29 April 2014

Takut dan Bersyukurlah Seperti Sebuah Batu!

Diriwayatkan, ada salah seorang dari para Nabi menemukan batu kecil yang mengeluarkan air begitu banyak. Dia sangat mengaguminya. Maka kemudian Allah Swt memberikan kemampuan kepada batu tersebut untuk berbicara.

"Saya pernah mendengar Allah Swt berfirman, "Takutlah kepada api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan" (Q.S. Al-Baqarah: 24).

"Saya (batu) menangis karena takut kepada Allah Swt," kata sang batu.

Nabi tersebut kemudian mendoakan agar Allah Swt menyelamatkan batu itu. Setelah itu, Allah Swt menurunkan wahyu kepada sang Nabi, "Aku telah menyelamatkan batu itu dari api neraka".

Sang Nabi kemudian pergi. Dan setelah kembali, dia melihat air masih memancar dari batu tersebut. Karenanya, sang Nabi pun merasa heran. Allah Swt kembali memberikan kemampuan kepada si batu tersebut untuk berbicara. Maka sang Nabi lantas bertanya, "Mengapa engkau masih menangis ?"

"Allah Swt telah mengampuniku," jawab sang batu.

Nabi itu kemudian berkata seraya pergi, "Yang pertama ia menangis karena berduka cita dan takut, sedangkan yang kedua ia menangis karena bersyukur dan bahagia".

24 April 2014

Bermanfaat Sampai Akhir

Jangan sampai seperti pohon yang semakin tua semakin tidak berbuah, akhimya ditebang. Tapi Jadilah orang yang semakin tua semakin bernilai, sampai akhir hayat tetap bermanfaat. Dan manfaat itulah yang akan mengalirkan pahala tiada henti. 

Nilai seseorang bukan dilihat dari seberapa lama dia bekerja di suatu tempat, melainkan dari sejauhmana perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan yang di maksud di sini adalah dalam tingkat kedewasaan, sifat, dan akhlak dalam kemampuan memimpim dan perubahan lainnya yang menuju ke arah lebih baik lagi. Semua perubahan ini hanya didapat dengan belajar dan berlatih terus menerus secara sistematis.

Tidak sedikit karyawan lama yang posisinya digantikan oleh orang lain dan ia harus turun jabatan, atau bahkan dikeluarkan. Mungkin saja ini terjadi karena kemampuannya tidak bertambah, sedangkan masalah terus bertambah dan memerlukan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi.

Oleh karena itu, kita jangan sampai seperti pohon yang semakin tua semakin tidak berbuah, akhimya ditebang. Jadilah orang yang semakin tua semakin bernilai, sampai akhir hayat tetap bermanfaat bagi orang lain. Kuncinya adalah terus semangat BELAJAR sesuai dengan pepatah "carilah ilmu dari sejak lahir sampai liang lahat".

22 April 2014

Perjalanan Penuntut Ilmu

Di suatu daerah terpencil, terdapat sepasang suami istri yang sangat zuhud....mereka belum dikaruniai seorang putra karena masih dikategorikan pengantin baru. Perlu diketahui sang suami adalah seorang yang sangat rajin menuntut ilmu, ia adalah seorang yang memiliki semangat yang sangat luar biasa untuk memperoleh ilmu. Bahkan dahulu ketika ia ingin menikah, ia tidak mempunyai sepeser uang yang cukup untuk meminang seorang akhwat. Akhirnya ia menghadap kepada seorang ustadz di ma`had yang saat itu ia belajar di sana hanya untuk meminta nasihat bagaimana ia dapat menikah. Ia sangat sadar bahwa dirinya tak tampan, dan tidak mapan dalam pekerjaan karena hampir masa mudanya dihabiskan di ma`had. Sang ustadz pun menghargai tekadnya dan pada akhirnya membiayai pernikahan lelaki tersebut.

Sang suami di masa mudanya adalah seorang murid yang diakui kepandaiannya di ma`hadnya. Beberapa rekan dan ustadz memujinya dalam hal keilmuannya. Suatu hari sang suami berniat ingin mendatangi suatu dauroh di luar kota. Karena ia belum memiliki pekerjaan yang tetap (masih serabutan-red) maka ia dan istrinya memikirkan bagaimana caranya agar sang suami dapat pergi untuk mendatangi dauroh tersebut walau ekonomi mereka sangat pas-pasan. Jarak yang harus ditempuh sangatlah jauh, sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan penghasilan mereka untuk makan sehari-hari saja masih belum cukup. Sang suami bukanlah seorang yang malas dalam mencari nafkah, namun qadar Allah....Allah telah menetapkan rezekinya hanya sedemikian. Walau demikian ia tetap bersemangat dalam menjalani hidupnya.

Suatu hari istrinya yang alhamdulillah sangat qona`ah dan juga zuhud, berinisiatif membongkar tabungan yang beberapa bulan ia kumpulkan di kotak penyimpanannya. Qaddarallah…uang yang terkumpul hanya Rp 10.000,-. Bayangkan dalam sehari kita bisa memegang uang puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan mungkin hingga ada yang mencapai nominal jutaan...Dengan keistiqomahan dan kezuhudan sang istri tidak pernah mengeluh untuk mengumpulkan 100 perak (Rp 100,-) setiap keuntungan yang diperoleh suaminya yang tidak setiap hari ia dapatkan...

