29 April 2013

Teman Kebaikan

Setelah lama menghilang dari kampung halaman dan sebut saja namanya erwin , saat serwin kembali ke sana, ada cita rasa khusus dan kebahagiaan tersendiri. Erwin terus memutar pandangan meneliti setiap sudut kampung dan wajah setiap orang; generasi tua dan generasi muda. Sungguh banyak.

Setelah lama menghilang, erwin pun rindu ingin berjalan-jalan di jalanan kampung. Di antara gang-gang, erwin menyaksikan bangunan tua dan lorong yang sempit.

Dalam waktu singkat, tidak lebih dari satu jam erwin berjalan- jalan, erwin merasa tidak terlalu lama menghilang. Masa bertahun- tahun habis dalam jalan-jalan singkat. Itu karena erwin tidak melihat bangunan baru kecuali sedikit saja. Sedangkan bangunan tua, rata-rata sudah tampak usang dan bobrok.
Hari berikutnya, kami bersiap-siap untuk shalat jumat di masjid jami’ yang tampak semakin luas dan lebar serta tinggi menjulang.

Erwin pun meluruskan pandangan ke mimbar. dan ingin melihat, apakah yang akan naik adalah imam lama yang dia tinggalkan beberapa tahun lalu, ataukah sudah berubah?

Erwin kaget melihat seorang pemuda tambun dengan jenggot tebal. Dia menghadap jamaah dengan salam penuh percaya diri yang tampak dalam nadanya. Kemudian dia berkhutbah dengan lugas, lancar, dan kuat. Khutbah yang menarik, apalagi suaranya keras dan intonasinya menyentuh.

Setelah selesai shalat, erwin pun penasaran dan segera bertanya kepada orang yang ada di sisiku tentang khatib muda istimewa ini. Orang yang kutanya tertawa, "Apakah kamu tidak mengenalnya? Dia si Fulan," jawabnya.

erwin tidak percaya dan mendongakkan kepala, seolah-olah erwin berkata, "Tidak."
erwin mengira dia akan menyebutkan nama-nama yang erwin kenal, namun kalau si Fulan, dia sendiri selamanya tidak masuk dalam hitungan.

Hari itu juga, erwin berhasrat mengunjungi khatib muda itu di rumahnya. erwin sudah tahu alamat rumahnya. Di tengah jalan, erwin mencoba mengingat kenangan masa lalu, mengenang kejadian yang berhubungan dengan pemuda itu. erwin melihat banyak hal yang aneh.

Kami, sekelompok anak-anak bergegas pergi ke masjid hendak melaksanakan shalat ketika kami mendengar azan. Masjid tidak jauh dari tempat kami bermain. Temanku yang satu ini tidak pernah mau pergi ke masjid, bahkan kadang- kadang dia melontarkan kata-kata menghina kepada kami. Dia lebih memilih tinggal bersama kelompok yang lebih besar untuk melanjutkan permainan. Permainan yang sebagian besar termasuk jenis judi. Saat kami selesai shalat dan kembali ke tempat bermain, kadang-kadang kami mendapati mereka menghina kami.

Saat kunjungan, erwin membolak-balik berkas-berkas memori. Kemudian erwin memaksa dia untuk menceritakan kisah dia mendapat hidayah. Dia lantas bercerita, "erwin meninggalkan sekolah di awal tingkat SMA karena kondisi yang menimperwin. erwin melamar kerja dan uang mengalir di tanganku. erwin semakin bertambah buruk. Hanya saja Allah menghendaki erwin kebaikan, erwin sakit sehingga erwin tidak mampu meninggalkan tempat tidur. Mungkin kalian membenci sesuatu, padahal itu itu yang terbaik untuk kalian [ Kata-kata merujuk pada firman Allah dalam surah al-Baqarah: 216 (Pen.). ]."

"Sudah menjadi watakku sejak kecil, aku sangat takut sakit karena khawatir menjadi penyebab akhir hidupku."

"Saat aku sakit, aku menyadari bahwa teman-temanku yang jahat tidak mau menginjakkan kaki menjengukku. Tidak ada yang menjengukku kecuali dua orang dari mereka dalam tempo yang berjauhan."

"aku berkenalan dengan seorang pemuda yang sering menjenguk sahabatnya yang berada di satu ruang bersamerwin. Kamar ini luas sekali, berisi lebih dari dua puluh ranjang. Pemuda ini tidak pernah melupakanku. Setiap kali dia datang, dia selalu membahagiakanku dengan kebaikan, pertanyaan, dan hadiahnya yang bermacam-macam. Suatu hari, dia memberiku sebuah kaset, dia memaksa agar aku mendengarkannya dengan penuh perhatian. Dia mengatakan hendak bertanya kepadaku mengenai kandungannya, sebab dia sulit memahaminya."

"akun mendengarkan kaset itu dengan seksama. Masya Allah, apa yang menyebabkan kaset ini ada dalam hatiku?"

"Kaset ini berbicara tentang su’ul khatimah (akhir hidup yang buruk), penyebabnya dan kisah-kisah seputar itu. Seluruh tubuhku bergetar. aku menyembunyikan wajahku di balik selimut dan mulai menangis tersedu-sedu. aku kembali mendengarkan kaset itu berkali-kali. Malam itu juga, aku hampir hafal seluruh kalimat yang ada di dalamnya. Keesokan paginya, aku membawa tape recorder ke taman samping. aku tidak tahu berapa lama aku di sana. aku kembali mendengarkan kaset itu. Itu adalah permulaan hidayah datang menjengukku dan kemudian langkah-langkah hidayah datang berkesinambungan di atas jalan yang panjang."

"Setelah sembuh, aku segera memutus hubungan dengan kawan-kawan burukku sebagai langkah pertama yang harus aku tempuh. Kebetulan, kepribadianku lebih kuat daripada mereka. Dengan jelas aku mengumumkan kepada mereka, Terserah kalian, apakah akan berjalan di jalan yang cahayanya tampak kepaderwin atau berpisah dariku dengan cara yang baik?’"

"Karena di daerah kami tidak ada seorang syekh yang bisa aku jadikan rujukan dan dijadikan guru, aku harus berjuang sendiri seraya meminta pertolongan kepada Allah. aku mendengarkan satu kaset sampai hafal per huruf. aku hafal banyak kaset milik beberapa syekh terkenal yang hanya kasetnya saja yang sampai kepada kami. Salah satunya adalah Syekh Abdul Hamid Kasyik. Retorika dan gaya bahasa beliau banyak mempengaruhiku. aku hafal banyak kaset pelajaran milik beliau."

"Suasana negara tidak mendukung adanya perpustakaan Islam. Kaset-kaset itu kami dapatkan dengan susah payah, secara rahasia, jauh dari pantauan orang lain. Begitu juga, judul-judul buku, kami dapatkan dari tangan ke tangan."

"aku membaca buku-buku islami yang ada di tanganku berkali-kali sehingga aku menyimpan semua kitab itu di otakku. Tidak berapa lama, aku menemukan lisanku bisa lancar berbicara dengan baik dan penuh makna yang lahir dari lubuk hati. Pertamanya, aku mulai mengadakan pengajian ilmu-ilmu sederhana. Berapa lama kemudian, selangkah demi selangkah, aku mengadakan pengajian nasihat dan pengarahan. Sedikit demi sedikit. Dengan kemudahan yang dikaruniakan Allah, sekarang aku bisa menjadi seperti yang kamu lihat."

26 April 2013

Nasehat Bagi Para ‘Gossiper’

Sahabat Muadz bin Jabal, suatu ketika pernah datang menghadap Nabi bagaimana agar ia dapat menyucikan niatnya dan meraih keselamatan. Nabi menjawab demikian,” Ikutilah saya, meskipun kamu mungkin gagal dalam upaya mencapainya. Wahai Muadz, jagalah lidahmu dari memfitnah teman temanmu…carilah kesalahan pada dirimu sendiri, dan bukannya kepada orang lain; jangan membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain; jangan pula memuji muji diri sendiri di depan orang lain. Janganlah suka menjelek jelekan sifat sifat orang lain sehingga pada hari kiamat nanti anjing anjing neraka akan menjelek jelekkan kamu sehingga hancur berkeping keping (HR Muslim)

Menemukan kesalahan pada diri orang lain itu perkara mudah; tetapi memahami mengapa begini , mengapa begitu, itulah yang susah. Kita seringkali bebal dengan pengalaman orang lain yang turut membantu membentuk atau merusak martabat orang lain , sehingga sebagai muslim seharusnya kita berfikir berkali kali menilai apapun yang negatif terhadap orang itu.

