29 October 2014

Ada Banyak Hikmah di Balik Basmalah

Alkisah, ada seorang lelaki Yahudi yang jatuh cinta kepada seorang wanita Yahudi. Karena sangat cintanya, pemuda itu. seperti orang gila; makan tak enak dan minum pun tak enak Lalu datanglah ia kepada Atha’ al-Akbar untuk menanyakan keadaanya. Kemudian Syeikh Atha’ menulis "Basmalah" pada secarik kertas. Selesai menulis, Syaikh Atha’ berkata, "Telanlah ini! Mudah-mudahan Allah memberimu kesembuhan dan menyatukan kamu dengannya."

Ketika pemuda itu telah menelan kertas tersebut, ia berkata. "Wahai, Syeikh Atha’! Aku telah merasakan manisnya iman, hatiku, telah bersinar, dan aku telah lupa kepada wanita itu. Sampaikan padaku tentang Islam!"

Lalu Syaikh Atha’ pun menyampaikan padanya ajaran Islam, maka pemuda Yahudi itu masuk Islam karena berkah basmalah. Ketika wanita Yahudi mendengar bahwa pemuda yang jatuh cinta kepadanya itu telah masuk Islam, maka ia mendatangi Syaikh Atha’ dan berkata, "Wahai, pembimbing orang Muslim! Aku adalah wanita yang diceritakan oleh pemuda Yahudi yang telah masuk Islam itu. Sesungguhnya tadi malam aku bermimpi ada seseorang yang datang dan mengatakan, ’Jika kamu ingin mengetahui tempat tinggalmu di surga, maka datangilah Atha’, karena ia akan menunjukkannya! Sekarang aku telah datang padamu, katakan di mana surga itu?"

Atha’ berkata padanya, "Jika kamu ingin surga, pertama kali harus membuka pintunya. Setelah itu, barulah kamu memasukinya."

"Bagaimana caranya aku membuka pintunya?" tanya si wanita.

Atha’ menjawab, "Ucapkanlah Bismillaahirrahmaanir-rahiim." maka wanita itupun mengucapkannnya. Kemudian ia berkata, Wahai Atha’, aku telah menemukan cahaya dalam hatiku, aku juga bisa melihat kerajaan Allah, sampaikanlah padaku tentang Islam Atha’ pun menyampaikan padanya ajaran Islam. Lalu ia masuk Islam dengan berkah Basmalah.

Setelah itu, si wanita pulang ke rumahnya, lalu tidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi Bahwa ia telah memasuki surga, melihat istana-istananya dan juga kubah-kubahnya. Di antara kubahnya ada yang bertuliskan: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah." membaca tulisan tersebut. Tiba-tiba ada suara yang memanggilnya, "Wahai wanita yang membaca tulisan di kubah, demikianlah Allah telah memberimu semua apa yang kamu baca."

Lalu ia terbangun dan bergumam, "Oh Tuhanku, aku berada dalam surga, tapi Engkau mengeluarkan aku darinya. Ya Allah, keluarkanlah aku dari kegundahan dunia dengan kekuasaan-Mu!"

Selesai berdoa demikian, tiba-tiba rumahnya ambruk ia mati syahid tertimbun di bawah reruntuhan rumahnya karen berkah Bismillaahirrahmaanirrahiim, dan Alhamdulillaahi ’aalamiin.

=================================
Sumber: Buku Jagan Bersedih! (150 Cerita hikmah penyejuk hati, karya: Mohammad A. Syuropati

24 October 2014

Dia Mencintai Anda

Banyak orang yang lupa diri ketika mendapat rezeki atau harta yang melimpah, baik berupa tanah yang luas, rumah yang megah, mobil yang mewah dan lain sebagainya, sehingga menjadi sombong karenanya. Dan kalau hal tersebut menimpa anda, sadarilah hal-hal berikut ini.

Apa yang anda miliki? Tidak ada! Semua adalah titipan dan amanat Tuhan. Apa yang ada pada anda bukan milik anda, Anda hanya mengelolal apa yang sudah diberikan Allah untuk anda. Istri, anak, harta benda bukan milik anda. Semua itu memang bersama anda, tapi bukan milik anda, dan anda tidak dapat mencegah sedikitpun bila sesuatu itu semua diambil olehNya atau betapapun anda pertahankan.

Suatu saat semua itu anda tinggalkan atau anda ditinggalkan. Anda hanya punya hak pakai, bukan hak memiliki, hak milik tetap ada pada Tuhan. karena semuanya milik Tuhan, maka bila suatu saat Tuhan mengambil semua yang ada pada anda, sampai menangis darahpun tidak bisa anda mencegahnya.

Maka sikap menerima apa adanya yang datang dari Dia adalah dikap yang amat positif. Karena menerima apa yang ada, berarti sudah suatu sikap baik, sikap yang menyadari bahwa anda hanya dapat mencari dan menerima karuniaNya dan tidak berlaku sebaliknya.

Ingat, anda tidak pernah sedikitpun memberi pada Tuhan dan memang Tuhan tidak memerlukan apa-apa dari anda. Dia memberi karena cintaNya pada anda, Dia tidak mengharap apa-apa dari anda. Dia memberi karena kasih sayangNya pada anda 100 %,

Dia tidak perlu balasan apa-apa dari anda. Jikapun anda menyembahNya dengan cara melakukan shalat, itu juga bukan untukNya, tapi hasil atau buah dari shalat itu dikembalikan untuk diri anda sendiri. Untu anda jua buah dari pohon keimanan, untuk anda jua balasan amal ibadah anda, semua amal baik anda dikembalikan pada anda. Dia tidak memerlukan apa-apa dari anda!

Termasuk rasa syukur yang anda ucapkan atau anda wajudkan dalam ibadah. Jangankan nikmatNya yang besar, kikmat Allah walaupun sedikit, bila disyukuri bertambah-tambah terasa nikmat tersebut. Semakin disyukuri nikmat Allah itu, makin bertambah nikmaNYa. “ Lain syakartum la adzinnnakum walain kafartum inna adzabi lasyadiid” , Jika kau bersyukur atas nikmatKu, maka akan Aku tambahkan nikmat itu padamu, namun jika kau kufur atas nikmatKu, ingat azabKu sangat pedih.

Mau jadi apa saja anda di dunia, silahkan, kecuali yang dilarang. Allah SWT telah memberikan rambu-rambuNya melalui Al Qur’an dan Al Hadist. Ingat, pekerjaan apapun di dunia itu mulia, asal yang halal. Dan setiap pekerjaan dilandasi niat karena Allah SWT adalah ibadah. Dan jangan pernah meremehkan pekerjaan yang halal, betapapun kecilnya, di hadapanNya mulia. Namun kebalikannya pekerjaan yang menghasilkan gaya hidup mewah dari hasil yang haram, di hadapanNya itu hina. Jadi jangan pernah silau kepada orang yang berjas dan berdasi, kalau hasil korupsi.