Sang istri segera mengumpulkan uang tersebut dan berinisiatif untuk membuatkan bekal arem-arem/lontong (bahasa jawa), yaitu sejenis nasi kepal yang dibungkus daun pisang untuk bekal perjalanan suaminya. Hanya itu yang dapat sang istri berikan kepada suaminya sebagai wujud cinta dan kasih sayangnya....

Sang suami pun kemudian berangkat dengan membawa bekal dan do`a dari istrinya untuk menuntut ilmu....Ia pergi dengan berjalan kaki.....yah!! hanya berjalan kaki untuk menepuh jarak puluhan kilometer!!! (wallahua`lam) Karena ia tak membawa uang sepeserpun untuk bepergian...hanya beberapa buah arem-arem dan pakaian yang melekat di badannya yang ia bawa ke luar kota... Subhanalloh 

Perjalanan ia tempuh 3 hari 3 malam dengan kedua kakinya tanpa kendaraan satupun....Akhirnya ia pun sampai di tempat dauroh dilaksanakan, hanya dengan berjalan kaki dan berteduh di tempat seadanya selama perjalanan...

Dauroh akhirnya dimulai...selama dauroh ia sangat antusias untuk mengambil ilmu yang diterimanya, ia mengambil shaf paling depan dan dekat dengan ustadz pemateri. Namun beberapa saat kemudian ia mendapat teguran oleh seseorang di sampingnya karena setiap beberapa menit ia selalu meluruskan kakinya ketika materi berlangsung...hal itu tidak ia lakukan sekali-dua kali....namun hingga beberapa kali...hingga akhirnya orang disampingnya pun menegurnya karena menganggapnya tidak sopan....Hal itu ia lakukan karena kakinya terasa pegal selama 3 hari 3 malam berjalan kaki....Masya Allah

Saat istirahat pun tiba.. .ia berkumpul dengan ikhwan-ikhwan lain di dapur untuk membantu berbenah....ia pun akhirnya menceritakan kisah 3 hari 3 malamnya itu kepada salah seorang ikhwan di tempat tersebut dan seketika membuat tercengang orang-orang yang mendengarnya….Akhirnya cerita itu sampai ke telinga ustadz pemateri dauroh...Ustadz pun tercengang dengan kisah itu....dan akhirnya ustadz beserta ikhwan-ikhwan mengumpulkan dana sukarela untuk memberikan sumbangan kepadanya...dan terkumpulah uang Rp 300.000,- sebagai dana bantuan untuk kepulangannya.... “Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu agama, pasti Allah membuat mudah baginya jalan menuju surga” (HR Muslim)

Sumber: buku Kisah—Kisah Insplratif, penulis DR. Ahmad Sastra

18 April 2014

Takut Miskin karena Menikah, Maka Pertanyakan Keimananmu !!!

“Dan kawinkanlah orang orang yang sendirian di antara kamu, dan orang orang yang layak (berkawin) dari hamba hamba sahayamu yang lelaki dan hamba hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui” Begitulah janji Allah dalam QS An Nuur :32) , pada anda yang mau menikah, Anda pasti kaya!

Imam Al Qurtubi, mengatakan , ayat tersebut mengandung makna, bahwa jangan biarkan kemiskinan seorang laki laki dan seorang wanita menjadi sebuah alasan untuk tidak menikah semata semata meperoleh ridha Allah dan mencari tempat perlindungan dari ketidak patuhan padaNya, Allah akan memampukannya dan Allah akan mengkayakannya. Ayat itu merupakan bukti bahwa menikah itu tidak pandang bulu. Anda diperbolehkan menikahi orang miskin. Karena itulah, tidak seharusnya anda berkata, “ Bagaimana aku akan menikah jika aku tidak punya uang?” atau berkata, “ Susah sekali jika aku menikahi orang miskin, jangan jangan aku akan menjadi semakin miskin?’ jangan pernah berkata dan berfikiran seperti itu. Mengapa? Sebab rizki telah dijanjikan oleh Allah, dan makanan pun telah dijamin oleh Allah.

Merujuk pada pemaparan pemaparan tersebut, tidak sepatutnyalah kita takut menikah hanya karena kita miskin, justru saat miskin itulah kita harus berani menikah. Bismillah !!!

Menikah karena Allah , niscaya Allah menjamin kehidupan kita. Lihatlah betapa Rasulullah menunjukan kepada kita bahwa kemiskinan bukanlah penghalang buat menikah. Buktinya ? beliau berani menikahkan seorang perempuan yang datang kepada beliau dengan seorang lelaki miskin yang tidak mempunyai apa apa selain pakaian yang melekat di tubuhnya.

Hal ini penting saya tekankan, lantaran kebanyakan faktor orang takut menikah karena mereka miskin, sehingga dengan menikah, mereka mengira akan semakin miskin dan susah hidupnya. Padahal, Allah berkata lain, justru dengan menikah Dia akan mengayakan dan memampukan kita.

Coba pahami dan resapi perkataan sahabat Nabi di bawah ini, kalau kalian masih takut miskin karena menikah, maka pertanyakan keimananmu !!!