Ada sebuah cerita tentang tukang gosip yang saya dengar dari syeikh Jamaluddin :

Tukang gossip itu suka sekali membicarakan hal hal yang buruk dari orang lain. Dengan penuh kesadaran, kebiasaan itu tampaknya cukup mengganggu dia, makanya ia kemudian pergi menemui seorang syeikh yang bijak untuk membicarakannya. Setelah mendengarkan dengan seksama, syeikh itu menyuruh orang tadi untuk mengumpulkan sekantong bulu bulu, dan membawanya ke menara tinggi di kotanya. Pada suatu hari di mana angin bertiup kencang , orang itu diminta mengosongkan bulu bulu di kantongnya, dan ia kembali kepada syeikh agar menceritakan semuanya bahwa instruksinya telah dijalankannya. Tak disangka, syeikh itu menyuruhnya untuk mencari dan mengumpulkan kembali setiap bulu bulu yang sudah dihempaskan angin kemana mana, di setiap penjuru kota, di parit, di atas pohon, di cerobong asap, bahkan di saluran air. Si tukang gossip tadi menggeleng gelengkan kepala karena tidak percaya apa yang harus diperbuat terhadap instruksi syeikh tersebut, tapi syeikh tadi mengingatkan, : Saudaraku, itulah betapa gawatnya masalah kamu di dunia dan akherat kelak.”

Semoga nasehat ini bisa menyadarkan para pencinta gosip, bila nasehat ini belum berhasil, saya hanya bilang, “Wah dasar muka badak, ternyata anda memang hobinya mengumpat.”

25 April 2013

Aku Tidak Akan Shalat

Suatu hari, aku turun dari rumah sakit menuju sebuah masjid di luar kawasan rumah sakit. Di salah satu lorong, aku bertemu dengan seorang perempuan yang meminta tolong, di tangannya ada beberapa kertas, ``Apakah Anda melihat suami saya?`` tanyanya. Aku melihat di sekeliling, aku tidak melihat siapa pun.

Dia berkata lagi, ``Itu dia, di pintu kaca.`` Di sana, kulihat seorang pria, tampangnya menjijikkan, air liurnya meleleh, dia hampir tidak tegak berdiri, tubuhnya gemetar, dia membenturkan kepalanya ke pintu, berhenti beberapa jenak, kemudian menampar wajahnya. ``Dia itu adalah suamiku, dia memiliki sebuah obat, jika dia tidak meminumnya, dia akan seperti ini, air liurnya menetes dan membenturkan kepalanya ke tembok. Jika Anda berkenan, tolong ambilkan obat itu di apotek,`` minta wanita itu.

Kami pun berangkat ke apotek. Ketika urusannya selesai, saat aku hendak pergi ke masjid, tiba-tiba wanita itu berkata, ``Semoga Allah membalas Anda dengan yang lebih baik. Aku ingin bercerita kepada Anda. Suamiku ini adalah laki-laki yang kuat. Ketika aku menikah dengannya, dia tidak seperti ini. Dia berakhlak baik, namun dia tidak shalat kecuali kalau sedang ingin saja. Shalat subuh dia lakukan pada jam sepuluh atau jam sebelas. Jika dia ingin, dia shalat.

Pada suatu hari, sekitar pukul 14.30, kita makan siang bersama. Setelah selesai makan dan belum mencuci tangan, dia duduk bersandar di kursi. ``Hei dengar. Itu suara azan,`` kataku kepada suamiku mengingatkan. ``Insya Allah,`` jawabnya. Aku berdiri, mengangkat perabotan. ``Hei dengar. Itu sudah iqamah,`` kataku lagi. ``Insya Allah, sudah insya Allah,`` jawabnya santai. Shalat didirikan di masjid, aku berkata kepadanya, ``Hei... kamu akan ketinggalan shalat,`` kataku mengingatkan. Namun apa jawabnya? Dia berteriak di mukaku, ``Aku tidak akan shalat!`` Dia bangga melakukan dosa.

Shalat sudah selesai. Ketika dia akan berdiri, wajahnya terjatuh ke piring yang belum aku ambil. Dia gemetaran, mulutnya berbusa dan menggelepar. Demi Allah, pemandangannya tidak bisa dilukiskan. Sampai aku sendiri, istrinya tidak bisa mendekatinya.

``Dan apabila dikatakan kepadanya, `Bertakwalah kepada Allah,` bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa....`` (al-Baqarah [2]: 206)

Aku segera turun menemui saudara-saudaranya di lantai dasar. Mereka berlarian mengikutiku menuju lantai atas. Mereka membawanya ke rumah sakit dalam kondisi seperti itu. Beberapa saat, dia dibantu dengan alat napas buatan. Kemudian kondisinya seperti ini. Apabila dia tidak meminum obat, dia akan berbuat seperti tadi. Dia memukuli anak kecil yang tak berdosa, menjambak rambutnya. Sejak saat itu, dia tidak mempunyai pekerjaan dan pendapatan. Betapa banyak nikmat yang Allah limpahkan kepadanya, tetapi dia tidak memanfaatkan, bahkan dia berani mengatakan, ``Apakah dia (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang berkuasa atasnya ? `` (al-Balad [90]: 5)

Akan tetapi Allah mengajarinya shalat, namun dia tidak pernah shalat. Betapa banyak manusia yang memiliki nama Abdul Aziz (hamba Allah yang Mahaperkasa), tetapi dia kafir kepada Yang Mahaperkasa, dia tidak shalat dan tidak mengikuti jalan umat Islam. Apa yang akan dia katakan kepada Allah, jika orang buta saja tidak diberi keringanan untuk shalat di rumahnya. Apa yang akan kamu katakan kepada Allah?`` Kata wanita itu mengakhiri ceritanya.

24 April 2013

Walau Engkau Seorang Diri dalam Kebenaran

Wahai saudaraku … yang namanya kebenaran tidaklah mesti dianut oleh orang banyak. Meskipun seseorang bersendirian dalam menggenggam ajaran kebenaran, dialah yang berada di jalan yang benar. Jadi tidak perlu berkecil hati ketika kita hanya bersendirian di kampung atau di negeri, sedangkan yang lainnya berada dalam kegelapan syirik dan bid’ah. Karena sebenarnya kita bersama dengan Rasul dan para sahabat yang terlebih dahulu berpegang pada kebenaran.

Ibnu Mas’ud berkata,

الجماعة ما وافق الحق وإن كنت وحدك

“Yang disebut jama’ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.” (Dikeluarkan oleh Al Lalikai dalam Syarh I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah 160 dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq 2/ 322/ 13).

Sebagian salaf mengatakan,

عليك بطريق الحق ولا تستوحش لقلة السالكين وإياك وطريق الباطل ولا تغتر بكثرة الهالكين

“Hendaklah engkau menempuh jalan kebenaran. Jangan engkau berkecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikuti jalan kebenaran tersebut. Hati-hatilah dengan jalan kebatilan. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang mengikuti yang kan binasa” (Madarijus Salikin, 1: 22).

Orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, itulah yang selalu teranggap asing. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنَ سَنَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيباً ثُمَّ يَعُودُ غَرِيباً كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ « الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ

Dari ‘Abdurrahman bin Sannah. Ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabad, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing.” Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ghuroba’, “Mereka memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad 4: 74. Berdasarkan jalur ini, hadits ini dho’if. Namun ada hadits semisal itu riwayat Ahmad 1: 184 dari Sa’ad bin Abi Waqqosh dengan sanad jayyid)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ». فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ »

“Beruntunglah orang-orang yang asing.” “Lalu siapa orang yang asing wahai Rasulullah”, tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang-orang yang sholih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya” (HR. Ahmad 2: 177. Hadits ini hasan lighoirihi, kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Walau terasa asing, namun begitu indahnya bisa berada di atas kebenaran yang dianut sebelumnya oleh Rasul dan para sahabat, yang jauh dari syirik dan bid’ah.

Hanya Allah yang memberikan petunjuk pada al haq, kebenaran.