Dan jangan lupa, hidup di dunia bagaimanapun pahitnya, mesti ada batasnya yaitu kematian. Tapi bila sudah diakherat, hidup di neraka itu abadi! Tak ada batas-batas kesengsaraan di neraka. Jangan pernah menyerah pada kondisi yang pahit, luka, derita dan penuh tangis, itu hanya sementara sipatnya.
Karena tak ada duka yang abadi, dan tak ada bahagia yang abadi selam masih hidup di dunia, keduanya silih berganti, suka dan duka terus saja berputar seperti roda, dan uniknya yang namanya duka bukan hanya milik orang yang tak punya, begitu juga suka atau bahagia tak melulu milik orang kaya. Dan itu semua berada di bawah pengawasanNya.

Allah SWT akan selalu ada dimanapun kamu berada dan Allah tetap selalu ada, walaupun anda telah tiada. Jadi di manapun kita berada, di manapun tempatnya, sampai ke ujung duniapun tetap ada Dia, yang Maha Pengawas! Dan jangan lupa juga, di Negara bekas komunis, Rusia, Allah SWT pun ada, dan disembah oleh penduduk Rusia, Islam menjadi agama terbesar di Rusia ke dua, setelah Kristen Ortodok!

Dengan demikian nikmat dan karunia Allah SWT pun tersebar di Rusia, sebagai tersebar di seluruh penjujur dunia, termasuk di Indonesia. Dan wajud nikmat itu bermacam-macam, tidak hanya udara, matahari, air, tanah, sumber daya alam, rezeki yang melimpah dan lain sebagainya. Adanya manusia lain juga termasuk karuniaNya, bayangkan bila hidup sendiri tanpa manusia lain, seperti yang pernah terjadi pada Nabi Adam AS.

Namuan kesendirianpun adalah nikmat Allah yang sangat besar. Coba anda perhatikan, orang-orang populer menghabiskan biaya jutaan hanya untuk mencari suasana sepi, hening tanpa hiruk pikuk suara bising. Mereka butuh ketenangan hidup, mereka ingin yang sepi lalu menyendiri, tanpa gangguan dari apa dan siapapun. Mereka terganggu dengan keramaian dan kebisingan dunia, hingga mereka jauh-jauh berlibur, sampai-sampai kalau bisa ke ujung dunia atau masuk ke pulau-pulau yang sangat sepi yang tak berpenghuni.

Kesendirian bukan siksaan Allah, kesendirian adalah nikmat Allah dan jika dipergunakan kesendirian dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, mjaka akan anda dapatkan ketenangan, kebahagiaan yang sangat meresap kedalam kalbu. Dan jiiwa anda akan terasa sangat lapang.

Perlu juga diingat, Nabi Muhammad SAW, Nabi Musa AS, dan Nabi Ibrohim AS ketika mendapat wahyu dari Allah SWT, Beliau-beliau pada saat itu sedang sendirian, jauh dari keramaian manusia. Jadi keduanya, di tengah keramaian atau sendirian, juga karunia Allah SWT, tergantung bagaimana kita mensyukurinya.

Allah SWT sangat menyintai dan menyayangi anda, kalau tidak, buat apa Allah memberikan petunjuk-petunjuk-Nya memalui Al Qur’an dan Al Hadist? Buat apa Allah memberikan rezeki yang baik, yang begitu banyak pada anda? Buat apa Allah memberikan jiwa dan raga pada anda? Semua itu menunjukkan bahwa Allah menyayangi dan menyintai anda.

Maka bersyukurlah padaNya atas rasa sayang dan rasa cinta-Nya. Balaslah rasa sayang dan cinta-Nya dengan tunduk dan pasrah atas setiap kehendak, perintah maupun larangan-NYa. Jadi bukan sombong karena dicintaiNya atau mendapat limpahan rezeki dariNya. Ingat, rezeki semakin disukuri, makin ditambah olehNya, rezeki yang dikufuri justru mendatangkan azabNya, mau pilih mana ditambah rezeki atau diazab? Itu terserah anda.

============================
Oleh: Syaripudin Zuhri
Moskow, 24 Oktober 2014

20 October 2014

Manusia Terakhir yang Berada di Muka Bumi adalah Manusia Terburuk

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa manusia yang akan mengalami kiamat adalah manusia terkutuk karena mereka menyembah berhala, menyekutukan Allah, dan ingkar terhadap nikmat nikmat Allah. Mereka tidak lagi mencegah kemungkaran, gemar berbuat dosa, tidak mengerjakan sesuatu kecuali yang membuat Allah murka, dan senantiasa meremehkan perbuatan dosa dosa tersebut.

Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa orang orang yang akan mengalami kiamat adalah orang orang yang paling jahat, sesat, dan kufur, dan mereka yang lebih layak dimasukkan ke neraka pada hari kiamat kelak.

صحيح مسلم ١٦٨: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ وَأَبُو عَلْقَمَةَ الْفَرْوِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ سُلَيْمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلْمَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ رِيحًا مِنْ الْيَمَنِ أَلْيَنَ مِنْ الْحَرِيرِ فَلَا تَدَعُ أَحَدًا فِي قَلْبِهِ قَالَ أَبُو عَلْقَمَةَ مِثْقَالُ حَبَّةٍ و قَالَ عَبْدُ الْعَزِيزِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdah adl-Dlabbi telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dan Abu Alqamah al-Farwi keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Shafwan bin Sulaim dari Abdullah bin Salman dari bapaknya dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah akan menghembuskan angin yang sangat lembut, selembut sutera dari arah Yaman, ia tidak akan melewati seseorang yang di dalam hatinya terdapat -Abu Alqamah berkata- seberat biji-bijian, -sedangkan Abdul Aziz berkata; seberat biji sawi- dari keimanan kecuali Allah akan mewafatkannya.” (Shahih Muslim)

Dalam hadis lain, Diriwayatkan dari An Nuwwas bin Sam’an ra bahwa Rasulullah SAW bersabda ,” Ketika mereka dalam keadaan demikian, tiba tiba Allah mengutus angin sejuk yang mencabut setiap jiwa manusia yang memiliki keimanan dan tinggallah manusia kufur dan jahat. Maka, kiamat pun datang menghantam mereka.” (HR Ahmad dalam musnadnya dan Muslim dalam Shahihnya)
Mereka itu disebutkan oleh Rasulullah SAW sebagai generasi manusia terburuk di sisi Allah. Mereka lebih rendah dari binatang sekalipun. Allah telah memberikan anugerah yang banyak kepada mereka hingga mereka hidup berkecukupan, tetapi kemapanan dalam kehidupan itu tidak membuat mereka bersyukur. Mereka mengingkari kenikmatan kenikmatan tersebut dengan banyak melakukan maksiat dan kekufuran.