“ Patuhilah Allah dalam apa apa yang Dia telah perintahkan padamu untuk menikah. Dia akan memenuhi janjiNya untuk membuatmu kaya.” (Abu Bakar Ash Shiddiq)

“ Carilah kekayaan lewat pernikahan ! aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih aneh daripada seorang laki laki yang tidak mencari kekayaan lewat pernikahan. Padahal Allah telah menjanjikan “…Jika mereka miskin, maka Allah akan mengumpulkan mereka dengan karuniaNya “(Umar bin Khattab)

“Temukanlah kekayaan dengan menikah.” (Abdullah bin Mas’ud)

Jadi, wahai hamba Allah ! Apakah sekarang masih ada lagi yang menghalangi anda untuk menikah? Bukankah janji Allah ini tidak cukup bagi anda?

(Anif sirsaeba)- berani kaya, berani takwa-Republika

Bila satu isteri belum cukup bagimu, bila memang itu kebutuhanmu, maka nikahlah dengan 2, 3, dan 4 Isteri. Adillah dalam menjalankannya, maka kalian akan lebih diberikan karuniaNya dan lebih kaya insyaAllah dari sebelumnya. 

Wallahu Alam.

15 April 2014

Apakah Kalian Masih Menjadi Budak?

Budak itu bukanlah orang yang karena dipaksa oleh keadaan sosial ataupun situasi ekonomi yang menjadikan mereka hamba sahaya, dimana para pemilik memperlakukan mereka sama dengan memperlakukan benda benda dan binatang. Yang hakiki mereka disebut budak itu adalah orang orang yang diselamatkan oleh keadaan situasi ekonomi dari perbudakan, tetapi mereka berebut untuk menjadi budak dengan suka rela.

Budak saat itu bahkan termasuk orang orang yang mempunyai istana dan tanah perkebunan, mempunyai kecukupan dalam soal harta benda, mempunyai cara cara untuk bekerja dan berproduksi, tidak dikuasai oleh seorang pun dalam soal harta benda dan jiwa mereka, tetapi mereka saling berebut di pintu tuan tuan , saling berebut untuk menjadi budak dan memberi jasa. Mereka sendiri yang meletakkan belenggu di tengkuknya, yang merantai kakinya dan memasang lencana perbudakan, dengan saling berebut dan dengan rasa bangga pula.

Budak adalah orang orang yang berdiri di depan pintu tuannya, berdesak desakan, padahal mereka melihat dengan mata dan kepala mereka sendiri bagaimana tuan itu menyepak nyepak budak budaknya yang hina dina itu dengan tumit sepatunya, bagaimana budak budak itu diusir dari pekerjaan mereka sambil menunduk nundukkan kepala kepada tuan itu, lalu tuan itu menampar muka mereka dengan penuh kehinaan , dan memerintahkan agar mereka dilemparkan ke luar pintu. Tetapi setelah kejadian itu , mereka para budak itu kembali berdesak desakan di luar pintu, menawarkan jasa jasa untuk menggantikan orang orang yang telah dilemparkan ke luar. Semakin keras penghinaan kepada mereka , semakin mereka berdesak desakan di sekeliling tuan itu bagaikan gerombolan lalat mengelilingi bangkai.

Budak adalah orang orang yang melarikan diri dari kemerdekaan, bila mereka dihalau oleh seorang tuan, mereka akan mencari tuan yang baru. Di dalam jiwa mereka terdapat kebutuhan mendesak untuk hanya menjadi budak, karena mereka mempunyai indera ke-enam, atau ke-tujuh yaitu indera kehinaan. Kebutuhan ini harus mereka penuhi, kalau tidak ada orang yang menjadikan mereka budak, maka jiwa mereka akan haus untuk diperbudak, mereka berdesak desakan di sekitar pintu untuk minta diperbudak. Aneh…!

Budak adalah orang yang apabila telah dimerdekakan merasa iri kepada budak budak yang masih meringkuk dalam sangkar, bukan merasa iri kepada orang yang telah bebas merdeka, karena para budak itu takut akan merdeka, karena mereka meyakini memegang kehormatan diri itu adalah berat.

Tetapi anehnya , para budak itu kini menjadi orang orang yang perkasa di atas dunia ini, berlaku kejam dan bengis terhadap orang orang yang merdeka, yang dengan sukarela menganiaya orang yang merdeka, dan merasa senang sekali menyakiti orang orang merdeka, mereka lakukan begitu karena atas suruhan tuannya.

Mereka sama sekali tidak mengerti kenapa orang-orang yang merdeka itu mempunyai motivasi untuk menjadi merdeka. Mereka mengira kebebasan itu adalah suatu pemberontakan, kemuliaan sebagai suatu dosa, oleh sebab itu para budak melampiaskan kepada orang orang yang merdeka yang tidak mau berjalan bersama dalam barisan budak budak.

