karena Islam merupakan agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Karenanya mewujudkan ukhuwah Islamiyah merupakan kebutuhan p enting dalam kehidupan ini.

09 December 2012

Cintanya Sahabat Terhadap Rasulullah SAW


Ada getar hati yang menggerakan air mata ini mengalir, ketika kultum seorang rekan menyampaikan tentang sahabat seperjuangan Rasulullah SAW, “Syaidina  Abu Bakar ash siddiq”.

Betapa cintanya beliau terhadap Rasulullah SAW, ketika hijrah dari Makkah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi menghindari kejaran musuh-musuh Islam. Ketika itu waktu sudah larut malam tiba dan beristirahat…

ada sebuah gua yang ditemukan, kemudian “Syaidina  Abu Bakar ash siddiq” langsung mencegah Rasulullah agar tidak masuk duluan, Syaidina  Abu Bakar menjaga jikalau sesuatu terjadi biarlah dia yang menanggung terlebih dahulu, ditemukan dalam gua tersebut dengan kondisi aman, dilepaskanlah baju “Syaidina  Abu Bakar” sebagai alas untuk tidur, dilihatnya ada tiga lubang yang harus ditutup tetapi baju beliau hanya bisa menutupi dua lubang saja…

setelah itu beliau meminta Rasulullah untuk istirahat dan tertidurlah Rasullah dipaha “Syaidina  Abu Bakar ash siddiq”. Di tengah lelahnya menjaga Rasulullah, tiba-tiba dari lubang yang tidak tertutup tadi masuklah binatang berbisa, beliau coba halangi dengan kakinya tetapi binatang tersebut langsung mengantuk kakinya dan dengan cepat racun menyebar kesetiap pembuluh darah, melihat betapa Rasulullah begitu lelalapnya tidur tidak berani untuk membangunkan….. ditahannya sakit yang tiada tara tersebut, meneteslah air mata beliau… dan mengenai Rasulullah SAW, terbangun Rasulullah dan melihat “Syaidina  Abu Bakar ash siddiq” dan bertanya, kenapa engkau meneteskan air mata ya sahabatku….???? “Syaidina  Abu Bakar ash siddiq” menjawab aku terantuk binatang berbisa di kakiku, seketika Rasulullah mengobati “Syaidina  Abu Bakar ash siddiq” dengan meludahi kaki yang terkena bisa tadi sehingga menjadi sembuh.

Betapa cintanya sahabat Rasulullah “Syaidina  Abu Bakar ash siddiq” sehingga dalam keaddan yang sekarat menahan bisa masih selalu ingin mejaga pemimpin yang mulia Rasulullah SAW.

Ya… Rasulullah maafkan kami jikalau sampai detik ini hati ini belum tergerak mencintaimu.....ketika Engkau dihina......, maaf kami…. Ya Rasulullah.

08 December 2012

Surga Menurut Mereka

Ada sebuah sajak pendek, pengarangnya anak SD yang namanya tak kuingat lagi, dulu pernah kubaca di majalah anak-anak, dan sajak itu beberapa waktu lalu pernah terdengar lagi dari mulut seorang anak remaja dengan redaksi yang berbeda tapi ada kemiripan kata-kata. Kira-kira begini bunyinya :

Apa itu Surga ...
Kata Mama, “Surga itu indah”

Lalu kutanya, “Adakah gunung dan pantai di sana?”
Kata Mama, “Di sana semua ada, pemandangan indah yang tak bisa terlukiskan”

Kutanya lagi, “Adakah roti keju dan susu coklat kegemaranku?”
Kata Mama, “Semuanya ada. Tuhan menyediakan segalanya di surga”

Dan aku bertanya lagi, “Kalau begitu, bolehkah aku sekarang pergi kesana, duhai Mama?”

Tiba-tiba mama menangis seraya memelukku
Kutanya pada mama, “Kenapa mama menangis?”
Mama menatapku lekat-lekat sambil berurai air mata

Lalu mama berucap, “Jangan sekarang, yah sayang… Jangan tinggalkan mama”
Aku bingung, Apa itu surga

Susi, anak remaja itu, yang juga memiliki sebuah blog pribadi, sebelum menutupkan mata selamanya, ia bercerita bahwa sajak pendek itu ia bacakan di depan orang tuanya. Terbayang sedihnya, hati ortu Susi pasti amat berduka, di kala membacakan itu, Susi kan sudah terkapar di rumah sakit, selalu terapi pengobatan karena kanker yang diidapnya. Dan pasti semua orang tua akan menitikkan air mata kalau anaknya membaca sajak tersebut dengan penuh penghayatan. Kesucian jiwa anak-anak mengantarkan kesederhanaan berpikir dalam menggapai impiannya.

Saking menggambarkan kenyamanan dan bahagianya kata “surga”, setiap orang bisa punya sudut pandang masing-masing saat melukiskan maknanya. Misalkan abah Cecep yang tukang becak, tetanggaku di bandung dahulu, beliau bilang, “Wah, kalau abah tiap hari kan nyetir becak, mungkin kalau pas bisa nyetir sedan mewah, berasa kayak di surga yah…hehe”, candanya. Ada-ada saja, si abah.