Allah SWT berfirman ‘
2:15
…dan membiarkan mereka terombang ambing dalam kesesatan (QS Albaqarah 15)

Yang dimaksud Allah dalam ayat di atas adalah manusia yang mengalami kedatangan hari kiamat.

Allah SWT berfirman,
19:75
Katakanlah (Muhammad), “Barangsiapa berada dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan Yang Maha Pengasih memperpanjang waktu baginya, sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepada mereka, baik azab maupun kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah bala tentaranya” (QS Maryam 75)

Mereka itu orang orang yang akan mengalami kiamat, yaitu orang orang yang hidup serba berkecukupan dengan rezeki yang melimpah ruah, Allah berfirman ,

18:103
18:104
Katakanlah (Muhammad) , “ Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?” Yaitu orang yang sia sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik baiknya (QS Al Kahfi 103 -104)

Rasulullah menjelaskan keadaan mereka, orang orang yang digiring oleh api ke tanah Masyar di Negara Syam – dan bagaimana kehidupan mereka sebelum kiamat datang. Setelah mencabut nyawa semua orang yang beriman, Allah menganugerahkan nikmat yang melimpah ruah kepada mereka sehingga mereka hidup tanpa kekurangan.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Kemudian Allah melepaskan angin dingin yang berhembus dari Syam. Maka tidak ada seorang pun dari manusia yang beriman kecuali dicabut nyawanya sehingga yang tersisa hanya manusia jahat yang tidak memiliki keimanan. Mereka tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk hingga setan muncul dan berkata, “Mengapa kamu tidak memenuhi seruanku saja?” mereka menjawab,” Apa yang kamu perintahkan kepada kami?” Setan memerintahkan kepada mereka untuk menyembah berhala. Maka merekapun mengikuti saran tersebut. Sedangkan, mereka berada dalam kehidupan yang serba kecukupan, kemudian hari kiamat pun datang.” (HR Muslim dan HR Ahmad)

Dari hadis di atas, dapat diketahui sifat sifat orang yang mengalami kiamat, bagaimana Allah memberikan kenikmatan yang melimpah ruah kepada mereka, dan orang orang beriman semuanya dimatikan, meskipun kadar keimanannya hanya sedikit. Hal tersebut merupakan keagungan rahmat dan anugerah Allah bagi mereka. Dari hadis di atas, juga dapat diketahui tentang kiamat yang menghancurkan langit, bumi, bintang bintang, runtuhnya gunung gunung, tumpahnya air laut dan sungai serta berbagai pandangan yang mengerikan lainnya. Selain itu , hadits tersebut menyebutkan bahwa hanya orang orang jahat-orang yang mencampur adukkan keimana, kekufuran, dan kemusrikan yang akan mengalami kiamat. Wallahu Alam

================================
 
Sumber : Al Hasyr wa Qiyam As Sa’ah – Mahir Ash Shufiy

17 October 2014

Keuntungan Masuk Islam

Betapa beruntungnya seorang manusia yang memeluk agama Allah ta’aala, yaitu Al-Islam. Sebab semenjak ia masuk Islam maka semua perbuatan yang ia lakukan mulai mendapat perhitungan serta ganjaran kebaikan di sisi Allah ta’aala.
Adapun orang yang kafir, maka apapun yang ia kerjakan di dunia tidak akan memperoleh balasan kebaikan dari Allah ta’aala. Mengapa? Sebab mereka telah mengingkari perkara yang paling mendasar dalam kehidupan, yaitu ke-imanan kepada Allah ta’aala. Di dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa semua yang mereka kerjakan akan terhapus dari catatan rekening amal mereka. Bahkan ditegaskan bahwa mereka bakal menjadi orang-orang yang merugi kelak di akhirat.

وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa yang kafir terhadap keimanan, maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.” (QS Al-Maaidah ayat 5) 

Ironisnya lagi, orang-orang kafir tersebut menyangka bahwa mereka telah berbuat kebaikan sewaktu di dunia sehingga mereka sudah berharap akan memperoleh surga di akhirat setelah mereka mati. Padahal justru ketika di akhirat itulah mereka baru sadar betapa celakanya mereka. Dan mereka baru sadar bahwa diri mereka sewaktu di dunia berada dalam kesesatan dan kekeliruan.

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآَيَاتِ
رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنً
Katakanlah, “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (QS Al-Kahfi ayat 105)

Semua itu terjadi lantaran orang kafir mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah ta’aala dan mereka tidak pernah secara sungguh-sungguh mempercayai akan datangnya hari perjumpaan dengan Allah ta’aala. Hari di mana manusia bakal mempertanggung-jawabkan segala apa yang telah dikerjakannya sewaktu di dunia. Bilamana ada orang yang mengajak mereka agar beriman kepada Allah ta’aala dan hari Akhir mereka kemudian mentertawakannya serta mendustakannya.
Maka pada hari Berbangkit kelak orang-orang kafir akan menyesali segala salah sikap yang mereka perlihatkan sewaktu di dunia dahulu. Bahkan mereka berkeinginan kuat untuk membayar apapun, seandainya mungkin, agar mereka dapat terlepas dari siksaan Allah ta’aala.


إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ أَنَّ لَهُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لِيَفْتَدُوا بِهِ
مِنْ عَذَابِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَا تُقُبِّلَ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.” (QS Al-Maaidah ayat 36)

Penyesalan orang kafir sedemikian rupa pada hari itu sehingga mereka menuntut kepada Allah ta’aala agar dapat dikembalikan ke dunia agar mereka dapat meralat salah langkah mereka sewaktu di dunia. Bahkan mereka mengakui bahwa mereka telah keliru karena tidak mau meyakini kebenaran Allah ta’aala dan Rasul-Nya sewaktu di dunia. Suatu keyakinan yang munculnya sangat terlambat. Suatu keyakinan yang sudah tidak membawa manfaat apapun bagi mereka pada hari Berbangkit tersebut, kecuali azab Allah ta’aala.

وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (QS As-Sajdah ayat 12)

Maka, saudaraku, alangkah beruntungnya manusia yang memperoleh hidayah iman dan Islam di dunia. Sebab apapun kebaikan yang ia kerjakan bakal mendatangkan balasan kebaikan dari Allah ta’aala yang berlipat kali. Sementara kejahatan yang ia kerjakan hanya dibalas Allah ta’aala setimpal dengan kejahatan tersebut.
إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلَامُهُ يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا
وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ
ضِعْفٍ وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا
“Apabila seseorang masuk Islam kemudian Islamnya menjadi baik, niscaya Allah akan menghapus segala kejahatan yang telah dilakukan. Setelah itu, ia akan diberi balasan yaitu setiap kebaikannya akan dibalas Allah sepuluh sampai tujuh ratus kali. Sedangkan kejahatannya dibalas (hanya) setimpal kejahatannya itu, kecuali jika Allah memaafkannya.” (HR Bukhary 1/72)

Maka sudah sepantasnya –sebagai ungkapan rasa syukur- kita ummat Islam berusaha keras mengajak siapapun ke jalan Allah ta’aala ini. Sampaikan kepada mereka: ”Aslim, taslam… Masuklah Islam-lah engkau, niscaya engkau bakal selamat di dunia dan di akhirat.” Jangan hendaknya kita biarkan teman kerja kita di kantor, atau tetangga kita di rumah atau bahkan saudara kita yang non-muslim hidup tanpa iman dan Islam. Mumpung mereka masih hidup, mumpung kita masih diberi umur oleh Allah ta’aala. Marilah, saudaraku, kita da’wahi mereka ke jalan hidup yang sungguh akan menghantarkan mereka dan kita bersama kepada keselamatan fid-dunya wal aakhirah.

=========
 Ihsan Tandjung- eramuslim

12 October 2014

Indahnya Karunia Allah di Dalam Menikah

Islam adalah agama sempurna. Kesempurnaannya sebagai sebuah sistem hidup dan sistem hukum meliputi segala perkara yang dihadapi oleh umat manusia. Firman Allah Swt:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu..” (TQS. An-Nahl [16]: 89)

Islam merupakan agama fitrah. Artinya Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Di dalam Islam, kita tentunya mengenal fitrah kita sebagai makhluk hidup, yakni adanya potensi hidup berupa kebutuhan hidup/jasmani atau hajataul ‘udhuwiyah dan adanya naluri-naluri yang tak bisa di hilangkan, yakni pertamaadanya naluri untuk mensucikan sesuatu / Gharizah Taddayun, kedua Naluri untuk melestarikan jenis/Gharizah Nau’ dan yang ketiga adalah adanya Naluri untuk mempertahankan diri/Gharizah Baqa’.

Kesemua potensi-potensi hidup dia tas tidaklah bisa di hilangkan , namun hanya bisa dialihkan. Naluri beragama misalnya, tidak bisa dihilangkan, namun hanya bisa dialihkan, dari yang dasarnya adalah mengagungkan adanya sang pencipta namun mereka alihkan dengan mengagungkan system ideology komunisme mereka.
Pun juga dengan naluri-naluri yang lain. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang naluri untuk melestarikan keturunan atau yang biasa disebut dengan Gharizah Nau’.
Namun, penulis disini tidak membahas bagaimana memanfaatkan potensi itu secara umum, karena penulis yakin, telah banyak artikel dan tulisan sejenis yang membahas seputar tersebut di atas.

Gharizah Nau’
Sebagaimana yang telah di jelaskan sedikit di atas, gharizah an nau’ atau naluri untuk melestarikan keturunan ini merupakan satu diantara tiga fitrah manusia yang telah dibekali oleh Allah sang pencipta manusia di dunia ini.
Dan Allah sebagai pencipta pun telah menurukan seperangkat aturan bagi hamba-hambaNya untuk memenuhi gharizah an Nau’ tersebutdalam koridor syariah. Dan syariah Islam telah mensyariatkan hukum Sunnah bagi umatnya untuk menikah dalam rangka pemenuhan gharizah tersebut.
Terkait dengan hokum syariah Islam berupa sunnah ustadz Sarwat Lc menjelaskan bahwa para ahli fiqih punya istilah sunnah yang mereka definisikan dengan beberapa batasan.

Sebagian ahli fiqih mengatakan bahwa sunnah itu adalah sebuah perbuatan yang bila dikerjakan akan mendatangkan pahala dan bila tidak dikerjakan tidak mendatangkan dosa bagi pelakunya.Lihat kitab Al-Fatawa Al-Hindiyah jilid 1 halaman 67, juga kitab Ibnu Abidin jilid 1 halaman 70.
Sementara sebagian ahli fiqih lainnya membuat batasan bahwa sunnah adalah perbuatan yang selalu dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW, namun tidak sampai menjadi kewajiban karena tidak ada dalil yang menunjukkan atas kewajibannya.Bisa kita baca dalam kitab Ibnu Abidin jilid 1 halaman 80 dan 404.
Juga kitab Jawahirul Iklil jilid 1 halaman 73.Ulama lain mendefinisikan sebagai metode dalam beragam yang tidak sampai difardhukan atau diwajibkan. Lihat kitab Kasyful Asrar oleh Al-Bazdawi jilid-jilid halaman 302.

Kembali ke persoalan menikah tadi, banyak sekali ayat-ayat di dalam al qur’an dan hadist yang mengupas seputar persoalan menikah ini. Diantara ayat-ayat al qur’an tersebut adalah sebagai berikut :
Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (Ar-Ruum 21)

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (An Nuur 32)

“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (Adz Dzariyaat 49)

“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (Al-Isra 32)
“Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (Al-A’raf 189)
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (An-Nur 26)

“Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan” ( An Nisaa : 4)

Adapun dari hadist, juga sangat banyak sekali anjuran tersebut, misalnya :
“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku” (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)

“Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi)

“Janganlah seorang laki-laki berdua-duan (khalwat) dengan seorang perempuan, karena pihak ketiga adalah syaithan” (Al Hadits)

“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim)

“Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat, sebab syaithan menemaninya. Janganlah salah seorang di antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai mahramnya” (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari Abdullah Ibnu Abbas ra).
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya, karena sesungguhnya yang ketiga adalah syetan” (Al Hadits)

“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang sholihah” (HR. Muslim)

“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas” (H.R. At-Turmidzi)

“Barang siapa yang diberi istri yang sholihah oleh Allah, berarti telah ditolong oleh-Nya pada separuh agamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia bertaqwa pada separuh yang lain” (Al Hadits)

“Jadilah istri yang terbaik. Sebaik-baiknya istri, apabila dipandang suaminya menyenangkan, bila diperintah ia taat, bila suami tidak ada, ia jaga harta suaminya dan ia jaga kehormatan dirinya” (Al Hadits)

“Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)

Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak” (HR. Abu Dawud)

Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain” (HR. Abdurrazak dan Baihaqi)
“Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah” (HR. Bukhari)

Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang” (HR. Abu Ya¡¦la dan Thabrani)

“Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat” (HR. Ibnu Majah,dhaif)

“Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka” (Al Hadits)

Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)

Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama” (HR. Ibnu Majah)

“Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
“Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya” (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih)

“Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya.” (HR. Ashhabus Sunan)

“Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)” (HR. Ahmad)

“Dari Anas, dia berkata : ” Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya” (Ditakhrij dari An Nasa’i)

“Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Itulah sekilas tentang ayat-ayat Allah serta hadist-hadist yang menyinggung seputar pemenuhan gharizah an Nau’ di dalam Islam yakni dengan cara menikah.
Sesunguhnya, persoalan menikah ini bukan hanya sebatas itu saja. Banyak keutamaan yang bisa kita dapati dengan menikah.
  1. Berhak mendapatkan pertolongan dari Allah di hari kiamat kelak : “Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
  2. Membuka pintu Rezeki
    Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw. bersabda : “Allah enggan untuk tidak memberi rezeki kepada hamba-Nya yang beriman, melainkan pasti diberinya dengan cara yang tak terhingga.” (HR. Al-Faryabi dan Baihaqi)
    Dari Jabir ra., ia berkata : “Nabi saw. bersabda : ‘Ada tiga hal bila orang melakukannya dengan penuh keyakinan kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya, Allah ta’ala mewajibkan diri-Nya untuk membantunya dan memberinya berkah. Orang yang berusaha memerdekakan budak karena imannya kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya, maka Allah ta’ala mewajibkan diri-Nya membantunya dan memberinya berkah. Orang yang menikah karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya, maka Allah ta’ala mewajibkan diri-Nya membantunya dan memberinya berkah …..’” (HR. Thabarani).
    Dari Jabir ra., ia berkata : “Nabi saw. bersabda : ‘Tiga golongan yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allah ta’ala, yaitu : seorang budak yang berjanji menebus dirinya dari majikannya dengan penuh iman kepada Allah ta’ala, maka Allah ta’ala mewajibkan diri-Nya untuk membelanya dan membantunya; seorang lelaki yang menikah guna menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan Allah (zina), maka Allah mewajibkan diri-Nya untuk membantunya dan memberinya rezeki …..’.” (HR. Dailami)
    Carilah oleh kalian rezeki dalam pernikahan (dalam kehidupan berkeluarga).” (HR Imam Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus).
  3. Pahala orang yang menikah itu lebih banyak dibanding yang belum menikah dalam perkara beramal.
    Dua rakaat yang dilakukan orang yang sudah berkeluarga lebih baik dari tujuh puluh rakaat shalat sunah yang dilakukan orang yang belum berkeluarga.” (HR. Ibnu Adiy dari Abu Hurairah)
  4. Berguguran dosa mereka ketika merengkuh tangan pasangannya
    Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan istrinya memperhatikan suaminya,” kata Nabi Saw menjelaskan, “maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan perhatian penuh Rahmat. Manakala suaminya merengkuh telapak tangannya (diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela-sela jari jemarinya.” (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi dari Abu Sa’id Al-Khudzri r.a)
  5. Menggenapkan separuh agama Islam
    Apabila seorang hamba telah berkeluarga, berarti dia telah menyempurnakan setengah dari agamanya maka takutlah kepada Allah terhadap setengahnya yang lainnya.” (HR At-Thabrani)
Imam Al Ghazali mengatakan bahwa hadits diatas memberikan isyarat akan keutamaan menikah dikarenakan dapat melindunginya dari penyimpangan demi membentengi diri dari kerusakan. Dan seakan-akan bahwa yang membuat rusak agama seseorang pada umumnya adalah kemaluan dan perutnya maka salah satunya dicukupkan dengan cara menikah.” (Ihya Ulumuddin)

Abu Hatim mengatakan bahwa yang menegakkan agama seseorang umumnya ada pada kemaluan dan perutnya dan salah satunya tercukupkan dengan cara menikah, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah untuk yang keduanya.” (Faidhul Qodir juz VI hal 134)

Nabi Muhammad s.a.w. bersabda, “Sikap menahan diri yang paling Allah sukai adalah menjaga kemaluan dan perut.”

Semoga bermanfaat, bagi yang telah menikah agar semakin berpacu dengan waktu guna menjadikan keluarganya mejadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah, dan bagi yang belum menikah agar menjadi motivasi untuk menyegerakan hal tersebut.

Wallahu A’lam bis showab.

==========
Adi Victoria
al_ikhwan1924@yahoo.com

07 October 2014

Perbuatan Khianat adalah Penyebab Kesulitan Hidup

Ada satu jenis lagi perbuatan yang menyebabkan kesulitan hidup di dunia bahkan di akhirat yaitu ; KHIANAT

Pada saat ini masyarakat Indonesia sedang menyaksikan bagaimana orang-orang yang berkhianat  koruptor, manipulator (dsb)  dengan jabatan yang telah diamanahkan bangsa kepadanya di nodai oleh suatu perbuatan khianat terhadap tugas-tugasnya dan kekuasaan yang dipegangnya. Para pemegang amanah itu tidak menjalankan amanat sebaik-baiknya tetapi tragisnya dilain pihak mereka terus berusaha mempertahankan amanat yang diberikan kepadanya dengan berbagai cara, Walhasil ketika perbuatan khianat itu terbuka hijabnya yang selama ini tertutupi, maka tidak saja dirinya yang hancur karena malu, hilang martabat dan hartanya, hancur pula perasaan keluarga dan orang-orang disekelilingnya.

Allah berfirman :
“ Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad ) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui  (Al Anfaal : 27)
Al Wahidi – semoga Allah merahmatinya – mengatakan , Ayat ini diturunkan kepada Abu Lubabah ketika Rasulullah Saw mengutusnya ke Bani Quraizhah, saat mereka dikepung. Sedang keluarga dan anaknya ada di dalamnya. Kemudian mereka berkata kepada Abu Lubabah, “ Wahai Abu Lubabah, apa pendapatnmu jika kita memakai keputusan Sa’ad demi kepentingan kita ? “ Kemudian Abu Lubabah mengisyaratkan kelehernya, maksudnya ia akan disembelih, maka jangan kalian melakukan hal tersebut. Perbuatan itu adalah khianat kepada Allah dan RasulNya. Abu Lubabah berkata “ Kakiku masih tetap berada pada tempat itu, sampai aku sendiri menyadari bahwa aku telah khianat kepada Allah dan Rasul-Nya . Allah berfirman ,
“ Dan sesungguhnya Allah tidak meridhai tipu daya orang yang berkhianat (QS Yusuf : 52)

Maksudnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang khianat atas amanat yang dibebankan kepadanya. Ini berarti bahwa Allah akan membeberkan aibnya’ pada akhir nanti dengan dijauhkannya hidayah dari Allah.
Allah berfirman :
Akan tetapi jika (tawanan-tawanan itu ) bermaksud hendak berkhianat kepadamu, maka sesugguhnya mereka telah berkhianat kepada Allah sebelum ini, lalu Allah menjadikan(mu) berkuasa terhadap mereka. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana (Al Anfaal : 71)
Meskipun para tawanan itu hendak mengkhianatimu, wahai Muhammad dengan menampakkan seakan-akan baik dalam perkataannya dan mereka beriman, tetapi sebenarnya mereka telah mengkhianati Allah, sebelum terjadi peperangan ini yaitu perang Badar .