Para budak berlomba lomba menciptakan kreasi baru untuk menghukum orang orang yang bebas merdeka, karena temperamen para tuan mereka itu sering merasa bosan dengan permainan yang berulang ulang. Tuan itu sering mengubah para pemain dan menggantinya dengan orang orang yang sudah menanti berdiri di depan pintu untuk bisa dimainkan oleh tuannya…

(Dirasah Islamiyah, Sayyid Qutb)

Muslim itu Merdeka, dan Bersujud hanya untuk Allah

Diceritakan oleh Sayyid Quthb dalam bukunya Keadilan sosial Islam (Al Adalah Al ijtimaiyyah fi al Islam) , cerita yang didengarnya dari Ahmad Syafik Pasya , ahli sejarah yang terkenal, yang hidup pada masa pemerintahan Ismail di Mesir. Peristiwa ini berkenaan dengan kunjungan Sultan Abdul Azis ke Mesir pada masa pemerintahan Ismail.

Ismail betul-betul menyambut gembira kunjungan ini karena itu termasuk dalam program untuknya mendapatkan gelar “Khadive” , berikut hak-hak istimewa lainnya dalam pemerintahan Mesir . Salah satu acara kunjungan itu adalah temu muka antara ulama Mesir dengan khalifah. Tradisi yang biasa berlangsung setiap orang yang memasuki ruang pertemuan nanti terlebih dahulu harus sujud ke tanah dan memberikan penghormatan ala Turki tiga kali, dan upacara-upacara lainnya yang sama sekali tidak terdapat dalam ajaran Islam. Untuk itulah jauh-jauh hari sebelumnya, kepada para ulama itu diberikan latihan upacara oleh para petugas istana agar tiba saatnya pertemuan itu mereka tidak akan melakukan kesalahan di depan Sultan Turki itu.

Tibalah saat yang dinanti-nantikan itu, dengan tertib para ulama yang mulia itu pun memasuki ruangan, mereka benar-benar mengikuti upacara itu dengan melupakan ajaran agamanya dan menukarnya dengan tatacara duniawi . Satu persatu mereka sujud di depan sesama makhluk , kemudian keluar dengan cara membelakangi pintu, sementar muka tetap menghadap Sultan- persis seperti yang diinstruksikan parap pengawal istana. Hanya satu orang saja yang tidak mau melakukan ketololan itu, yaitu Syekh Hasan al-Adawi. Ia tetap teguh pada ajaran agamanya, dengan mencampakkan kehormatan dunia. Ia tetap memegang prInsip bahwa yang mulia dan pantas untuk dihormati dan sujud kepada hanyalah Allah subhanahu wa Ta’ala.

Ia memasuki ruangan tetap dengan kepala tegak sebagai seorang yang merdeka menghadap sesamanya. Lalu menghadap Sultan dengan menyampaikan salam,” Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, ya Amirul Mukminin”. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan petuah-petuah dan nasihat. Selesai acara tatap muka pun ia menyampaikan salam dan keluar dengan kepala tegak.

Melihat sikap ulama yang satu ini, gemetarlah semua calon Khadive dan pegawai istana, rasanya bumi yang mereka injak sudah terballik. Khalifah pasti murka, demikian anggapan mereka dan kalau betul itu terjadi niscaya lenyaplah sudah harapan memperoleh gelar Khadive yang sudah lama diidam-idamkan.

Akan tetapi, iman terhadap kebenaran tak mungkin sirna begitu saja, selalu ada kalbu yang siap melontarkannya dengan penuh keberanian dan merdeka, sebagaimana tertanamnya iman itu pun dengan kuat dan merdeka pula. Dengan apa yang terjadi kemudian..? Sultan Turki itu bukannya murka malahan berkata : “ Kalian sama sekali tak memiliki ulama, selain yang satu ini!” setelah peristiwa itu, Ismail dipecat dari jabatannya dan digantikan orang lain.

*********
Kisah berikut ini terjadi di Darul Ulum antara Khadive Taufik Pasya dan Syeikh Hasan Ath-Thawil. Adalah kebiasaan Prof. Hasan Ath-Thawil selalu mengenakan pakaian sederhana, Sekalipun ia guru besar pada perguruan tinggi tersebut. Pada hari wisuda sarjana, inspektur pendidikan mengumumkan bahwa khadive taufiq bermaksud mengunjungi perguruan tinggi yang diasuhnya. Maka dipersiapkanlah acara penyambutan dengan mempercantik madrasah tersebut dan yang termasuk ‘diperbaharui’ adalah penampilan Prof. Hasan ath-Thawil agar menggunakan busana yang lebih necis dan modis.

Untuk maksud tersebut dikirimkan kepadanya seperangkat jubah kebesaran lengkap dengan toganya, sehingga dengan demikian diharapkan penampilannya cukup layak untuk menyambut pembesar negerinya.

Tibalah pada hari yang ditentukan.. ternyata sang prorofessor masih tetap dengan penampilannya sehari-hari sambil ditangannya terkepit sapu tangan besar pembungkus pakaian kebesaran itu.

Melihat penampila professor yang seperti tu merah padamlah wajah inspektur pendidikan , lau mendekatinya dan bertanya,” Dimana anda simpan jubah dan toga itu , Professor?”

“Ini dalam bungkusan” jawab Professor dengan tenang, lalu meninggalkan inspektur itu yang masih menduga barangkali pakaian itu akan dikenakannya menjelang datangnya Khadive nanti. Memikirkan sang Professor akan menggunakannya, agak tenanglah hatinya.

Menitpun berlalu, suara gegap gempita mulai terdengar pertanda iringan Khadive sudah mendekati kampus. Pada saat itu terlihatlah pemandangan yang sangat mengagetkan para dosen, khususnya sang inspektur. Ternyata Syeikh Hasan Ath-Thawil menyambut sang Khadive dengan menenteng bungkusan pakaina kebesaran itu.

Ketika berhadapan ia langsung berkata ,” Mereka mengatakan saya harus menyambut Tuan dengan jubah dan toga, itulah sebabnya saya sekarang membawa kedua benda itu. Bila Tuan bermaksud menemui jubah dan toga, maka inilah dia (sembari menyodorkan bungkusan yang sejak tadi dikempitnya). Akan tetapi , bila tuan ingin menemui Hasan Ath-Thawil, sayalah orangnya..”

Mendengar alasan sang Professor itu , dengan amat wajar sang Khadive menjawab bahwa ia ingin menemui Hasan Ath-Thawil dan bukan jubah dan toga itu.

Inilah akhlak seorang mukmin, yang tak pernah merasa terhormat selain dengan keagungan islam. Jiwa dan hati nuraninya tetap bebas merdeka dari semua ikatan nilai-nilai lahiriah yang bersifat fana . Islam telah memberikan pemahaman mendalam terhadap hakikat kebenaran dan menanamkan perasaan tersebut di hati pemeluknya. Sehingga tidak lagi menganggap perlu pujian dan imbalan dari manusia.

12 April 2014

Pelajaran dari Shalat Berjamaah, Mengikuti Pemimpin Selama Benar

Sahabat Anas berkata, “Pada suatu hari Rasulullah saw shalat bersama kami. Setelah selesai shalat kemudian beliau menghadap kami seraya bersabda :

“Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah imammu. Karena itu janganlah kamu mendahuluiku ketika ruku’, ketika berdiri, dan ketika menyelesaikan shalat. Sebab aku mengetahui apa yang kamu lakukan, baik didepanku maupun dibelakangku.” Selanjutnya Rasulullah bersabda :”Demi dzat yang diri Muhammad berada dalam kekuasaanNya, seandainya kamu bisa melihat apa yang aku lihat, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis berurai air mata.” Lalu para sahabat bertanya :” Wahai Rasulullah, apa yang engkau lihat ?” Jawab Rasulullah :”Aku melihat sorga dan neraka.” (HR Muslim).

Dari hadits tersebut, dalam shalat berjama’ah, makmum shalat harus mengikuti dan tidak boleh mendahului imam, dari mulai takbiratul ihram sampai salam. Demikian juga bagi makmum yang terlambat (masbuq), ia harus mengikuti imam sampai imam salam, baru kemudian melanjutkan shalatnya untuk menyempurnakan raka’at yang tertinggal.

Ketentuan mengikuti imam hanya selama bacaan dan gerakan imam benar. Jika imam keliru, makmum wajib menegur imam dengan bacaan subhanallah (bagi laki-laki) dan memberi isyarat dengan bertepuk tangan (bagi wanita) agar shalat tidak sia-sia, dan imam wajib memperhatikan teguran tersebut. Jika tidak, atau membuat kesalahan fatal, maka makmum berhak memisahkan diri. Oleh karena itu, untuk menjadi imam, tidak boleh sembarang orang.

Seorang imam shalat, bukan hanya yang banyak hafalan bacaan Qur’an saja, tetapi yang memiliki ketinggian ilmu (agama), memahami dan mampu melaksanakan Qur’an dan Sunnah, berakhlak mulia sehingga disukai makmumnya dan bisa pegang amanah (berdasarkan hadits-hadits riwayat Muslim dari Abu Masna, Abu Dawud dari Abu Amer ibn Ash, Ahmad dalam risalah ash shalah, dan Bukhari dari Abi Hurairah).

Ada satu lagi sebagai syarat menjadi imam yaitu bukan sebagai tamu, kecuali atas keikhlasan permintaan para makmumnya untuk mengimami mereka (HR Muslim dari Ibnu Mas’ud).

Sebagai suatu tarbiyah tentang kepemimpinan dalam shalat berjamaah dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Dengan berdasarkan firman Allah :

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta ulil amri (pemimpin) dari kamu,” (QS An Nisaa’59)

Kata athii’u hanya didepan Allah dan Rasul tetapi tidak untuk ulil amri, menunjukkan bahwa ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya adalah hal yang tidak dapat ditawar lagi karena kebenarannya tidak perlu diragukan lagi. Berbeda dengan ketaatan kepada ulil amri yang notabene manusia biasa yang tak pernah lepas dari kesalahan, identik dengan ketaatan kepada imam shalat dalam shalat berjamaah, sebagaimana juga ditegaskan oleh Rasulullah dengan sabdanya :

“Seorang muslim harus taat dan mendengar (pemimpinnya) dalam hal apa saja yang ia senangi atau tidak, kecuali jika pemimpin itu menyuruh yang tidak benar (melanggar aturan Allah dan RasulNya). Jika demikian, maka ia tidak boleh taat dan mendengar lagi pemimpin itu.” (HR Muslim dari Ibnu Umar).