22 April 2013

Bahaya Kebiasaan Berhutang

Islam adalah agama yang mulia. Islam telah mengatur seluruh permasalahan di dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk di dalamnya adalah permasalahan hutang-piutang. Islam tidak hanya membolehkan seseorang berhutang kepada orang lain, tetapi Islam juga mengatur adab-adab dan aturan-aturan dalam berhutang.
Hukum Berhutang

Hukum asal dari berhutang adalah boleh (jaa-iz). Allah subhaanahu wa ta’aala menyebutkan sebagian adab berhutang di dalam Al-Qur’an. Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:

{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ }

“Hai orang-orang yang beriman! Apabila kalian ber-mu’aamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya.” (QS Al-Baqarah: 282)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah berhutang. Di akhir hayat beliau, beliau masih memiliki hutang kepada seorang Yahudi, dan hutang beliau dibayarkan dengan baju besi yang digadaikan kepada orang tersebut.

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallaahu’anhaa, bahwasanya dia berkata:

( أَنَّ النَّبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- اشْتَرَى طَعَامًا مِنْ يَهُودِيٍّ إِلَى أَجَلٍ فَرَهَنَهُ دِرْعَهُ )

“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membeli makanan dari seorang Yahudi dengan tidak tunai, kemudian beliau menggadaikan baju besinya” (HR Al-Bukhari no. 2200)
Kebiasaan Sering Berhutang

Akan tetapi, banyak kaum muslimin yang menganggap remeh hal ini. Mereka merasa nyaman dengan adanya hutang yang “melilit’ dirinya. Bahkan, sebagian dari mereka di dalam hidupnya tidak pernah sedetik pun ingin lepas dari hutang. Sebelum lunas pinjaman yang pertama, maka dia ingin meminjam lagi untuk yang kedua, ketiga dan seterusnya.

Jika hal ini dibiarkan, maka ini akan berlarut-larut dan akan “menular” kepada orang lain di sekitarnya. Terlebih lagi, dengan banyaknya fasilitas untuk berhutang yang disediakan oleh lembaga-lembaga, badan-badan atau perusahaan-perusahaan yang menganut sistem ribawi. Dan parahnya, tidak hanya orang-orang awam yang terlibat dengan hal-hal seperti ini, orang yang sudah lama mengaji, orang berilmu dan orang-orang kaya pun turut berpartisipasi dalam “meramaikannya”. Na’uudzu billaahi min dzaalika.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangat takut berhutang dan sangat takut jika hal tersebut menjadi kebiasaannya. Mengapa demikian?

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallaahu ‘anhaa, bahwasanya dia mengabarkan, “Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di shalatnya:

( اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ)

“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari hal-hal yang menyebabkan dosa dan dari berhutang“

Berkatalah seseorang kepada beliau:

( مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنَ الْمَغْرَمِ؟ )

“Betapa sering engkau berlindung dari hutang?”

Beliau pun menjawab:

( إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ, حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ. )

“Sesungguhnya seseorang yang (biasa) berhutang, jika dia berbicara maka dia berdusta, jika dia berjanji maka dia mengingkarinya” (HR Al-Bukhaari no. 832 dan Muslim no. 1325/589)

Perlu dipahami bahwa berhutang bukanlah suatu perbuatan dosa sebagaimana telah disebutkan. Tetapi, seseorang yang terbiasa berhutang bisa saja mengantarkannya kepada perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aala. Pada hadits di atas disebutkan dua dosa akibat dari kebiasaan berhutang, yaitu: berdusta dan menyelisihi janji. Keduanya adalah dosa besar bukan?

Mungkin kita pernah menemukan orang-orang yang sering berhutang dan dililit oleh hutangnya. Apa yang menjadi kebiasaannya? Bukankan orang tersebut suka berdusta, menipu dan mengingkari janjinya? Allaahumma innaa na’udzu bika min dzaalika.
Memberi Jaminan Ketika Berhutang

Mungkin di antara pembaca ada yang mengatakan, “Bukankan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sendiri berhutang?”

Ya, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berhutang karena sangat membutuhkan hal tersebut pada saat itu. Coba kita perhatikan dengan seksama hadiits yang telah disebutkan. Bukankan yang dihutangi oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah makanan? Jika benar-benar memiliki kebutuhan, maka hal tersebut bukanlah sesuatu yang tercela.

Tetapi perlu diingat, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melakukan hal yang mulia ketika beliau berhutang. Apakah hal yang mulia tersebut? Beliau menggadaikan baju besinya sebagai jaminan. Apabila beliau tidak mampu membayarnya, maka baju besi itulah yang menjadi pembayarannya.

Begitulah seharusnya yang kita lakukan ketika berhutang. Kita harus memiliki jaminan dalam berhutang. Jaminan-jaminan tersebut bisa berupa:
Harta yang dimiliki
Misalkan seseorang ingin membeli motor, dia memiliki uang di simpanannya sebanyak Rp 15 juta. Uang tersebut tidak berani dia keluarkan, karena menjadi simpanan usahanya yang harus di sisakan di simpanan bisnisnya, untuk berjaga-jaga dalam permodalan atau karena hal-hal lain. Kemudian orang tersebut membeli motor dengan kredit seharga Rp 15 juta kepada seseorang dengan batas waktu yang telah ditentukan.

Hal seperti ini tidak tercela, karena seandainya dia meninggal, maka dia memiliki jaminan harta yang ada di simpanannya.
Menggadaikan barang (Ar-Rahn)
Hal ini telah dijelaskan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Mengalihkan hutang kepada piutang yang dimiliki (Al-Hawaalah/Al-Hiwaalah)
Misalkan si A memiliki piutang (orang lain [si B] berhutang kepadanya) sebesar Rp 5 juta, kemudian orang tersebut ingin berhutang kepada si C sebesar Rp 5 juta. Si A mengatakan kepada si C, “Bagaimana menurutmu jika piutangku pada si B menjadi jaminan hutang ini.” Kemudian si C pun menyetujuinya. Maka hal tersebut juga tidak tercela dan pengalihan seperti ini diperbolehkan di dalam Islam. Seandainya si A meninggal, maka hutang tersebut menjadi tanggung jawab si B untuk membayarkannya kepada si C.
Mencari penanggung jawab atas hutang yang dimiliki (Al-Kafaalah)
Misalkan seseorang membutuhkan biaya yang sangat besar secara mendadak, seperti: biaya operasi yang diakibatkan oleh kecelakaan. Orang tersebut tidak memiliki uang atau harta sebagai jaminannya. Pihak rumah sakit meminta orang tersebut mencari seorang penanggung jawab (kafil) atas hutangnya tersebut. Seandainya orang tersebut kabur atau meninggal dunia, maka penanggung jawabnyalah yang membayarkan hutangnya kepada rumah sakit. Hal ini diperbolehkan dengan syarat penanggung jawab tersebut mampu untuk membayarkan hutangnya atau mampu mendatangkan orang yang berhutang tersebut apabila dia kabur.
Keburukan Jika Hutang Tidak Sempat Dilunasi

Jika tidak memiliki jaminan-jaminan yang telah disebutkan di atas, sebaiknya jangan membiasakan diri untuk berhutang. Karena orang yang meninggal sedangkan dia memiliki tanggungan hutang, maka dia akan mendapatkan banyak keburukan. Setidaknya penulis sebutkan tiga keburukan pada tulisan ini.
Keburukan pertama: Tidak dishalati oleh tokoh-tokoh agama dan masyarakat

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menshalati jenazah yang memiliki hutang.

( عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ، فَقَالُوا: صَلِّ عَلَيْهَا ، فَقَالَ : (( هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )), قَالُوا: لاَ، قَالَ: (( فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا ؟ )), قَالُوا: لاَ، فَصَلَّى عَلَيْهِ، ثُمَّ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ أُخْرَى، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، صَلِّ عَلَيْهَا، قَالَ: (( هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )) قِيلَ : نَعَمْ ، قَالَ: (( فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا؟ )) قَالُوا : ثَلاَثَةَ دَنَانِيرَ، فَصَلَّى عَلَيْهَا، ثُمَّ أُتِيَ بِالثَّالِثَةِ، فَقَالُوا: صَلِّ عَلَيْهَا، قَالَ: (( هَلْ تَرَك شَيْئًا؟ )) قَالُوا : لاَ، قَالَ: (( فَهَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )) قَالُوا: ثَلاَثَةُ دَنَانِيرَ ، قَالَ: (( صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ ))، قَالَ أَبُو قَتَادَةَ: صَلِّ عَلَيْهِ يَا رَسُولَ اللهِ، وَعَلَيَّ دَيْنُهُ، فَصَلَّى عَلَيْهِ.)

Diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiallaahu ‘anhu, dia berkata, “Dulu kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah seorang jenazah. Orang-orang yang membawa jenazah itu pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’ Kemudian beliau pun menshalatinya. Kemudian didatangkan lagi jenazah yang lain. Orang-orang yang membawanya pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Ya.’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Ada tiga dinar.’ Kemudian beliau pun menshalatinya. Kemudian didatangkanlah jenazah yang ketiga. Orang-orang yang membawanya pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Ada tiga dinar.’ Beliau pun berkata, ‘Shalatlah kalian kepada sahabat kalian! Kemudian Abu Qatadah pun berkata, ‘Shalatilah dia! Ya Rasulullah! Hutangnya menjadi tanggung jawabku.’ Kemudian beliau pun menshalatinya.” (HR Al-Bukhaari no. 2289)

Hadits di atas jelas sekali menunjukkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak mau menshalati orang yang punya hutang. Hal ini sebagai bentuk pengajaran beliau bahwa membiasakan diri untuk berhutang sedangkan dia tidak memiliki jaminan adalah sesuatu yang buruk. Oleh karena itu, sudah selayaknya orang-orang terpandang, tokoh masyarakat dan agama melakukan hal seperti ini ketika ada orang yang meninggal dan dia memiliki tanggungan hutang.
Keburukan kedua: Dosa-dosanya tidak akan diampuni sampai diselesaikan permasalahannya dengan orang yang menghutanginya

Diriwayatkan dari Abu Qatadah radhiallaahu ‘anhu dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

( أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ أَتُكَفَّرُ عَنِّى خَطَايَاىَ ؟)

“Bagaimana menurutmu jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan diampuni?”

Beliau pun menjawab:

( نَعَمْ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلاَّ الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ لِى ذَلِكَ )

“Ya, dengan syarat engkau sabar, mengharapkan ganjarannya, maju berperang dan tidak melarikan diri, kecuali hutang. Sesungguhnya Jibril ‘alaihissalam baru memberitahuku hal tersebut” (HR Muslim no. 4880/1885)

Hadits di atas menjelaskan bahwa ibadah apapun, bahkan yang paling afdhal sekalipun yang merupakan hak Allah tidak bisa menggugurkan kewajiban untuk memenuhi hak orang lain.
Keburukan ketiga: Ditahan untuk tidak masuk surga, meskipun dia memiliki banyak amalan sampai diselesaikan permasalahannya dengan orang yang menghutanginya

Diriwayatkan dari Tsauban, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

( مَنْ مَاتَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاَثٍ: الْكِبْرِ, وَالْغُلُولِ, وَالدَّيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ )

“Barang siapa yang mati sedangkan dia berlepas diri dari tiga hal, yaitu: kesombongan, ghuluul (mencuri harta rampasan perang sebelum dibagikan) dan hutang, maka dia akan masuk surga. (HR At-Tirmidzi no. 1572, Ibnu Majah no. 2412 dan yang lainnya. Syaikh Al-Albani mengatakan, “Shahih” di Shahih Sunan Ibni Majah)
Nasehat Seputar Hutang

Oleh karena, sebelum mengakhiri tulisan ini, ada beberapa hal yang ingin penulis nasihatkan untuk diri penulis dan pembaca sekalian:
Janganlah membiasakan diri untuk berhutang. Terutama berhutang yang tidak memiliki jaminan.
Fasilitas untuk berkecimpung di dalam riba sangatlah banyak sekali di zaman ini. Oleh karena itu, janganlah kita biarkan diri kita berkecimpung di dalamnya! Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

( لَعَنَ اللَّهُ آكِلَ الرِّبَا ، وَمُوكِلَهُ ، وَشَاهِدَهُ ، وَكَاتِبَهُ.)

“Allah melaknat pemakan riba, yang memberi makan, saksi dan juru tulisnya” (HR Ahmad no. 3725. Syaikh Syu’aib mengatakan, “Shahih li ghairih.”)
Apabila ingin berhutang, maka niatkanlah dengan hati yang jujur untuk segera melunasi hutang tersebut pada waktu yang telah dijanjikan. Insya Allah, Allah akan membantu pelunasannya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

( مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ ، وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ.)

“Barang siapa meminjam harta manusia dan dia ingin membayarnya, maka Allah akan membayarkannya. Barang siapa yang meminjamnya dan dia tidak ingin membayarnya, maka Allah akan menghilangkan harta tersebut darinya.” (HR Al-Bukhaari no. 2387)
Apabila telah sampai batas waktu yang telah ditentukan, maka segeralah membayar hutang tersebut dan jangan menunda-nundanya, terkecuali pada saat itu kita tidak memiliki harta untuk membayarnya. Orang yang memiliki harta untuk membayar hutangnya, tetapi dia sengaja memperlambat pembayarannya, maka dianggap sebagai suatu kezoliman/dosa. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

( مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ )

“Memperlambat pembayaran hutang untuk orang yang mampu membayarnya adalah kezaliman.” (HR Al-Bukhaari no. 2288 dan Muslim no. 4002/1564)
Jika benar-benar tidak mampu membayar hutang pada waktu yang telah ditentukan, maka bersegeralah meminta maaf kepada orang yang menghutangi dan minta tenggang waktu untuk membayarnya.

Demikian tulisan yang singkat ini. Mudahan bermanfaat untuk kita semua dan mohon perkenannya untuk menyampaikan kepada yang lain.

( اللَّهُمَّ إِنِّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ )


Penulis: Ustadz Sa’id Yai bin Imanul Huda Lc.
Artikel Muslim.Or.Id

21 April 2013

Hadiah Istimewa

Tersebut lah sepasang suami istri yang telah melewati 10 th masa pernikahannya. Mereka sepakat akan saling memberikan hadiah yang paling diinginkan. Mereka menulis masing-masing keinginannya di dalam sebuah amplop tertutup dan berjanji esok pagi akan membuka amplop itu secara bergiliran. (InsyaAllah)

Sang istri berujar, "hari ini yang akan dibuka adalah amplop papa lebih dahulu yaa..". "Apakah tidak sebaiknya amplop mama saja, aku ingin tahu apa yang paling mama inginkan, setelah itu baru amplopku", jawab sang suami."Baik lah" ucap sang istri sambil mengangguk.

Ketika amplop istri dibuka oleh sang suami, tertulis lah sebuah kalimat di dalam surat itu "Aku menginginkan sebuah gelang berlian sebagai pengikat 10 th pernikahan kita, lalu temani aku ke salon," .Dengan tersenyum sang suami pun berujar, "Baik lah mari kita cari gelang yang engkau inginkan itu," jawab sang suami pada istrinya.

Ternyata mencari gelang berlian itu tidak semudah yang dibayangkan sebelumnya. Sudah sepuluh toko yang dikunjungi, tidak ditemukan satu pun gelang yang dinginkan oleh sang istri. Setelah melewati sholat Dzhuhur dan Ashar di mesjid terdekat, hari makin beranjak senja, meski pun kaki nya sudah sangat letih sang suami tetap menemani istrinya berbelanja. Akhirnya gelang yang diidamkan sang istri terbeli juga.

Tapi permintaan belum lah selesai ditunaikan, setelah mendapatkan gelangnya, sang istri pun minta ditemani ke salon. Bayangkan tiga jam dihabiskan di salon, sang Istri melakukan sholat Maghrib pun di sana, sementara sang suami yg setia menantinya, sholat di Mushola terdekat.

Malam makin larut ketika mereka sampai di rumah. Setelah mandi dan sholat Isya berjama’ah, kini giliran amplop sang suami di buka oleh si istri. Betapa terkejutnya sang istri, amplop itu hanya berisi kertas putih yang kosong.

Sang suami tersenyum memandang istrinya yang terbengong-bengong menatap kertas kosong. Lalu suaminya berujar, "Apa yang paling aku ingin kan sudah aku dapatkan, seorang istri sholehah sepertimu, telah engkau baktikan seluruh hidupmu untuk mengurus buah hati & rumah tangga kita serta mengurus diriku. Bahkan tidak sekali pun engkau meminta perhiasan dan memanjakan diri mu sendiri. Itu lah sebabnya aku dengan ikhlas menemani mu seharian ini dan membelikan gelang berlian sesuai permintaanmu. Sekarang.. aku minta engkau lah yang menulis di kertas kosong milikku.. apa yang engkau tulis akan menjadi hal yang paling ku ingin kan pula" .Suara lembut suaminya menelusup ke rongga hati sang istri, tak terasa hangat menetes bulir-bulir airmata jatuh di pipi si istri.