Allah berfirman,
“ Hai orang-orang beriman , janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (al Anfaal :27)
Maksudnya, janganlah kalian mengkhianati agama kalian dan Rasul kalian dengan membocorkan rahasia-rahasia kaum Mukminin. Dan mengkhianati apa yang telah diamanatkan kepada kalian berupa taklif-taklif syari, kewajiban-kewajiban agama , sebagaimana firman Allah.
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit , bumi dan gunung-gunung , maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat  zalim dan bodoh (Al Azhaab : 72)

Ibnu Abbas berkata,” khianat kepada Allah itu berupa perbuatan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan dan khianat kepada Rasulullah saw berupa perbuatan meninggalkan sunah-sunah yang telah beliau gariskan dan melakukan maksiat terhadapnya. Begitu juga khianat terhadap amanat, yaitu amal-amal yang telah Allah percayakan kepada hamba-hambaNya

Allah berfirman :
“Dan jika kamu khawatir terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur ., sungguh Allah tidak menyukai orang  yang berkhianat ” (Al Anfaal ’58)
Makna yang dimaksud adalah jika kalian khawatir terhadap suatu kaum akan berbuat khianat , maka cabutlah perjanjian yang telah engkau sepakati  dan katakanlah kepada mereka bahwa kami telah mencabut perjanjian dengan kalian , sekarang kami memerangi kalian . agar mereka tahu pentingnya hal tersebut sehingga mereka akan sama-sama menyadari keutamaan bersamamu dengan ilmunya itu. Janganlah kalian memerangi mereka sedangkan diantara kalian dan mereka ada perjanjian , dan mereka menaruh percaya kepada kalian , hingga perbuatan ini dianggap sebagai tindak pengkhianatan dan mengingkari janji. “ Innallaha laa yuhibbul khaainin” ungkapan ini sebagai alasan diperintahkannya membatalkan perjanjian ,karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat khianat dan tidak dapat dipercaya.

Allah berfirman
“….dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah) karena membela orang-orang yang khianat” ( An Nisaa : 105)
“ Dan janganlah kamu berdebat untuk membela orang –orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa (an Nisaa; 107)
Maksudnya janganlah kalian berdebat untuk membela orang yang mengkhianati dirinya dengan melakukan maksiat. Bahwa Alah tidak menyukai orang yang sangat suka berkhianat, tenggelam dalam jurang kemaksiatan dan dosa.

Rasulullah saw bersabda;
Tidak ada iman bagi orang yang tidak dapat diamanati . Tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati perjanjian
 (Hr Ahmad. Al Bazzaar, ath Tharani dan Ibnu Hibban)

Khianat akibatnya akan jelek dalam segala hal. Bahkan dalam suatu kondisi akan lebih jelek dari yang lainnya. Orang yang berkhianat dalam suatu hutan , tidak sama dengan orang yang berkhianat terhadap sanak saudara, harta dan melakukan pebuatan-perbuatan dosa besar. Rasulullah saw bersabda,” Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; jika ia berbicara akan berdusta, jika berjanji ia mengingkari dan jika dipercaya , ia akan berkhianat (HR Bukhari dan Muslim)

Rasullah saw bersada “ Allah berkata, Aku menjadi fihak yang ketiga dari dua orang yang bersepakat, selama tidak ada salah satunya yang khianat. Di dalam hadits itu juga disebutkan Perkara pertama kali yang akan diangkat dari manusia adalah amanah. Dan yang terakhir kali yang tersisa adalah shalat. Barangkali orang yang melakukan shalat itu tidak akan mendapat kebaikan sedikit pun ( Hr bu Dawud dan Al Hakim).
Rasulullah saw juga bersabda, “ Jauhkanlah kalian dari amanat, karena ia adalah akhlak yang paling tercela (Hr abu Dawud , An Na- Nasa’I, dan Ibnu Maajah)
Rasulullah saw bersabda,” Beginilah ahli neraka, beliau menyebutkan seeorang yang tidak diragukan sifat tamaknya dan jika ia diamanati maka pasti akan khianat.”

Ibnu Mas’ud r.a. berkat,” Di hari Kiamat akan didatangkan orang yang khianat dengan amanahnya. Kemudian dikatakan kepadanya,” tunaikan amanahmu.” Kemudian ia berkata, bagaiamana mungkin aku bisa wahai Tuhanku, sedang dunia telah sirna? Beliau berkata,” kemudian amanah itu berwujud seperti sesuatu ketika ia diambil dari neraka jahanam dan dikatakan kepdanya,” turun dan ambillah ia, kemudian keluar darinya.” Beliau berkata,” Kemudian ia turun dan mengambilnya dengan digendong di pundaknya , yang beratnya melebihi berat gunung di dunia. Sehingga ketika ia mengira bahwa ia telah selamat, tiba-tiba ia tergelincir kembali. Tergelincir dalam neraka selama-lamanya. “

Kemudian beliau berkata, shalat adalah amanah. Wudhu adalah amanah. Mandi wajib adalah amanah. Timbangan adalah amanah. Maka berikanlah semua titipan itu.

==============
-lr- eramuslim.com

05 October 2014

Menyempurnakan Syukur Dengan Sabar

Al-Ashmui, salah seorang menteri masa Khalifah Al-Manshur, terkenal dengan kegemarannya berburu. Suatu ketika, ia dan rombongannya melakukan perburuan. Al-Ashmui yang sangat menikmati perburuan itu tanpa sadar tertinggal dari rombongannya. Ia terpisah dan akhirnya tersesat di gurun seorang diri.

Matahari yang terik membuat kerongkongannya seperti terbakar. Ya, ia mulai kehausan. Dengan dahaga yang tak tertahankan, ia pun memacu kudanya mencari-cari sumber air untuk melepas rasa hausnya. Namun, tanpa ia duga sebelumnya, sebuah pondok sederhana sayup-sayup mulai tampak di depannya. Ia pun segera menderapkan kudanya ke arah pondok tersebut.

"Assalamualaikum," ucapnya.
"Waalaikumussalam warahmatullah," balas suara dari dalam.

Tak lama kemudian, keluarlah seorang wanita yang cantik jelita dari dalam pondok tersebut dan membuat sang menteri terperanjat. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ada seorang wanita cantik rela hidup di tengah gurun yang sepi.