Nana Djumhana

11 April 2014

Makna Kesabaran

Seorang nenek berjalan seorang diri di tepian sebuah jalan raya di pinggir kota. Kendaraan beraneka jenis berlalu-lalang tanpa henti. Lajunya mengibaskan kepulan debu yang akan segera menyelimuti paru-paru. Dalam pengapnya udara berdebu itu, sang nenek tampak terhuyung keletihan. 

Pada saat itulah, sebuah mobil mewah berwarna merah berhenti persis di samping si nenek. Dari dalamnya keluar seorang pengendara bersama istrinya, seorang wanita jelita. Melihat keadaan si nenek, pengendara itu mencabut dompetnya dan mengulurkan selembar uang seratus ribuan. Sementara itu, sang istri mengeluarkan dari tas modisnya segelas air minum dalam kemasan. Di luar dugaan, si nenek lebih memilih untuk meraih air minum dalam kemasan yang nilainya hanya sekitar 1500 rupiah saja. Lalu apa katanya, "Maaf, tapi airlah yang saat ini saya perlukan, karena saya sangat kehausan."

Tidak lama kemudian, si nenek terduduk dan tubuhnya mengejang, rupanya dia meninggal dunia. Innalillaahi wa inna illaihi raaji’uun. Di bibirnya tersungging sebuah senyum yang sangat indah. Insya Allah dia meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. 

Inilah fragmen indah tentang kesabaran, yaitu sebuah kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memposisikan diri dalam keadaan terbaik. Maka, marilah kita renungkan bersama, mungkinkah si nenek akan meninggal dengan bahagia apabila dia menggenggam lembaran seratus ribuan tetapi dia merana dalam kehausan?

08 April 2014

Bersandar Pada Pondasi Yang Kuat

Tawakal dan yakini kepada-nya, bersandar kepada-nya, serta mencari sebab yang disyariatkan untuk meraih tujuan, sebagaimana firman Allah,"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada allah, maka dia cukup baginya."

Luqman berkata kepada putranya,"Wahai putraku, dunia itu seperti lautan. Banyak manusia yang tenggelam didalamnya. Maka jadikanlah iman sebagai kapal untuk berlayar diatasnya, dan mengisi kehidupan dengan ketaatan kepada allah. Mengikuti perintah tawakal kepada Allah, mudah-mudahan engkau selamat."

Betapa besar pengaruh shalat istikharah dalam mendatangkan ketenangan dan kedamaian bagi orang yang sedang memilih, hakim dalam menentukan putusan, dan hamba dlaif yang tidak memiliki kemampuan dalam memilih.

Orang yang pesimis sudah seharusnya bahagia, dan tidak bersedih lagi. Karena dia masih bisa berbincang bersama orang lain, melewati hari, waktu, melihat hal yang beragam, mendengar kicauan burung, dan sebagainya.

Dia akan berada dalam kesedihan abadi dan kesulitan yang kekal, karena telah mengalami penderitaan hidup sebelum dia meraihnya. Merasakan pengaruh dari suatu kejadian padahal belum terjadi, yakin pada sesuatu yang belum terjadi, dan merasa tersiksa walaupun belum terjadi!

Bertawakal-lah kepada yang maha penyayang dalam segala urusan. Orang yang benar-benar bertawakal kepada-nya, maka anda akan meraih apa yang diharapkan berupa anugerah terbaik.

06 April 2014

Mampu Mengubah Gaya Hidup

Misslaini betul-betul hancur-hancuran pada tahun 2005. Usaha keluarga yang digelutinya merugi, bahkan nyaris ambruk. Wanita kelahiran Lampung 16 Mei 1971 yang biasa disapa Missi ini tak tahu harus berbuat apa.

Suaminya, seorang pejabat di sebuah Badan Usaha Milik Negara yang "gemuk," memang berpunya. Namun mengadu pada suaminya pun ia tak tega. "Gajinya saya habiskan untuk hal-hal yang tak berguna," akunya.

la mengurai gaya hidupnya saat itu. "Saya terlalu cinta dunia. Shalat tidak tepat waktu, jangankan yang sunah, yang wajib saja saya tinggalkan," ujar Missi yang sebelum menikah dengan Asep Saefudin bekerja di sebuah perusahaan multinasional bidang tekhnologi informasi.

la berharap kehidupannya akan lebih tenang setelah pulang berhaji tahun 2002. Namun, harapan menjadi haji mabrur tinggal harapan, karena ia lupa mengontrol dirinya. "Saya kembali ke kehidupan lama dan pengeluaran makin tak terkontrol."

Ketika sudah mentok dan tidak punya apa-apa, sementara gaji suami dihabiskan untuk hal-hal yang tak berguna, Misi meminta dibuatkan usaha kepada suami. "Saya berdalih agar hidup ini lebih berguna. Namun saya juga belum tahu mau usaha apa," ujarnya.

Pencerahan datang padanya tanpa diduga-duga. Sesudah berdiskusi dengan sang suami, iseng-iseng ia menonton televisi. Saat itu, Yusuf Mansur, ustadz yang menggiatkan sedekah itu, tengah berceramah di sebuah stasiun televisi. Tema ceramahnya, tentang keutamaan sedekah. "Saya sungguh tersentuh," ujarnya.

Tak mau membuang waktu, ia mencari nomor kontak Yusuf Mansur. "Saya disuruh datang ke pondoknya," tuturnya.

Begitu tiba di Pesantren Daarul Quran Wisata Hati yang terletak di Kampung Bulaksantri, Cipondoh, Tangerang, Ban ten dan mendengarkan ceramah Ustadz Yusuf Mansur, Misi pun mulai tersadarkan. "Yang saya ingat dari ceramahnya Ustadz Yusuf Mansur adalah sedekah dapat menyelesaikan segala macam masalah bahkan menyembuhkan penyakit hati. Mendengar itu rasanya hati saya seperti terbakar, panas hati ini," papar Misi yang sejak setahun lalu menjadi donatur PPPA (Program Pembibitan Penghafal Al-Quran) Daarul Quran Wisa¬ta Hati Tangerang.

Tekadnya sudah bulat untuk bersedekah. Saat itu di dompetnya ada uang Rp 500 ribu. Sang suami mulanya ragu, bagaimana mungkin bersedekah ke Ustadz Yusuf Mansur yang begitu populer hanya Rp 500 ribu. Itu pun belum digunakan untuk biaya bensin, bayar tol dan makan keluarganya di perjalanan. "Tekad saya sudah kuat. Saya bilang, ’Walaupun sedekah Rp 50 ribu asal dengan niat ikhlas, insya Alloh akan besar manfaatnya."

Begitu tiba di pondok, ia langsung mengisi formulir PPPA; Rp 300 ribu diniatkannya untuk sedekah. Sang suami mengomentari, ’Kalau dikasih semua, nanti kita pulang tidak punya apa-apa.’ Namun Missi yakin, Alloh Maha Segala-galanya.

Sampai di rumah, ia merasakan ketenangan yang luar biasa, yang tak pernah dijumpainya sebelumnya. la bertekad un¬tuk menebus kesalahan di masa lalu dengan beribadah kepada Alloh. la bertobat nasuha, dan mengikrarkan bahwa hidupnya harus lebih berguna dan bermanfaat untuk orang lain.

Dan, tak perlu menunggu hari berganti untuk menyaksikan keutamaan sedekah yang ikhlas yang telah dilakukannya. Saat ia tengah berderai-derai dalam doa, telepon berdering dan sang suami mendapatkan proyek yang sebelumnya beberapa kali gagal. Bahkan, sebelum barang dikirimkan, rekanan suaminya sudah mentransfer seluruh uang pembelian.

la dan suaminya kembali bersujud syukur. "Kini, saya datang dengan penuh keimanan, menjalankan sunahnya. Padahal saya sudah tidak minta apa-apa sama Alloh."

la meyakini, sedekah dan ibadah yang ikhlas membuka jalan usaha keluarganya. "Kalau hari ini saya dan keluarga makan Rp 100 ribu dan saya harus bersedekah sama dengan apa yang saya makan," ia berteori. la mengutip filosofi yang sangat indah dari sang suami yang turut berbahagia dengan perubahan dirinya,

"Sedekah dapat mengubah gaya hidup yang tadinya cinta dunia menjadi cinta akhirat."

(Misslaini, Lampung)

04 April 2014

Wasiat yang Sangat Mahal Nilainya

Seorang ibu memberi wasiat kepada putrinya pada malam zafaf (malam pertama setelah pernikahannya).

Dia berpesan, "Putriku, sebuah wasiat seandainya ditinggalkan mampu mendatangkan sebuah kehormatan, tentu akan aku tinggalkan dan menjauhkan hal itu darimu.

Akan tetapi, sebuah wasiat dapat mengingatkan orang yang berakal dan juga membangunkan orang yang sedang lupa.

Putriku, kamu telah meninggalkan tempat tinggalmu sekarang menuju ke sebuah tempat yang tidak kamu kenal sebelumnya, teman baru yang belum akrab, dan kamu menjadi ratu baginya. Oleh karena itu, jadilah engkau pelayan bagi suamimu, niscaya suamimu juga akan melayanimu.

Jagalah sepuluh wasiatku ini, maka kamu akan senantiasa dimengerti dan diingat.

1 dan 2;
Menggaulinya dengan menerima apa adanya (qanaah) dan menjadi pendengar yang baik serta menaatinya. Sebab, qanaah mampu menenteramkan hati, sedangkan menjadi pendengar yang baik dan menaati akan disayang oleh Rabb.

3 dan 4;
Jangan sampai suamimu melihatmu dalam keadaan jelek (tidak berhias) dan jangan sampai dia mencium baumu, melainkan kamu dalam keadaan paling wangi. Lakukan itu disertai dengan niat jika tidak memiliki minyak wangi, maka cukup air sebagai gantinya, Sedangkan celak adalah sebaik perias yang ada.

5 dan 6
Buatlah jadwal khusus untuk waktu makan dan ciptakan suasana yang tenang saat dia tidur. Sebab, kelaparan yang sangat dan mendengkur saat tidur dapat membuat seseorang marah.

7 dan 8
Menjaga hartanya serta merawat kepunyaan kerabat dan keluarganya. Sebab, menjaga harta termasuk bentuk penghormatan yang baik, sedangkan merawat kerabat dan keluarga termasuk cara mengatur yang paling baik.

9 dan 10
Jangan pernah menyebarkan rahasianya dan jangan pula menolak perintahnya. Sebab, jika kamu menyebarkan rahasianya, tidak mematuhi perintahnya, atau melakukan sesuatu yang membuat sakit hatinya, maka dia tidak akan segan-segan untuk mengkhianatimu. Janganlah engkau memperlihatkan kebahagiaan di hadapannya saat suamimu sedang susah atau bersedih saat dia sedang bahagia.

Sebab, pada kondisi yang pertama itu termasuk bentuk pelecehan, sedangkan pada kondisi kedua dapat membuatnya susah.

Ingatlah, kamu tidak pernah dapat mencapai semua itu sebelum semua yang diridhainya mampu membekas pada sesuatu yang kamu ridhai, baik itu terhadap hal yang kamu sukai maupun yang kamu benci.

02 April 2014

Berapa harga Tuhanmu ?

Sebagai seorang muslim, tentulah sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengikuti semua apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, dan juga menjauhi apa-apa yang dilarang oleh-Nya. Inilah konsep keimanan yang kita yakini selama ini. Namun ternyata masih saja ada sebagian umat islam yang tak mengendahkan perihal tersebut. Bukannya mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya, sebagaian umat ini justru melakukan hal yang sebaliknya. Mengerjakan yang dilarang, dan menjauhi yang seharusnya dikerjakan. Tak sedikit juga yang melakukan hal tersebut karena “dipaksa” oleh keadaan. Sehingga mau tak mau, harus melakukan hal-hal yang dilarang oleh-Nya.

Pada bulan Desember misalnya, banyak umat islam yang dengan terpaksa ataupun suka rela, menggunakan atribut-atribut kaum nasrani. Ini biasa terjadi dan dilakukan oleh beberapa umat islam yang statusnya adalah pekerja mall, restoran, perkantoran, ataupun tempat hiburan lainnya. Alih-alih tuntutan pekerjaan, mereka akhirnya memakai atribut tersebut. Padahal ini justru bertentangan dengan hakikat keimanan kita. Meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan melakukan dengan perbuatan. Mengaku sebagai orang yang beriman, mengucapkan kalimat syahadat, namun pada prakteknya justru mengikuti cara-cara orang kafir, sama saja kita telah “membohongi” keimanan kita. “kalau kami menolak, maka kami akan dipecat”. Beberapa orang akan melontarkan hal yang demikian, jadi seolah-olah, ancaman pemecatan itu boleh dijadikan alasan untuk tetap menggunakan atribut kaum nasrani. Padahal Rasulullah SAW pernah bersabda “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud).

Ada sebuah contoh lagi. Kejadian ini mungkin banyak menimpa kaum muslimin yang bekerja sebagai buruh pabrik. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa setiap hari jumat laki-laki yang beragama islam wajib hukumnya untuk melaksanakan shalat jumat berjamaan di masjid. Namun, pada kenyataannya, tidak sedikit yang justru meninggalkan shalat jumat hanya karena alasan pekerjaan. “Mesin tidak boleh dimatikan, harus ada yang jaga, jadi kami tidak bisa shalat jumat karena jaga mesin”. Ini umumnya terjadi disejumlah pabrik-pabrik tekstil yang ada di Negeri ini. Para pegawainya yang muslim, ketika hari jumat tiba, mereka kesulitan untuk shalat jumat, lantaran “perintah” atasan yang melarang untuk menghentikan mesin. Alasannya, bila mesin dimatikan, perusahaan akan mengalami kerugiaan yang besar. Dan “kerugian besar” dalam hal material menjadi alasan untuk tidak mengerjakan kewajiban yang satu ini. Padahal sebagai umat islam, kita telah sepakat meyakini bahwa shalat merupakan salah satu dari 5 (lima) rukun islam setelah syahadat. Bahkan shalat adalah batas yang membedakan seorang muslim dengan orang kafir.

Bila sampai hari kita masih saja meninggalkan kewajiban kita sebagai seorang muslim, hanya kerena alasan duniawi, maka seperti itu pula kita memperlakukan Allah SWT. Kita akan menyembah Allah, apabila ada keuntungan material yang kita dapati, bila tidak, bisa jadi Allah pun tak lagi kita sembah. Memang sudah semestinya kita sadari “sudah sejauh mana keimanan kita terhadap Allah ?”. Jangan-jangan, statment kalau kita beriman itu hanya sekedar di bibir saja, tapi hati kita tak meyakininya. Akibat hati yang tak sepenuhnya meyakini, akhirnya, perbuatan kita pun tak mencerminkan seperti orang yang beriman. Kita, disadari atau tidak, telah menukar keimanan kita dengan dunia. Kita telah “menghargai” Tuhan kita dengan harga yang sangat murah. Kita mengkhawatirkan kehidupan dunia yang sementara, dengan menjadikan akhirat kita sebagai taruhannya.

Ya Allah, janganlah Kau palingkan hati kami, dari kesenangan dunia yang semu. Jangan pula Kau sesatkan kami, dari jalan kebanaran ini, dari jalan islam yang mulia ini.

Aamiinn…..