Sang istri mengambil pulpen dan mulai menulis di kertas kosong itu, tidak berapa lama diserahkannya kertas itu pada sang suami. Dengan perlahan si suami membaca kata demi kata yang tertulis, " Aku ingin gelang berlian yang tadi engkau belikan untukku menjadi kado ulang tahun untuk mama (mertua)".

Sang suami menatap bingung istrinya, belum sempat ia bertanya mengapa, telunjuk lentik dan halus sang istri sudah menyentuh bibirnya. Sambil tersenyum sang istri berujar,

"Akan ku berikan perhiasan terindah yang pernah ku miliki ini sebagai tanda terima kasih ku untuk mama tercinta, perempuan terhebat yang telah melahirkan dan membesarkan mu, seorang laki-laki hebat, suami yang sholeh dan mencintaiku apa adanya". Tidak kuasa mata sang suami membendung bulir-bulir airmata keharuan.

SubhanAllah... Sepasang suami istri yang saling mencintai karena Rabb nya, Semoga ada hikmah dan manfaat yang dapat dipetik dari kisah ini, InsyaAllah.. aamiin.

Subhaanakalloohumma wa bihamdika, asyhadu allaa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.

Wassalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh

18 April 2013

Bercermin Diri

Dalam keseharian kehidupan kita, begitu sangat sering dan nikmatnya ketika kita bercermin. Tidak pernah bosan barang sekalipun padahal wajah yang kita tatap itu-itu juga, aneh bukan?! Bahkan hampir pada setiap kesempatan yang memungkinkan kita selalu menyempatkan diri untuk bercermin. Mengapa demikian? Sebabnya kurang lebih karena kita ingin selalu berpenampilan baik, bahkan sempurna. Kita sangat tidak ingin berpenampilan mengecewakan, apalagi kusut dan acak-acakan tak karuan.

Sebabnya penampilan kita adalah juga cermin pribadi kita. Orang yang necis, rapih, dan bersih maka pribadinya lebih memungkinkan untuk bersih dan rapih pula. Sebaliknya orang yang penampilannya kucel, kumal, dan acak-acakan maka kurang lebih seperti itulah pribadinya.

Tentu saja penampilan yang necis dan rapih itu menjadi kebaikan sepanjang niat dan caranya benar. Niat agar orang lain tidak terganggu dan terkecewakan, niat agar orang lain tidak berprasangka buruk, atau juga niat agar orang lain senang dan nyaman dengan penampilan kita.

Dan ALLAH suka dengan penampilan yang indah dan rapih sebagaimana sabda Nabi Muhammad S.A.W , "Innallaha jamiilun yuhibbul jamaal", "Sesungguhnya ALLAH itu indah dan menyukai keindahan". Yang harus dihindari adalah niat agar orang lain terpesona, tergiur, yang berujung orang lain menjadi terkecoh, bahkan kemudian menjadi tergelincir baik hati atau napsunya, naudzhubillah. Tapi harap diketahui, bahwa selama ini kita baru sibuk bercermin "topeng" belaka. Topeng "make up" , seragam, jas, dasi, sorban, atau asesoris lainnya,. Sungguh, kita baru sibuk dengan topeng, namun tanpa disadari kita sudah ditipu dan diperbudak oleh topeng buatan sendiri.

Kita sangat ingin orang lain menganggap diri ini lebih dari kenyataan yang sebenarnya. Ingin tampak lebih pandai, lebih gagah, lebih cantik, lebih kaya, lebih sholeh, lebih suci dan aneka kelebihan lainnya. Yang pada akhirnya selain harus bersusah payah agar topeng ini tetap melekat, kita pun akan dilanda tegang dan was-was takut topeng kita terbuka, yang berakibat orang tahu siapa kita yang aslinya. Tentu saja tindakan tersebut, tidak sepenuhnya salah. Karena membeberkan aib diri yang telah ditutupi ALLAH selama ini, adalah perbuatan salah. Yang terpenting adalah diri kita jangan sampai terlena dan tertipu oleh topeng sendiri, sehingga kita tidak mengenal diri yang sebenarnya, terkecoh oleh penampilan luar. Oleh karena itu marilah kita jadikan saat bercermin tidak hanya "Topeng" yang kita amat-amati, tapi yang terpenting adalah bagaimana isinya, yaitu diri kita sendiri.

Mulailah amati wajah kita seraya bertanya, "Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya bersinar indah di surga sana ataukah wajah ini yang akan hangus legam terbakar dalam bara jahannam?"

Lalu tatap mata kita, seraya bertanya, "Apakah mata ini yang kelak dapat menatap penuh kelezatan dan kerinduan, menatap ALLAH Yang Mahaagung, menatap keindahan surga, menatap Rasulullah, menatap para Nabi, menatap kekasih-kekasih ALLAH kelak? Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, menganga, terburai, meleleh ditusuk baja membara? Akankah mata terlibat maksiat ini akan menyelamatkan? Wahai mata apa gerangan yang kau tatap selama ini?"

Lalu tataplah mulut ini, "Apakah mulut ini yang di akhir hayat nanti dapat menyebut kalimat thoyibah, "laillahailallah", ataukah akan menjadi mulut berbusa yang akan menjulur dan di akherat akan memakan buah zakun yang getir menghanguskan dan menghancurkan setiap usus serta menjadi peminum lahar dan nanah? Saking terlalu banyaknya dusta, ghibah, dan fitnah serta orang yang terluka dengan mulut kita ini!"

"Wahai mulut apa gerangan yang kau ucapkan? Wahai mulut yang malang betapa banyak dusta yang engkau ucapkan.

Betapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam? Berapa banyak kata-kata manis semanis madu palsu yang engkau ucapkan untuk menipu beberapa orang? Betapa jarangnya engkau jujur? Betapa jarangnya engkau menyebut nama ALLAH dengan tulus? Betapa jarangnya engkau syahdu memohon agar ALLAH mengampuni?"

Lalu tataplah diri kita tanyalah, "Hai kamu ini anak sholeh atau anak durjana, apa saja yang telah kamu peras dari orang tuamu selama ini dan apa yang telah engkau berikan? Selain menyakiti, membebani, dan menyusahkannya. Tidak tahukah engkau betapa sesungguhnya engkau adalah makhluk tiada tahu balas budi!

"Wahai tubuh, apakah engkau yang kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersukacita, bercengkrama di surga atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar membara jahannam terasang tanpa ampun derita tiada akhir"

"Wahai tubuh, berapa banyak maksiat yang engkau lakukan? Berapa banyak orang-orang yang engkau dzhalimi dengan tubuhmu? Berapa banyak hamba-hamba ALLAH yang lemah yang engkau tindas dengan kekuatanmu? Berapa banyak perindu pertolonganmu yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu? Berapa pula hak-hak yang engkau napas?"

"Wahai tubuh, seperti apa gerangan isi hatimu?Apakah tubuhmu sebagus kata-katamu atau malah sekelam daki-daki yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu atau selemah atau selemah daun-daun yang mudah rontok?

Apakah hatimu seindah penampilanmu atau malah sebusuk kotoran-kotaranmu?"

Lalu ingatlah amal-amal kita, "Hai tubuh apakah kau ini makhluk mulia atau menjijikan, berapa banyak aib-aib nista yang engkau sembunyikan dibalik penampilanmu ini?" "Apakah engkau ini dermawan atau sipelit yang menyebalkan?" Berapa banyak uang yang engkau nafkahkan dan bandingkan dengan yang engkau gunakan untuk selera rendah hawa nafsumu".

"Apakah engkau ini sholeh atau sholehah seperti yang engkau tampakkan?

Khusukkah shalatmu, dzikirmu, doamu, .ikhlaskah engkau lakukan semua itu?

Jujurlah hai tubuh yang malang! Ataukah menjadi makhluk riya tukang pamer!"

Sungguh betapa beda antara yang nampak di cermin dengan apa yang tersembunyi, betapa kita telah tertipu oleh topeng? Betapa yang kita lihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus topeng-topeng duniawi"

Wahai sahabat-sahabat sekalian, sesungguhnya saat bercermin adalah saat yang tepat agar kita dapat mengenal dan menangisi diri ini.

mari kita renungkan semuanya.

13 April 2013

Cita - Cita Yang Tertunda

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup di keluarga yang sederhana. Ia memunyai cita-cita yang tinggi. Suatu saat, ketika masih belia, dia berkata kepada dirinya sendiri, "Suatu saat nanti, aku akan melakukan apa yang menjadi cita-cita dalam hidupku, dan pada saat itu aku akan bahagia."