"Maaf, adakah air barang beberapa teguk sebagai pelepas dahagaku?"
"Wah, sayang sekali, Tuan, saya hanya memiliki segelas air yang saya persiapkan untuk suami saya. Ada, setengah gelas, itu pun bekas minum saya. Kalau Tuan berkenan, silakan!" jawab si wanita cantik.

Al-Ashmui semakin penasaran. Ia ingin mengetahui siapa gerangan lelaki beruntung tersebut, suami dari wanita cantik yang berdiri di hadapannya itu.

Tiba-tiba, mata wanita tersebut terbelalak. Ia pun bergegas masuk ke dalam pondok dan mempersiapkan minuman dan sehelai kain pembersih (handuk). Sang menteri heran dengan perubahan mimik muka wanita cantik itu. Maka menolehlah ia ke belakang. Dilihatnya di kejauhan debu gurun yang mengepul. Semakin lama semakin tebal dan mendekat. Sesosok penunggang kuda pun mulai jelas terlihat. Ternyata, dia adalah suami wanita cantik itu. Rupanya, dia baru pulang dari berburu.

Apa yang membuat Al-Ashmui tak habis pikir adalah lelaki tersebut sungguh jauh dari yang dia bayangkan sebelumnya: muda, tampan, lembut, dan ramah. Al-Ashmui benar-benar dibuat terperangah. Ternyata, suami wanita cantik itu adalah seorang yang telah lanjut usia, buruk rupa, serta kasar dalam tindak dan tutur bicaranya. Baru saja mengikatkan tali kudanya, ia tak berhenti menghardik dan berkata-kata kasar kepada istrinya.

Yang lebih membuat sang menteri itu geleng-geleng kepala adalah sikap yang ditunjukkan wanita cantik itu kepada suaminya. Meski dihardik, ia dengan sabar dan lembut menyeka keringat di wajah, tangan, dan tubuh suaminya. Lalu, menghidangkan minuman dan makanan dengan sopan. Selayaknya seorang pelayan menghadapi rajanya.

"Subhanallah... subhanallah!" pekik Al-Ashmui berkali-kali dalam hati.
Sudah tiba waktunya Al-Ashmui untuk undur diri. Namun, untuk mengobati rasa penasarannya akan apa yang dilihatnya. Dia bertanya kepada wanita itu, "Engkau masih muda dan cantik. Tentu di sana masih banyak pemuda tampan dan kaya yang akan tergila-gila mendapatkanmu. Engkau juga baik hati dan setia. Mengapa engkau relakan dirimu hidup bersama lelaki yang kasar seperti itu? Tua dan buruk rupa lagi?"

Akan tetapi, jawaban yang diberikan wanita cantik itu sungguh semakin membuat Al-Ashmui terperanjat dan memuji Allah berkali-kali.

"Tuan, bukankah Rasulullah saw bersabda, ‘Agama itu terdiri dari dua bagian, yaitu syukur dan sabar."

"Nah, aku telah bersyukur," lanjut wanita cantik itu. "Karena Allah telah menganugerahkan kepadaku usia muda, kecantikan, dan perlindungan. Ia membimbingku berakhlak baik. Aku telah melaksanakan setengah agamaku. Karena itu, aku ingin melengkapi setengah agamaku lagi, yaitu bersabar. Ya, aku bersabar memiliki suami seperti yang Tuan lihat sekarang."

SubhanAllah ...

04 October 2014

Fenomena Isteri-isteri Zaman Sekarang

Saat ini banyak lelaki yang mengatakan betapa susahnya mencari pasangan hidup yang sesuai dengan kriteria syariat. Apalagi di kota-kota besar di mana pergaulan anak-anak perempuan begitu bebas. Belum lagi pengaruh budaya impor dari Barat yang masuk melalui telivisi yang kemudian ditiru menjadi gaya hidup. Zaman sekarang, untuk mencari pasangan memang harus hati-hati.
Laki-laki bila ditanya kriteria apa yang diinginkan untuk calon istrinya, yang pertama dijawab pasti wanita yang keibuan. Artinya wanita itu punya sifat lembut, penuh kasih sayang, cinta kepada anak kecil dan punya sifat perhatian.
Nah, kenyataannya pada masa sekarang, telah jarang wanita punya sifat keibuan. Yang jadi fenomena saat ini adalah para wanita muda senang hura-hura, mengidolakan artis-artis sinetron yang jelas-jelas punya prilaku bebas, matre/ materialistis (cinta harta), malas dan boros. Dan yang lebih parah lagi yaitu mereka tidak mengerti agama.

Kepada ALLAH ia jauh, sedang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka tidak kenal. Dengan orang tua tak ada hormatnya, bahkan senang menghujat orang tua temannya (yang maksudnya mungkin baginya hanya saling canda, tetapi karena panduannya sinetron maka candanya itu mengumpat orang tua temannya). Padahal itu termasuk dosa besar. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مِنْ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَهَلْ يَشْتِمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ نَعَمْ يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ
Dari Abdullah bin Amru bin al-Ash bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di antara dosa besar adalah seorang laki-laki mencela kedua orang tuanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, ‘Apakah (mungkin) seorang laki-laki mencela orang tuanya? ‘ Beliau menjawab: “Ya. Dia mencela bapak seseorang lalu orang tersebut (membalas) mencela bapaknya, lalu dia mencela ibunya, lalu orang tersebut (membalas) mencela ibunya.” (Hadits muttafaq ‘alaih, disepakati shahihnya oleh Al-Bukhari dan Muslim).

Dan satu lagi fenomena rusaknya wanita muda sekarang, yaitu sangat percaya diri yang sangat kuat dan dihinggapi pula apa yang disebut narsis sehingga mengakibatkan hilangnya rasa tawadhu’, apalagi rasa takut kepada ALLAH, itu hal yang tak mereka fikirkan.

Dikhabarkan, semakin mendekati qiyamat, jumlah wanita lebih banyak dari laki-laki. Dalam kenyataan, meskipun wanita itu banyak, tetapi laki-laki tetap susah untuk memilih wanita sebagai pendamping hidupnya. Lain hal dengan laki-laki yang asal pilih. Asal senang sama senang sudah jadi. Yang begini tentu saja akan mudah didapat.

Ketika si wanita telah menjadi istri, ia tidak paham bagaimana mendekatkan diri kepada ALLAH SWT. Ia tidak tahu kewajiban untuk beribadah kepada Robb nya, karena selama menjadi remaja, ia hanya hura-hura. Ia pun tidak paham bagaimana bakti kepada suami. Karena selama ramaja panduan pendidikannya adalah artis-artis sinetron, yang diantaranya mengajarkan seorang istri melawan suami, seorang istri tidak tunduk kepada suami, dan digambarkan bagaimana cara menentang suami agar suami takut dengan istri.
Fenomena rusaknya wanita masa kini yang jauh dari kriteria wanita yang keibuan telah merasuki hampir seluruh wanita-wanita muda yang akan menjadi ibu rumah tangga. Padahal untuk memasuki dunia rumah tangga ada kewajiban yang besar yang mau tidak mau harus diikuti yaitu bakti kepada suami.
Hidup adalah untuk ibadah kepada sang pencipta, ALLAH SWT. Salah satu ibadah seorang istri yakni mematuhi aturan Allah dan Rasul-Nya adalah berbakti kepada suami.