Lain lagi pikiran Mang Udin yang kerja di proyek bangunan, selalu kerja keras dari subuh sampai menjelang malam. Sampai-sampai Mang Udin pernah nyeletuk, “Haduh, Saya mah gak ada hari libur, susah ngambil cuti kayak yang kerja kantoran. Kalau Mang Udin ini cuti seharian, bisa tidur seharian sambil maen sama anak-anak, terus tidur lagi dan makan enak, wah, ibaratnya sedang berada di surga dong yah…”. Semua yang mendengar jadi tersenyum.

Bagi para ibu, merawat, mendidik anak-anak dan kebersamaan jalan perjuangan dengan suami adalah upaya merajut jalan ke surga-Nya. Bagi para suami, mengemban amanah sebagai imam dalam keluarga, melihat senyum ceria istri dan anak-anak adalah merintis keridhoan-Nya menuju kenyamanan surga. Sedangkan bagi anak-anak, serasa di surga jika bisa bermain dengan ayah-ibu yang komplet setiap hari, bisa mengerjakan apa pun yang disukai, atau berlibur sepuasnya tanpa diganggu Pe-Er atau tugas lain dari sekolah, dll.

Lain pula para politikus dan atau penguasa di kursi-kursi empuk, nampaknya surga diartikan sebagai posisi atau kedudukan, kalau menang setelah pemilu ‘bagaikan’ masuk ke pintu surga, semua jalan terasa mudah, sanak family bersuka cita, ikutan bahagia diajak jalan-jalan gratis melanglang buana, diistimewakan dalam pelayanan apa pun juga, meskipun menyadari dana yang dipakai adalah uang rakyat hasil ngutang dari badan keuangan dunia. AstaghfirrullAh …

Ada seorang saudari sholihat yang bercerita tentang teman baiknya, ibu Inah. Ketika di telepon ibu Inah bilang, “Saya tinggal di surga lho, jeng…”

“Lho…koq begitu, maksudnya gimana nih jeng…?”, tanya temannya.

Bu Inah berceloteh, “Iya…tiap subuh selalu dibangunkan adzan subuh, yang adzan suami saya sendiri atau anak-anak. Rumah kami sekarang menempel langsung dengan masjid, lho jeng… bertetangga dengan keluarga penjaga masjidnya, terasa kayak di surga toh jeng? Hehehe…”

Sang teman sangat terharu dan merasa memperoleh hikmah-Nya, Alhamdulillah, betapa bersyukurnya bu Inah, kalian taukah bahwa rumah mereka hanya sepetak ruang berukuran kira-kira 3 X 4 meter saja? Lagi pula, ruang kos-an itu berstatus mengontrak. Dengan ruangan kecil itu, bu Inah merasa bahagia ibarat sudah tinggal di surga sebab setiap waktu sholat wajib, mereka sekeluarga bisa on-time sholat berjama’ah. Subhanalloh. Sedangkan bagi orang lain, mungkin suara adzan dianggap pengganggu tidur.

”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman [55] : 13)

Ustadz Sofyan yang merupakan dosenku pernah mengatakan bahwa seseorang ditempatkan di surga ataukah neraka kelak adalah keputusan atau kehendak-Nya, siapa yang dilimpahi pertolongan-Nya, ampunan serta keridhoan Allah ta’ala maka surga tempat persinggahan akhirnya.

Sedangkan siapa yang dikehendaki-Nya untuk menerima adzab, maka persinggahan akhir adalah neraka. Dan orang-orang beriman melalui jalan terjal di dunia untuk mengecap kebahagiaan di akhirat, perjalanan susah, dilanda sakit, diuji dengan beragam cobaan hidup sehingga tak terpikir untuk bertanya tentang surga, yang ada dalam benak kaum mukmin adalah memohon petunjuk-Nya, keridhoan dan kasih sayang Allah SWT.

Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” Dan dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya dengan sanad hasan)

Ya Allah, Yaa Rahman Yaa Rahiim, Jadikanlah kami termasuk golongan orang yang senantiasa ingat kepada-Mu, selalu mensyukuri nikmat-Mu dan selalu meningkatkan kualitas beribadah kepada-Mu, serta selalu memperoleh ampunan-Mu, amiin. Wallohu ‘alam bisshowab.

07 December 2012

Syukurilah Yang Kita Punya

Artinya, ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. Karena Dia telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki.

{Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya.} (QS.Ibrahim:34)

Kesehatan badan, keamanan negara, sandang pangan, udara dan air, semuanya tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, Kita memiliki dunia, tetapi tidak pernah menyadarinya. Kita menguasai kehidupan, tetapi tak pernah mengetahuinya.

{Dan, Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin.} (QS. Luqman: 20)

Kita memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua kaki.

{Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?} (QS. Ar-Rahman: 13)

Apakah Kita mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu yang sepele, sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan jalan terus menerus tiada henti? Apakah Kita mengira bahwa berdiri tegak di atas kedua betis itu sesuatu yang mudah, sedang keduanya bisa saja tidak kuat dan suatu ketika patah?

Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan Kita dari ketulian. Begitulah, sebenarnya Kita berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi Kita tidak menyadarinya. 

Kita tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisash, meskipun Kita masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat.

Kita acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Kita pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Kita mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Kita masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian, karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah!

{Dan, pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan.} (QS. Adz-Dzariyat: 21)

Pikirkan dan renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah, pekerjaan, kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling Kita. Dan janganlah termasuk golongan {Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya.} (QS. An-Nahl: 83)