Dia senang membayangkan dirinya sudah memiliki sebuah mobil mewah, mengendarainya, dan merasakan kebanggaan yang tidak terhingga karena dia dikagumi dan dibanggakan oleh banyak orang. Maka, walaupun kemiskinan tetap diakrabi dalam kesehariannya, sikapnya menjadi angkuh dan sombong karena dia merasa kelak pasti akan kaya raya seperti yang diangankan.

Ketika ditanya untuk melakukan sesuatu oleh teman-temannya, ia menjawab, "Tunggu saja kawan, nanti akan kulakukan setelah aku menyelesaikan sekolah."

Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi, ia kembali berjanji kepada dirinya sendiri dan kepada orangtuanya bahwa ia akan melakukan apa yang diinginkannya nanti, setelah ia mendapatkan pekerjaan pertamanya.

Sebelum melangkah ke dunia kerja, dia meminta nasihat kepada seorang guru besar tentang banyak hal yang dicita-citakan. Si guru berkata, "Semua yang kamu inginkan, mobil dan rumah bagus lengkap dengan fasilitasnya, adalah sesuatu yang bagus. Dan sesungguhnya, mobil dan rumah mewah itu diciptakan untuk kita yang mau dan mampu memilikinya. Dia tidak kemana-mana, kitalah yang harus bergerak untuk menghampiri dan mendapatkannya."

Mendengar tuturan si guru, pemuda itu merasa puas. Sebab, ia makin yakin dengan anggapannya bahwa mobil dan rumah tidak akan ke mana-mana. Maka, ia pun bekerja seadanya. Setelah beberapa tahun bekerja, orangtuanya menanyakan, "Anakku, kapan kamu akan mengambil tindakan untuk mewujudkan cita-citamu?"

"Aku berjanji akan mengejar cita-citaku setelah menikahi gadis yang aku cintai. Karena dengan adanya si dia sebagai pendamping hidup, maka langkahku akan mantap untuk mengejar cita-citaku."

Sampai suatu hari, setelah bertahun-tahun kemudian, ia mulai menua. Dalam hati, ia pun berkata, "Rupanya, sudah terlambat untuk memulainya sekarang. Sebab, umurku sudah tak lagi muda."

Begitulah, cita-cita si pemuda akhirnya hanya menjadi angan-angan dan omong kosong belaka. Kini, ia hanya bisa merasakan kepuasan semu dengan menikmati setiap hari dalam kehidupannya untuk mengkhayal, seandainya ia menjadi seperti yang ia cita-citakan.

Pembaca yang bijaksana,

Kebiasaan menunda dari waktu ke waktu, dapat membuat seseorang yang pada awalnya bersemangat bermimpi, akan kehilangan gairah, arah, tujuan dan berlari menjauh dari apa yang menjadi impiannya. Sebab, menunda sebenarnya hanya akan mengubur kesempatan demi kesempatan yang ada untuk mewujudkan impian.

Karena itu, cita-cita selamanya akan menjadi khayalan belaka jika kita tidak memulainya dengan rencana! Dan, yang utama, rencana tanpa tindakan nyata juga hanya akan jadi bualan semata.

Mari, selagi masih ada waktu, gunakan sebaik-baiknya waktu kita untuk menyusun kehidupan dan meraih kesempatan, demi menggapai cita-cita.

11 April 2013

Mencari Pemuda Setampan Nabi yusuf

Pada Suatu hari ada seorang perempuan Arab yang sangat: cantik dan terkenal. Semua pemuda ingin melamarnya. Namun, perempuan cantik itu belum juga memutuskan dengan siapa dia akan menikah. Dia merasa tidak ada satu pe­muda pun yang pantas bersanding dengannya.
Semakin lama, perempuan cantik itu semakin bangga dengan kecantikannya. Ia semakin menyepelekan setiap pemuda yang datang kepadanya.

``Aku hanya ingin menikah dengan pemuda setampan Nabi Yusuf,`` katanya.

Perempuan cantik itu kemudian memutuskan untuk mencari pemuda setampan Nabi Yusuf. Suatu hari, dia beijalan ke sebuah kota yang sangat ramai. Di tengah peijalanan, dia bertemu dengan seorang nenek tua. Akhirnya, dia beijalan bersama nenek itu.

``Nenek tua, apakah kau bisa membantuku menemukan pemuda setampan Nabi Yusuf yang akan menjadi suamiku?`` tanya si perempuan cantik.

Si nenek tua menatapnya. ``Hai perempuan candk, apakah kau sudah pernah melihat ketampanan Nabi Yusuf?``

Perempuan cantik itu menggeleng.

Si nenek tua kembali bertanya, ``Jika begitu, bagaimana kau bisa mendapatkan lelaki yang setampan dia, sedangkan kau belum pernah melihatnya?``

Perempuan candk itu diam saja mendengar pertanyaan si nenek.

Keduanya beijalan beriringan. Mereka melewati sebuah kampung. Kampung itu terlihat sangat subur dan hijau.

Perempuan cantik bertanya, ``Menurut nenek, apakah di kampung ini ada pemuda setampan Nabi Yusuf yang akan menjadi suamiku?``

``Pertanyaanmu aneh sekali. Aku saja baru melewati kampung ini dan aku tidak tahu apakah ada pemuda tampan di sini. Tapi menurutku, semua pemuda itu tampan. Bukankah kau tidak tahu setampan apa Nabi Yusuf?`` tanya si nenek.

Perempuan cantik itu hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan nenek tua. Mereka kembali meneruskan peijalanan. Baru setengah peijalanan, mereka bertemu dengan sekumpulan pemuda yang sedang berburu.

Si perempuan berbisik, ``Apakah di antara pemuda itu ada yang setampan Nabi Yusuf?``

Nenek menjawab, ``Aku semakin tidak mengerti dengan keinginanmu, perempuan cantik. Bukankah semua pemuda itu tampan? Aku lihat, mereka banyak yang menyukaimu. Cepatlah memilih dan menikah.`` Perempuan cantik itu diam dan tidak menjawab sepatah kata pun mengenai komentar si nenek. Lalu mereka terus melanjutkan peijalanan demi peijalanan hingga akhirnya sampailah keduanya di sebuah hamparan tanah luas nan gersang.

``Nenek, bagaimana mungkin aku dapat menemukan pemuda setampan Nabi Yusuf di hamparan gersang ini?`` tanya si perempuan cantik.

Nenek memandangnya, ``Jikapun ada pemuda tam­pan di sini, mereka tentu takkan menoleh kepadamu. Wajahmu tak lagi cantik dan kau sudah menua,`` kata si nenek sambil mengeluarkan sebuah cermin.

Tanpa disadari, si perempuan canuk itu kini sudah menjadi tua. Peijalanan yang dilakukan dengan si nenek telah memakan waktu puluhan tahun dan menyedot kecantikannya. Ternyata, si nenek adalah malaikat yang berusaha menyadarkan perempuan itu.

``Jika ada yang menunda suatu pernikahan ha- nya karena ingin mencari sosok impian yang ideal menurutnya sendiri, berhati-hatilah karena bisa jadi dia akan kehilangan semuanya. Allah menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangan.``

10 April 2013

Supaya Diurus Allah

Bila Allah menjadikan lahir kita patuh kepada perintah-Nya, dan bila Allah menjadikan hati kita bulat hanya kepada Allah semata, sesungguhnya itu karunia Allah yang paling besar. Karena nikmat yang paling lezat adalah tersingkapnya hijab (penghalang) di hati untuk yakin kepada Allah, dan lahir kita sempurna berikhtiar.

Tubuh dan akal hendaknya dibimbing ikhtiar dengan sempurna, seperti yang dicontohkan sunnah Rasulullah saw. Hati yakin jika tubuh tidak sempurna berikhtiar, tidak akan terasa nikmat. Sebaliknya jika hati tidak yakin, meski tubuh ikhtiar, juga tidak nikmat. Maka, yang harus diyakini hati pertama kali adalah meyakini benar, bahwa Allah memilih kita hidup untuk patuh kepada-Nya. Selanjutnya, juga meyakini Allah akan mengurus diri ini. Bila hal tersebut dipenuhi, pasti segala keperluan kita akan diurus Allah.

Sebaiknya kita mendekati saja Allah yang dapat mengurus kita. Mau rapat (meeting) misalnya, tidak akan menghasilkan apa-apa bila tidak dibimbing Allah. Urusan apa pun bila tidak sungguh-sungguh meminta pertolongan Allah akan terasa sulit, termasuk rezeki. Ingatlah, hanya Allah yang memiliki dan hanya Allah pula yang tahu di mana letak rezeki tersebut. Bila tidak dibimbing Allah, ikhtiar kita akan acak dan cemas memikirkan di mana rezeki berada. Belum lagi bila tidak bertemu, yang tentu saja bukan karena tidak ada jatahnya. Sekali lagi, bila bersungguh-sungguh, Insya Allah kita akan bertemu dengan apa yang dijatahkan Allah. Alhasil, kita merasa tenang dan nyaman. Karena sudah janji Allah, sebagaimana firman-Nya, ”Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad [47]: 7). Ayat ini sangat jelas mengabarkan bahwa pekerjaan apapun bila tidak disertai tawakal, sengsara yang didapat.

Lalu, apakah takdir rezeki bisa diubah? Jawabannya bisa, bila ada hubungannya dengan takdir yang lain. Yang bisa mengubah takdir itu adalah doa. Kekuatannya terletak pada taubat dan syukur. Mungkin saja awalnya kita tidak mempunyai takdir haji karena tidak memiliki uang. Tapi karena rajin berdoa dan shalat, rezeki haji bisa dari mana saja.

Maka, merasa khawatir akan rezeki, boleh jadi termasuk syirik khafi (halus). Atau merasa cemas hingga bergantung kepada orang lain. Hal ini bisa menutup pintu rezeki kita. Lebih baik bila hidup dituntun Allah. Kita harus belajar dari Rasulullah, bagaimana beliau menjadi pribadi yang sempurna tawakalnya dan sempurna pula tubuhnya melakukan ikhtiar. Wallahu a`lam bisshawab.

09 April 2013

Manfaat Dan Rahasia Gerakan Shalat

Shalat lima waktu adalah salah satu kewajiban bagi umat Islam. Shalat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi ternyata gerakan–gerakan shalat adalah gerakan paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan dari sisi medis, shalat adalah gudangnya obat dari berbagai macam penyakit.

Selama ini shalat yang dilakukan lima kali sehari oleh umat Islam, sebenarnya telah memberikan investasi kesehatan yang cukup besar bagi yang melakukan shalat tersebut. Gerakan sholat sampai dengan salam memiliki makna yang luar biasa baik untuk kesehatan fisik, mental bahkan keseimbangan spiritual dan emosional. Tetapi sayang hanya sedikit dari umat Islam yang memahaminya.

Berikut ini beberapa manfaat gerakan shalat bagi kesehatan manusia:

TAKBIRATUL IHRAM.

Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah

Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke s! eluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

RUKUK.

Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.

Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot – otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.

I’TIDAL

Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga.

Manfaat: Itidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.

SUJUD

Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.

Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisamengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa – gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

DUDUK

Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy ( tahiyyat awal ) dan tawarruk ( tahiyyat akhir ). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.

Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih ( urethra ), kelenjar kelamin pria ( prostata ) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organ – organ gerak kita.

SALAM

Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.

Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah. BERIBADAH secara, kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar dan dalam.

08 April 2013

Sulitnya Mencari Orang yang Jujur

Yang kami rasakan, mencari orang yang jujur saat ini begitu susah. Sampai orang yang rajin shalat dan jidadnya ireng-pun (berjidad hitam), hanya lahiriyah saja terlihat baik, namun tidak sedikit yang berperilaku jelek dan tidak jujur. Bahkan kami saksikan sendiri beberapa yang mengaku sebagai pengusaha muslim tidak jujur dalam mengemban amanat seperti dalam akad mudhorobah. Ada yang diberi modal untuk menjalankan usaha, malah modalnya digunakan untuk membangun rumah. Ini tanda tidak amanat dan bentuk khianat.

Ada satu cerita yang kami saksikan di desa kami.

Seorang takmir masjid yang kalau secara lahiriyah nampak alim, juga rajin menghidupkan masjid. Namun belangnya suatu saat ketahuan. Ketika warga miskin mendapat jatah zakat dan disalurkan lewat dirinya, memang betul amplop zakat sampai ke tangan si miskin. Tetapi di balik itu setelah penyerahan, ia berkata pada warga, “Amplopnya silakan buka di rumah (isinya 100.000 per amplop). Namun kembalikan untuk saya 20.000.” Artinya, setiap amplop yang diserahkan asalnya 100.000, namun dipotong sehingga tiap orang hanya mendapatkan zakat 80.000. Padahal dari segi penampilan tidak ada yang menyangka dia adalah orang yang suka korupsi seperti itu. Tetapi syukurlah, Allah menampakkan belangnya sehingga kita jadi tahu tidak selamanya orang yang mengurus masjid itu termasuk orang-orang yang jujur.

Perintah untuk Berlaku Jujur

Dalam beberapa ayat, Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berlaku jujur. Di antaranya pada firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At Taubah: 119).

Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ

“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)

Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200, hasan shahih). Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa.

Basyr Al Haafi berkata,
من عامل الله بالصدق، استوحش من الناس

“Barangsiapa yang berinteraksi dengan Allah dengan penuh kejujuran, maka manusia akan menjauhinya.” (Mukhtashor Minhajil Qoshidin, 351). Karena memang jujur itu begitu asing saat ini, sehingga orang yang jujur dianggap aneh.

Perintah untuk Menjaga Amanat

Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” (QS. An Nisa’: 58)

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ

“Tunaikanlah amanat kepada orang yang menitipkan amanat padamu.” (HR. Abu Daud no. 3535 dan At Tirmidzi no. 1624, hasan shahih)

Khianat ketika diberi amanat adalah di antara tanda munafik. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Ada tiga tanda munafik: jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanat, ia khianat.” (HR. Bukhari no. 33)

Jadi, jika dititipi amanat, jagalah amanat tersebut itu dengan baik. Jangan sampai dikorupsi, jangan sampai dikurangi dan masuk kantong sendiri. Ingatlah ancaman dalam dalil di atas sebagaimana dikata munafik.

Kunci Utama

Kunci utama agar kita menjaga amanat ketika dititipi uang misalnya, sehingga tidak dikorupsi atau dikurangi adalah dengan memahami takdir ilahi. Ingatlah bahwa setiap orang telah ditetapkan rizkinya. Allah tetapkan rizki tersebut dengan adil, ada yang kaya dan ada yang miskin. Allah tetapkan ada yang berkelebihan harta dari lainnya, itu semua dengan kehendak Allah karena Dia tahu manakah yang terbaik untuk hamba-Nya. Sehingga kita hendaklah mensyukuri apa yang Allah beri walaupun itu sedikit.
اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ القَوِيُّ العَزِيزُ

“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)

Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27) Ibnu Katsir rahimahullah lantas menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/278)

Jika setiap orang memahami hal di atas, maka sungguh ia tidak akan korupsi, tidak akan menipu dan lari dari amanat. Realita yang kami saksikan sendiri menunjukkan bahwa mencari orang yang jujur itu amat sulit di zaman ini. Kita butuh menyeleksi dengan baik jika memberi amanat pada orang lain. Hanya dengan modal iman dan takwa-lah serta merasa takut pada Allah, kita bisa memiliki sifat jujur dan amanat.

Moga Allah Memberi Akhlak Mulia
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ

“Allahumma inni a’udzu bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ [Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar].” (HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)

Wallahu waliyyut taufiq.

05 April 2013

Berbuatlah Baik !

Ketika kita berbuat satu hal yang baik, pada awalnya mungkin kelihatan sebagai sesuatu hal yang merugikan. Namun percayalah, bahwa dalam kebajikan itu tidak ada yang sia-sia. Karena pada akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang tak terkira.

Dalam buku ‘Piano di Tepi Pantai’ yang ditulis Jim Dornan, pemilik perusahaan Network TwentyOne yang bergerak di dunia pendidikan berskala internasional ada sebuah cerita tentang Toko Nordstrom yang selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya.

Pernah suatu waktu ada seorang wanita yang komplain dan henadak minta rugi. Karena satu set ban yang ia beli sudah dalam keadaan rusak. Pelayan yang melayani dengan ramah menjelaskan bahwa di tokonya tidak menjual ban mobil. Tapi hanya menjual pakaian dan perlengkapannya.

Apa daya, wanita itu tetap yakin ia membeli ban tersebut di Toko Nordstrom dan meminta uangnya dikembalikan. Pelayan itu kemudian menuruti kehendak wanita tersebut yang membuatnya dengan puas meninggalkan toko.

Sekilas tindakan pelayan toko itu memang kelihatan bodoh dan teledor. Bagaimana bisa ia mau mengganti pembelian yang tidak dijual di tokonya? Pasti akan menjadi lelucon.

Tak lama kemudian, wanita itu menyadari kesalahannya. Walau dengan perasaan tidak enak hati ia datang juga ke Toko Nordstrom untuk menjelaskan kekeliruannya. Apa yang terjadi?

Berita ini sempat diketahui media massa dan kemudian beritanya tersebut luas. Bahwa Toko Nordstrom bahkan bersedia mengembalikan uang untuk produk yang tidak dijual di toko mereka. Luar biasa.

Itulah contoh tindakan atau pelayanan yang baik kepada pembeli yang awalnya kelihatan merugikan. Namun di kemudian mendatangkan keuntungan yang tak terkira?

Mengapa bisa demikian? Sebab dengan kejadian itu Toko Nordstrom mendapatkan promosi gratis secara meluas. Berapa yang dibutuhkan andaikan mereka sengaja berpromosi?

Dalam kenyatan hidup, ketika kita berusaha menjadi orang baik atau bersikap jujur seringkali justru menjadi bahan tertawaan dan dianggap bodoh. Sebagai contoh, saat kita menjadi sosok yang jujur atau anti korupsi. Kita justru akan dimusuhi dan dianggap sok alim.

Ketika dengan sikap jujur kita jadi tertipu, maka ocehan dan menyalahkan datang bertubi. Di lain waktu kita berbuat baik menolong orang lain, malahan tidak dihargai. Tapi bukan berarti kita harus berhenti untuk jujur dan berbuat baik.

Percayalah, tidak ada kejujuran atau kebaikan yang akan berakhir dengan sia-sia. Kelihatannya saja saat ini kita mengalami kerugian. Semesta ini tidak diam dan tertidur. Apa yang kita lakukan. Niat baik dan perilaku terpuji akan dengan jelas dicatat dalam buku sejarah kehidupan kita.

Pada akhirnya kita akan tercengang sendiri, karena akan memperoleh keuntungan yang tak terkira. Semua kebaikan yang ada pasti akan berbalas. Tidak akan ada yang terlewatkan.

04 April 2013

8 SYARAT AGAR BERKUMPUL DENGAN KELUARGA DI SURGA

Bagi muslimin ada satu reuni yang memiliki nilai luar biasa, yaitu kesempatan bertemunya kembali keluarga besar seketurunan di tempat baru yang sangat menyenangkan di akhirat kelak.

Allah berfirman dalam QS Ar-Ra'd [13]: 22-24 yang artinya

"Orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), yaitu Surga 'Adn yang mereka masuk kedalamnya bersama-sama orang yang saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan anak-cucu mereka, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), 'salaamun alaikum bimaa shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu). 'Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu"

Sayyid Quthb dalam "Tafsir Fi Zhilalil-Qur'an" menjelaskan peristiwa di atas laksana sebuah festival atau reuni dimana mereka saling bertemu, mengucapkan salam, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan dan menggembirakan serta penuh dengan penghormatan.

Kebersamaan di surga tersebut tentu tidak mudah untuk dicapai, karena dalam kisah yang dijelaskan Alquran banyak keturunan/keluarga yang tidak lagi bisa bertemu di akhirat, seperti: Nabi Nuh dengan putra dan istrinya, Asiyah yang solehah dengan suaminya (Firaun), dan Nabi Luth dengan istrinya. Namun bertemunya keluarga besar di surga bukan pula sesuatu yang tidak mungkin.

Allah menjelaskan dalam QS. Ar-Ra'd [13] : 18-21 kita bersama keluarga besar bisa bertemu di surga 'Adn, asal dapat memenuhi delapan syarat.

>>Pertama, memenuhi seruan Tuhannya Barang siapa yang patuh kepada Allah niscaya ia akan mendapatkan pembalasan yang sebaik-baiknya.

>>Kedua, memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian. Janji Allah disini mutlak, meliputi semua macam perjanjian. Janji terbesar yang menjadi pokok pangkal semua perjanjian ialah janji iman. Perjanjian untuk setia menunaikan segala konsekuensi iman.

>>Ketiga, menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan. Dalam hal ini taat secara paripurna, istiqomah yang berkesinabungan, dan berjalan di atas sunnah sesuai dengan aturan-Nya dengan tidak menyimpang dan tidak berpaling.

>>Kempat, takut kepada Allah. Takut kepada Allah dan takut kepada siksaan yang buruk dan menyedihkan pada hari pertemuan yang menakutkan.

>>Kelima, sabar. Sabar atas semua beban perjanjian di atas (seperti beramal, berjihad, berdakwah, berijtihad), sabar dalam menghadapi kenikmatan dan kesusahan, dan sabar dalam menghadapi kebodohan dan kejahilan manusia yang sering menyesakkan hati.

>>Keenam, mendirikan Shalat. Ini termasuk juga memenuhi janji dengan Allah. Shalat ditonjolkan karena merupakan rukun pertama perjanjia ini, sekaligus menjadi lambang penghadapan diri secara tulus dan sempurna kepada Allah. Juga penghubungan yang jelas antara hamba dengan Tuhan, yang tulus dan suci.

>>Ketujuh, Menginfakkan sebagian rezeki secara sembunyi atau terang-terangan.

>>Kedelapan, menolak kejahatan dengan kebaikan dalam pergaulan sehari-hari. Dalam hal ini diperintahkan membalas kejelekan dengan kebaikan apabila tindakan ini memang dapat menolak kejahatan itu, bukan malah menjadikan yang bersangkutan semakin senang berbuat kejahatan.

Delapan syarat ini telah Allah jamin akan menghantarkan seseorang dapat berkumpul di surga 'Adn. Mereka mendapati tempat kesudahan yang baik.

Di samping masuk surga, mereka juga dimuliakan dengan bertemunya kembali dengan orang-orang yang mereka cintai. Hal ini merupakan kelezatan lain yang mereka rasakan di dalam surga. Semoga kita termasuk di dalamnya. Aamiin..

03 April 2013

Ahli Syukur

Saudaraku, kebahagiaan adalah ketika kita yakin semua hanyalah titipan Allah.

Saudaraku yang budiman, langit, bumi, berikut segala isinya hanyalah milik Allah. Kita hanya sekedar makhluk yang hidup sebentar. Jikalau menjadi ahli syukur, kita akan diberi nikmat, kalau kufur apapun yang ada akan memperbudak diri kita.

Saudaraku, kebahagiaan adalah ketika kita yakin semua hanyalah titipan Allah. Adanya tidak memacu kita menjadi sombong, sedikitnya tidak membuat kita menjadi minder karena hanya titipan. Mencarinya kita tidak perlu licik karena hanyalah Allah yang memberikan.

Oleh karena itu jika melihat orang lain, kita tidak perlu mendengki karena Allah yang membagikan. Jika diambil oleh Allah, kita tidak akan terluka karena Allah yang memiliki. Ahli syukur tidak merasa memiliki, tidak merasa dimiliki kecuali semuanya hanyalah milik Allah semata. 

Wallahu a`lam bish shawab.

02 April 2013

Tukang Cukur dan Tuhan

seorang tukang cukur bilang, "Saya tidak percaya Allah itu ada."

"Kenapa kamu berkata begitu?" timpal si customer.

"Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan... Untuk
menyadari bahwa Allah itu tidak ada.

Katakan kepadaku, jika Allah itu ada,

Adakah yang sakit?
Adakah anak terlantar?
Jika Allah ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.
Saya tidak dapat membayangkan Allah Yang Maha Penyayang akan
membiarkan ini semua terjadi.

Si customer diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si customer pergi
meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar, gimbal, kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si customer balik ke tempat tukang cukur dan berkata, "Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR."

Si tukang cukur tidak terima, "Kamu kok bisa bilang begitu?"
"Saya di sini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!"

"Tidak!" elak si customer.
"Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang
dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang diluar sana", si customer menambahkan.

"Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!" Sanggah si tukang cukur.
"Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa
mereka tidak datang ke saya", jawab si tukang cukur membela diri.

"Cocok!" kata si customer menyetujui. "Itulah point utama-nya! Sama dengan Allah, ALLAH ITU JUGA ADA! Tapi apa yang terjadi... Orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-Nya, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu, banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini."

Si tukang cukur terbengong!