Janganlah diikuti fenomena yang sekarang sedang melanda para wanita.
Ikuti apa yang telah diajarkan agama. Karena biar bagaimanpun wanita dituntut untuk punya sifat keibuan dalam perannya sebagai istri. Wanita dituntut untuk taat kepada ALLAH SWT dan bakti kepada suaminya.
Bila perannya sebagai istri tetapi prilakunya masih mengikuti fenomena yang melanda para wanita muda masa kini, prilakunya mengikuti sinetron-sinetron maka tak akan ada kata tenteram dalam rumah tangganya dan tunggulah saat kehancuran diri dan keluarganya, serta tak akan ada jaminan selamatnya seorang ibu rumah tangga kelak di akhirat. Maka satu-satunya jalan menuju ketenteraman jiwa dan ketenteraman keluarga adalah bakti kepada suami setelah bakti kepada Allah Ta’ala. Ikuti peraturan agama. Selalu belajar sabar untuk menjalani peran sebagai istri dengan sederet kewajiban yang harus ditaati.

Perlu disadari Ridho ALLAH berkaitan pula dengan hubungan isteri terhadap suami. Sebaliknya, kemarahan suami dapat mengakibatkan datangnya laknat bagi isteri. Contohnya adalah apa yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا بَاتَتْ الْمَرْأَةُ هَاجِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
Dari Abu Hurairah ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabdda: “Apabila seorang wanita bermalam sementara ia tidak memenuhi ajakan suaminya di tempat tidur, maka Malaikat melaknatnya hingga pagi.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Ini menunjukkan haramnya isteri menolak ajakan suami di tempat tidur tanpa halangan syar’i dan tidak karena haidh (ketika haidh pun suami masih punya hak untuk bersenang-senang dengan isteri di luar kain). Hadits ini artinya, laknat akan terus menerus atas isteri sehingga ia tidak lagi maksiat (dengan penolakannya itu) karena telah terbitnya fajar atau dengan bertaubatnya atau kembali ke tempat tidur suaminya.
Sebaliknya, suami juga tidak boleh dhalim kepada isteri. Sehingga lelaki yang terpuji adalah yang paling baik akhlaqnya terhadap keluarganya yakni terutama kepada isteri.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَإِذَا مَاتَ صَاحِبُكُمْ فَدَعُوهُ
Dari ‘Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang baik kepada keluarganya, apabila sahabat kalian meninggal, maka biarkanlah (jangan mengungkit-ungkit kejelekannya).” (HR Ad-Darimi).

Ketika isteri berbakti kepada suami, sedang suami adalah orang yang baik kepada isterinya, maka di situlah terjalin rumah tangga yang harmonis dalam ridho Allah, insya Allah. Dan itulah yang disebut keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, keluarga yang tenteram, diliputi cinta dan kasih sayang. Itu semua hanya dapat diperoleh dengan jalan mengikuti petunjuk Allah Ta’ala yang telah dibawa oleh Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa salam. Oleh karena itu dalam hadits, wanita yang direkomendasikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diperisteri adalah yang baik agamanya. Bila tidak, maka celaka.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُنْكَحُ النِّسَاءُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَز أخرجه البخاري، ومسلم ، وأبو داود، والنسائي.
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata: “Wanita dinikahi karena empat perkara, yaitu: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamannya. Carilah yang memiliki agama yang baik, maka engkau akan beruntung.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan An-Nasaai).

Sebagaimana agama (Islam) itu hanya untuk kemaslahatan di dunia dan akherat, maka ketika orang memiliki ilmu agama dan mengamalkannya dengan baik, di situlah maslahat yang besar bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akherat. Demikian pula dalam berumah tangga. Maka rumah tangga yang diharapkan berisi isteri yang berbakti kepada suami dan suami yang baik terhadap isteri dan keluarganya tidak lain hanya ada pada orang-orang yang mengerti agama dan mentaatinya.

Oleh karena itu bagi wanita yang sudah berkeluarga, handaknya tidak henti-hentinya menimba ilmu agama dan mengamalkannya agar mampu berbakti kepada Allah dan juga kepada suami serta bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi amanahnya. Sedangkan wanita yang belum atau tidak bersuami pun demikian pula, karena mempelajari ilmu agama dan mengamalkannya itu bukan hanya untuk ketika adanya suami. Berbakti kepada Allah itu wajib, kewajiban nomor satu, dan itu wajib pula dilandasi dengan ilmu. Maka bagaimanapun, mempelajari ilmu agama dan mengamalkannya itu tetap dituntut dalam hidup ini.
Dan berbahagialah para wanita yang mampu menjalankan ini. Sehingga mampu berbakti kepada Allah, masih pula berbakti kepada suami.

Seberapa kadar berbakti kepada suami itupun perlu dipelajari dari petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menegaskan:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدْنَ لأَزْوَاجِهِنَّ لِمَا جَعَلَ اللَّهُ لَهُمْ عَلَيْهِنَّ مِنَ الْحَقِّ ».
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada seseorang, niscaya aku perintahkan para wanita agar bersujud kepada suami-suami mereka, karena hak yang telah Allah berikan atas mereka.” (HR Abu Daud, dishahikan Al-Albani dalam Shahih Abi Daud nomor 1873).

Itulah petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila isteri mematuhi agamanya (Islam) dan taat kepada suaminya (mengenai hal-hal yang tidak dilarang Allah dan Rasul-Nya) maka diberi khabar gembira sebagai berikut:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ (ابن حبان عن أبى هريرة . أحمد عن عبد الرحمن بن عوف . البزار عن أنس)
Dari Abdurrahman bin Auf berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang istri melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan ta’at kepada suaminya, niscaya akan dikatakan kepadanya; ‘Masuklah kamu ke dalam syurga dari pintu mana saja yang kamu inginkan’.” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Bazzar, menurut Al-Albani hasan lighairih).

Khabar gembira dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu hendaknya diperhatikan dan ditaati oleh setiap wanita Muslimah, agar berbahagia di dalam berumah tangga atau hidup di dunia ini, dan juga bahagia di akherat kelak.

================
 
(Dari buku Lifestyle Wanita Muslimah, Meluruskan Gaya Hidup Semu, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta)