29 April 2015

Di Akhir Zaman Nanti “Madzhab” Artis Paling Banyak Diikuti Masyarakat dan Umat Islam

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa kondisi masyarakat sekarang ini dan khususnya umat islam, yang semakin terpuruk dan rusak keadaannya disamping karena bodoh dan tidak faham tentang masalah dien (agama), hal terebut juga dikarenakan “krisis” keteladanan dalam mengamalkan dien (agama) mereka sebagai cara untuk menghantarkan ke-kehidupan yang abadi yaitu akhirat.

Dengan rusaknya masyarakat dan umat islam tersebut karena kebodohan mereka dalam urusan dien, akhirnya dengan “sekenanya” mereka mencari sesuatu yang bisa ditiru dan dicontoh untuk dijadikan panutan dan solusi untuk mengarahkan diri dan hidup mereka, menuju gaya hidup yang bisa menjadikan mereka “enjoy” dan nyaman serta tujuan setiap manusia yaitu masuk surga.

Dan salah satu trend dan “Madzhab” yang paling laku dan laris di akhir zaman nanti adalah gaya hidup Artis. Gaya hidup artis, baik artis yang beragama islam atau diluar islam (yang beragama Kafir), artis dalam negeri maupun luar negeri akan banyak dijadikan “referensi” umat di akhir zaman nanti untuk dijadikan barometer dan sebuah panutan dalam menjalankan kehidupan mereka.

Maka, saat-saat sekarang ini kita tidak perlu heran dan “geleng-geleng kepala” jika masyarakat dan khususnya umat islam sekalipun baik yang berjilbab (jilbab gaul) dan menjalankan sholat, dengan enteng dan mudahnya suka dan nyaman dalam mendengarkan musik, minum khomer bahkan perilaku yang paling bejat sekalipun yakni free sex (berzina).

Hal ini disampaikan oleh Ustadz Abu Fatiah Al-Adnani pada saat kajian rutin senin malam diMasjid Al Huda, Kerunbaru, Belangwetan, Klaten, Jawa Tengah . Ustadz muda yang sudah banyak sekali menulis buku-buku best seller yang bertemakan akhir zaman ini, menuturkan sambil menyitir sebuah hadits Nabi Muhammad saw bahwa hal tersebut (perbuatan mengikuti tatacara kehidupan artis) akan merebak diakhir zaman nanti dan ironinya hal tersebut akan dianggap sesuatu yang biasa-biasa saja dan halal dimata masyarakat.

“Rosululloh saw bersabda, “(Akan terjadi di akhir zaman) pada umat ini pembenaman (bumi), pengubahan rupa (manusia) dan hujan batu (meteor). Lalu ada sahabat yang bertanya, “Ya Rosululloh, kapan peristiwa tersebut akan terjadi?” Maka Rosululloh saw bersabda, “Apabila biduwanita (selebritis/artis) telah merajalela (bermunculan atau unggul), alat-alat musik dan khomer dianggap biasa (dianggap halal)”. (HR. Tirmidzi 2212 – Al Fitan dari hadits ‘Imran bin Hushain, Ibnu Majah 4060 – Al Fitan dari haadits Sahl bin Sa’d dan Thabrani dalam Mu’jamul Kabir dan Mu’jamul Aushat. Hadits ini Shohih)”, Ujar beliau.

Beliau kemudian melanjutkan penjelasannya bahwa hadits ini mengisyaratkan bahwa di akhir zaman nanti masyarakat akan lebih banyak menjadikan artis sebagai panutan dalam kehidupan mereka. Mulai dari bangun tidur mereka (para selebritis atau artis) hingga mereka tidur lagi, semuanya akan ditiru.

“Hadits ini mengisyaratkan bahwa di akhir zaman, ideologi yang akan muncul (dhohir) ataupun gaya hidup yang akan menjadi panutan, yang dhohir yaitu gaya hidupnya para selebritis atau artis. Dimana A sampai Z-nya, tidur sampai bangunnya, yang dilakukan oleh mereka akan menjadi bahan berita yang tak akan selesai-selasai diceritakan. Kemudian A sampai Z-nya berarti gaya makan gaya minum gaya berpakaian, sampai gaya berumah tangganya-pun yang kadang-kadang seorang artis wanita punya suami rangkap itu juga ditiru atau yang laki-lakinya hobi berselingkuh itu juga ditiru, ini makna Dhoharo. Dan hal ini sudah terjadi pada zaman ini”, Ungkap Ustadz Abu Fatiah sapaan akrab beliau.

Lebih jelasnya beliau mengungkapkan hal ini terjadi karena adanya krisis keteladanan, para artis yang menghiasai layar kaca (TV) malah dijadikan Nabi-nya umat islam, padahal sebagai orang islam yang harusnya dijadikan uswah (contoh/teladan) adalah Rosululloh saw.

“Dan hal ini terjadi karena Nabi-nya kaum muslimin bukan lagi Rosululloh saw, tapi Nabi mereka yaitu artis. Dan contoh kecil dari fenomena ini yaitu nampak ketika Lady Gaga datang ke Indonesia, bagaimana harga tiket yang sebesar 500 ribu sampai 2 juta-an habis dan ludes hanya dalam hitungan hari saja”, tegas Ustadz yang juga pengajar Ponpes Darusy-Syahadah Simo Boyolali itu.

Gaya Hidup Minum Khomer, Musik dan Free Seks, Tanda bahwa Kiamat Sudah Dekat

Melihat berbagai fenomena akhir-akhir ini seperti luapan Lumpur Lapindo di Sidoharjo Jawa Timur yang sampai sekarang ini tidak bisa diprediksi oleh siapapun dan kapan semburan lumpur tersebut akan berhenti, sudah bisa dijadikan suatu pelajaran bagi semuanya.

Bahkan DR. Gamal seorang pakar gempa UNS Solo pernah menyampaikan makalah dalam sebuah diskusi bahwa Sidoharjo itu dilihat dari struktur dan karakter tanahnya, SOP-nya, cara pengeborannya dan lain sebagainya itu sebetulnya sama saja dengan Sumatra, ujung pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan lainnya sebagainya. Tapi kenapa Sidoharjo yang lebih dulu ditakdirkan Allah “ambles” duluan?? Dengan bahasa kiasan yang agak menyindir, beliau menyampaikan bahwa kelihatannya ada kunci yang coba dibuka, yakni Inul dengan goyang ngebornya.

Meski artis selain inul mungkin banyak yang lebih heboh dan porno, tapi inul secara fakta telah menjadi simbol dan ikon atau kunci dari “goyangan-goyangan” berikutnya yang lebih seronok lagi. Bahkan ada salah satu asatidz yang juga konsen dibidang pembahasan Huru-Hara akhir zaman menyatakan dan memprediksi bahwa Lumpur Lapindo Sidoharjo tersebut merupakan penterjemahan dari hadits Nabi saw yang menyatakan bahwa akan terjadi pembenaman bumi di timur, barat dan jazirotul arab (khosfun fil-masyriq, khosfun fil-magrib wa khosfun fil-jaziratul arab). Dan di Sidoharjo merupakan khosfun fil-masryiq (pembenaman bumi di timur).

Kemudian, ada pula kisah manusia (wanita) yang berubah menjadi tikus karena ia mencampakkan Al Qur’an yang dibaca oleh sang ibu, sedangkan wanita itu asyik dengan musik yang didengarnya. Wanita itu kemudian membuang mushaf Al Qur’an yang sedang dibaca ibunya karena dia merasa terganggu dengan bacaan Al Qur’an ibunya pada waktu dia sedang asyik mendengarkan suara musik.

“Dan pembenaman bumi, pengubahan rupa dan hujan meteor itu terjadi ketika khomer dan musik sudah menjadi gaya hidup, artis juga menjadi gaya hidup. Padahal kita tau kehidupan artis, khomer dan musik ini nyatu rata-rata, tambah lagi kalau sudah ada lagi artis dan khomer free seks, kan begitu. Ini sudah padanannya, sehingga kita tau bahwa penyakit AIDS dan berbagai macam jenis penyakit kelamin ini hubungannya erat dengan ketiga hal diatas, musik khomer artis. Lihat, semua artis sampai mantan-mantan artis yang tobat pernah mengatakan; mustahil artis kok tidak kenal free seks, mustahil artis kok artis tidak kenal narkoba, wong tempat kongko-kongkonya isinya semacam itu”, jelas Ustadz Abu Fatiah

Maka beliau menyampaikan kepada para jama’ah untuk tidak heran jika melihat artis apalagi para pejabat dengan sangat gampangnya melakukan segala macam kemaksiatan seperti suka mendengarkan main musik maupun selingkuh atau free seks. Dan hal ini terungkap ketika Fredy Numberi mantan menteri Kelautan ketahuan selingkuh dengan awak berita stasiun TV swasta yang umurnya selisih 40 tahun. Jika Fredy Numberi saja yang wajahnya seperti itu dengan postur tubuh yang tidak mengenakkan dipandang saja masih laku dan bisa melakukan perselingkuhan, lalu bagaiman dengan para artis atau para pejabat yang punya wajah ganteng dan body atletis?? Tentu akan lebih sangat berpotensi untuk melakukan hal tersebut.

“Jadi nampaknya kita tak perlu geleng2 kepala kalau kita mendengar Fredy Numberi ceritanya berakhir seperti itu, itu hanya gunung es saja. saya membaca buku yang berjudul “Parlemen Undercover”, ya mengerikan walaupun menggunakan bahasa-bahasa kiasan. Tetapi disitu menggambarkan bagaimana dunia pejabat yang memang yang dia bisa berbuat sebebas-bebasnya dengan duit yang semau-maunya dengan fasilitas yang anda bisa tau isinya semacam itu, maka berpeluang untuk melakukan perbuatan2 itu hal yang semacam sangat logis sekali, apalagi dunia artis”, Ungkap beliau.

Terakhir beliau mengambil kesimpulan bahwa dhoharo dalam hadits diatas artinya bukan hanya sekedar nampak, tapi sudah unggul diatas. Dan hal ini kalau bisa dikiaskan sudah sama seperti sebuah Madzhab. Jika dikalangan umat islam masyhur dengan 4 madzhab, maka diakhir zaman nanti akan ada satu madzhab lagi yang akan dijadikan pedoman dan panutan oleh kaum muslimin dalam membantu peribadatan mereka dan gaya hidup mereka, yakni Madzhab Artis.

“Jadi dhoharo maknanya bukan sekedar muncul, tetapi dia sudah unggul diatas. Kalau dikatakan dhoharotul qoinat (munculnya para artis), itu digambarkan bahwa madzhab artis ini adalah madzhab terbesar sedunia. Sehingga nanti memilih apapun harus berbasis artis, pemimpin pejabat gubernur sampai ustadz-pun berbasis artis, kan seperti, ustadz yang selebritis, ini yang akan memiliki pengikut yang paling banyak. Maka dhoharotul qoinat, itu menggambarkan tentang betapa ideologi artis, ideologi musik, ideologi minuman keras itu akan menjadi madzhab terbesar bagi seleuruh umat manusia yang dampaknya nanti Allah akan menghukum mereka dengan pembenaman bumi, hujan meteor dan perubahan wajah”, tutup beliau.

25 April 2015

Krisis Ekonomi Itu Biasa

Beberapa pekan yang lalu , di sebuah acara reuni “sekolah dasar” , beberapa teman lama berkumpul di sebuah cafĂ© di bilangan Jakarta , kami sangat surprise , karena kami masih bisa berkumpul walau lebih dari dua puluh lima tahun tak pernah bertemu sebelumnya, acaranya sangat hangat dan penuh canda, meskipun wajah dan penampilan kami sudah tidak semungil dan selucu dahulu. Di tengah gurauan dan canda, terselip pembicaraan serius seorang rekan mengenai kegelisahannya terhadap dampak krisis ekonomi yang tidak menentu ini, usahanya mengalami penurunan bahkan terancam ditutup dalam waktu yang segera mungkin, dia mengalami kebingungan yang amat sangat, saya berpendapat bahwa masalah krisis itu bukan saja berdampak kepada dirinya saja, tetapi juga menyita perhatian khususnya para praktisi usaha.

Beritanya sangat mudah ditemukan di media cetak, elektronik televisi, radio maupun berbagai situs internet, setiap hari, ya, hampir setiap hari tentunya, memberitakan krisis ekonomi yang kian merosot tajam, hal tersebut bukan saja di negeri yang kita cintai ini, bahkan krisis ini mendunia. Bukan saja perusahaan yang bergerak di perbankan yang terkena dampak langsung, juga perusahaan otomotif, manufaktur, tambang, real estate, dan lainnya yang berskala raksasa bisnis, sebutlah perusahaan besar seperti Citibank, general motor, ford, Volkswagen, lehmann brothers, dan lainnya.

Tak lepas juga , berdampak kepada perusahaan lokal di negeri yang kita cintai ini, dari perusahaan berskala kecil maupun besar, hal ini membuat gusar para direksi dan pemegang saham, dan juga memunculkan kekhawatiran ancaman PHK maupun dirumahkan bagi ribuan pegawai yang bernaung di perusahaan tersebut.

Begitu banyak analisa pakar ekonomi, ditinjau dari angka demi angka, asumsi demi asumsi, bahwa waktu pemulihannya memakan waktu satu hingga tiga tahun, waktu yang relatif lama untuk proses pemulihan, dan inipun menjadi kekawatiran para pekerja yang telah dan akan terancam di PHK, karena dana kompensasi yang mereka peroleh dari hasil PHK hanya cukup untuk menutupi kebutuhan sekian bulan saja, dan bagaimana selanjutnya hidup mereka, ini menjadi beban kehidupan yang berat. Bila krisis ini tak terselesaikan dalam waktu dekat maka para analis memprediksikan bukan saja krisis ekonomi yang terjadi lebih dasyat, juga akan merambat kepada krisis politik maupun sosial, mengerikan sekali…

Begitulah krisis bila melanda…

Tahukah anda, bahwa kelapangan dan kesempitan akan selalu datang silih berganti dan selalu di jumpai oleh setiap generasi, ingatkah anda resesi yang terjadi di tahun 1998, krisis politik maupun ekonomi terjadi di negeri ini, betapa banyak perusahaan yang mengalami pailit ataupun resesi, berhasilkah mereka melewatinya? Apakah setelah itu dunia usaha mati dan tenggelam? Toh dunia usaha tetap berjalan paska krisis tersebut , pemulihannya ada yang mengalami hanya bilangan bulan saja, bahkan ada yang membutuhkan bilangan tahun dalam pemulihannya, tapi tetap saja setelah masa itu semua orang mendapati kadar rezekinya masing masing..

Selain era 1998 dinegeri ini, terjadi juga di waktu sebelumnya, yaitu pada tahun 1960-an, tak jarang pemandangan sehari hari, rakyat negeri ini antri beras, antri bahan pokok, bahkan terjadi pemotongan nilai mata uang, pada saat itu drastis terjadi perubahan peta bisnis di Indonesia, banyak perusahaan berskala besar rontok, tetapi tak sedikit beberapa perusahaan baru muncul menggantikan generasi sebelumnya sebagai motor penggerak perekonomian. Toh tetap saja setelah masa itu semua orang mendapati kadar rezekinya masing masing.

Di amerika pun selain di tahun 2008 ini, pernah mengalami permasalahan krisis ekonomi sekitar tahun 1930-an, begitupun di jepang, eslandia, jerman, dan berbagai negeri lainnya dengan tingkat pengaruh yang berbeda beda, bahkan krisis ini juga menimpa pula zaman para Rasul, lihatlah kisah Nabi Yusuf as dalam menghadapi tujuh tahun masa paceklik, zaman Nabi Musa , begitupun zaman Nabi Muhammad SAW, mereka para Rasul Allah pun tak terlepas menghadapi masa masa sulit di perjalanan hidupnya. Toh tetap saja setelah masa itu semua orang mendapati kadar rezekinya masing masing.

Begitulah dunia, silih berganti, lapang dan serba keterbatasan datang dan pergi…karena konsep hidup tidak pernah menjelaskan bahwa indikator sukses itu adalah kaya, dan hidup ini bukan untuk meraih dan menikmati kekayaan atau hidup pasrah dengan kemiskinan, hidup ini bukan hanya mencari makan dan minum, hidup ini punya arti yang lebih, berbahagialah anda sebagai muslim, karena konsep hidup dalam Islam sangat jelas, hidup itu adalah perjuangan , hidup itu merupakan sarana aktualisasi aqidahnya, hidup itu adalah berjuang untuk kepentingan aqidahnya dan bukan sebaliknya, hidup itu hanyalah wasilah atas implementasi konsep Ibadah kepadaNYA dalam arti yang total, senang dan susah semuanya ujian, dan sukses dari ujian tersebut adalah penghuni SurgaNYA.

Jadi bagi seorang muslim, yakinlah krisis ekonomi itu adalah hal yang BIASA. Dia akan hadir di tengah tengah kita. Dia akan menjadi bahagian episode kehidupan kita, dia akan menjadi ujian agar kita bisa meloncat dan berlari lebih cepat dari sebelumnya, ujian itu bisa membuat kita terjatuh, gagal, lalu bangkit kembali. Dan kita yakin bahwa sifatnya ujian itu hanyalah sesaat waktu, tidak akan selamanya badai itu berlangsung, dia akan normal kembali, ingatlah malam pun PASTI selalu berganti dengan siang hari.

Individu muslim harus menyadari dalam menghadapi ujian ini bahwa permasalahan bukanlah terletak pada posisi lapang maupun sempit , tetapi dia harus mempersiapkan kesabaran di kala susah, dan banyak bersyukur di kala lapang, dan di setiap waktunya dalam kondisi apapun selalu ada usaha untuk peningkatan keimanan dan amal sebagai aktualisasi keyakinan aqidahnya. Dan dia merasa bahagia karena dia yakin ujian ini terjadi juga karena kehendak Allah SWT, dan dia yakin pula bahwa hanya Allah lah tempat dia berharap agar membebaskan dirinya dari permasalahan ujian ini.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNYA kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS 57:22-23).

Begitulah Al Quran menjelaskan bagaimana seharusnya muslim bersikap, dan benarlah juga apa yang di sampaikan Umar bin Khattab, ‘’Demi allah, selama Aku masih menjadi muslim, aku tidak akan pernah peduli dengan keadaanku.’’

Dan juga teringatlah sebuah kisah sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin Auf, dia adalah saudagar kaya raya di kota Mekah, beliau termasuk golongan awal yang tersentuh dengan dakwah yang di bawa oleh Rasul SAW. Pada saat di perintahkan untuk berhijrah menuju Madinah, beliau dengan bersegera meninggalkan seluruh hartanya di kota Mekah, beliau begitu militan dalam mengikuti intruksi keimanannya, tak ada rasa sayang dan khawatir terhadap perniagaannya yang telah di kelolanya sekian tahun. Akibat dari keyakinannya saat itu , dia pun mengalami jatuh pailit seketika , buat dia, harta yang melimpah tak ada artinya di banding nilai keimanan yang harus dia pertahankan, walau setelah hijrah tersebut dia tidak memiliki apapun walau seorang isteri pun (penulis tidak menemukan literatur kisahnya apakah beliau sudah beristeri atau tidak sewaktu di Mekah).

Setelah beberapa waktu di madinah, suatu hari, seorang sahabat Anshar bernama Said bin Rabi berkata kepadanya, “ Saudaraku, bagianmu setengah dari harta kekayaanku, aku memiliki dua rumah, engkau bebas memilihnya, aku juga memiliki dua isteri, engkau pun bebas memilih salah satu yang engkau suka.

Abdurrahman bin Auf tidak tertarik dengan tawaran itu, dia tidak ingin menjadi beban saudara seimannya, sambil berkata, “ Terima kasih, semoga Allah memberkati keluarga dan harta kekayaanmu. Aku hanya ingin engkau menunjukkan di mana letak pasar. Aku seorang pedagang.”

Benar saja, selang beberapa tahun kemudian, Abdurrahman bin Auf sudah menjadi orang terkaya di kota Madinah. Bahkan nilai kekayaannya lebih banyak dari harta yang ditinggalkan di Mekah, inilah hasil sebuah keyakinan, beginilah Allah mengganti apapun pengorbanan hambaNYA yang yakin. Dalam sejarah , terukir indah bahwa harta kekayaannya itu menjadi pendukung utama dalam perjuangan Islam masa itu, dan tak pernah habis hingga beliau wafat.

Begitulah rekanku , sejarah indah telah terabadikan, masa lapang dan sempit itu akan selalu berulang dengan berbagai sebab dan kadar pengaruhnya, dan kisah kisah tersebut selalu menjadi penguat keimanan dan pelajaran bagi yang berupaya memahaminya.

Saat ini, bila anda mengalami kebangkrutan, kefakiran, tertimpa paceklik, jatuh miskin, jangan terlalu lama bersedih. Segeralah bangkit, teruslah berikhtiar dan perkuat keyakinan, sekali lagi kehidupan ini bukan hanya untuk makan dan minum, ada tugas yang lebih mulia yang harus kita implementasikan. Hilang dan berkurangnya harta itu biasa, tapi janganlah hilang keyakinan dan kurangnya beramal soleh, justru keyakinan dan amal soleh tersebut harus di perkuat walau kondisi serba terbatas. Niscaya dan yakinlah siapa tahu Allah akan memberikan jalan keluar dan mengganti yang jauh lebih baik dari apa yang anda miliki sebelumnya.
 
====================
Adityanugroho - eramuslim.com

21 April 2015

Efek Langsung Memandang Yang Haram

- Rusaknya hati.

Pandangan seperti anak panah yang meluncur deras, kalau tidak membunuh maka dia akan melukai. Dia seperti bola api yang mengenai kayu bakar kalau tidak membakar habis semuanya dia akan membakar sebagian.

- Mengurangi kecerdasan

Imam Syafi’i pernah mengadukan kepada gurunya Waki’ tentang susahnya beliau menghafal. Gurunya memberi nasehat untuk menjauhi kemaksiatan.

- Turunnya musibah

‘amr bin Murroh berkata: “saya melihat seorang wanita yang menakjubkan lalu mataku buta, aku berharap itu akan menjadi pengampunnya

- Menghilangkan ketaatan

Hudzaifah berkata: “Barangsiapa yang membayangkan wanita di balik pakaiannya maka batallah puasanya.

- Melalaikan dari Allah

Saat pandangan mulai menjamah yang haram maka akan menimbulkan rasa malas dalam hati untuk mendekatkan diri kepada Allah dan hari akhir.

- Boleh dilempar matanya

“kalau ada seseorang yang mengintip ke rumahmu sementara engkau tidak mengizinkannya lalu engkau lempar matanya dengan batu sehingga buta maka tiada dosa bagimu” (HR. Bukhari)
 
 

17 April 2015

Rahasia “Ubun Ubun”


Gambar otak manusia bagian depan yang disebut Allah dalam Al Qur’an Al Karim dengan kata nashiyah (ubun-ubun).

Al-Qur’an menyifati kata nashiyah dengan kata kadzibah khathi’ah (berdusta lagi durhaka). Allah berfirman, “(Yaitu) ubun-ubun yang mendustakan lagi durhaka.” (Al-‘Alaq: 16)

Bagaimana mungkin ubun-ubun disebut berdusta sedangkan ia tidak berbicara? Dan bagaimana mungkin ia disebut durhaka sedangkan ia tidak berbuat salah?

Prof. Muhammad Yusuf Sakr memaparkan bahwa tugas bagian otak yang ada di ubun-ubun manusia adalah mengarahkan perilaku seseorang. “Kalau orang mau berbohong, maka keputusan diambil di frontal lobe yang bertepatan dengan dahi dan ubun-ubunnya. Begitu juga, kalau ia mau berbuat salah, maka keputusan juga terjadi di ubun-ubun.”

Kemudian ia memaparkan masalah ini menurut beberapa pakar ahli. Di antaranya adalah Prof. Keith L More yang menegaskan bahwa ubun-ubun merupakan penanggungjawab atas pertimbangan-pertimbangan tertinggi dan pengarah perilaku manusia. Sementara organ tubuh hanyalah prajurit yang melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil di ubun-ubun.

Karena itu, undang-undang di sebagian negara bagian Amerika Serikat menetapkan sanksi gembong penjahat yang merepotkan kepolisian dengan mengangkat bagian depan dari otak (ubun-ubun) karena merupakan pusat kendali dan instruksi, agar penjahat tersebut menjadi seperti anak kecil penurut yang menerima perintah dari siapa saja.

Dengan mempelajari susunan organ bagian atas dahi, maka ditemukan bahwa ia terdiri dari salah satu tulang tengkorak yang disebut frontal bone. Tugas tulang ini adalah melindungi salah satu cuping otak yang disebut frontal lobe. Di dalamnya terdapat sejumlah pusat neorotis yang berbeda dari segi tempat dan fungsinya.

Lapisan depan merupakan bagian terbesar dari frontal lobe, dan tugasnya terkait dengan pembentukan kepribadian individu. Ia dianggap sebagai pusat tertinggi di antara pusat-pusat konsentrasi, berpikir, dan memori. Ia memainkan peran yang terstruktur bagi kedalaman sensasi individu, dan ia memiliki pengaruh dalam menentukan inisiasi dan kognisi.

Lapisan ini berada tepat di belakang dahi. Maksudnya, ia bersembunyi di dalam ubun-ubun. Dengan demikian, lapisan depan itulah yang mengarahkan sebagian tindakan manusia yang menunjukkan kepribadiannya seperti kejujuran dan kebohongan, kebenaran dan kesalahan, dan seterusnya. Bagian inilah yang membedakan di antara sifat-sifat tersebut, dan juga memotivasi seseorang untuk bernisiatif melakukan kebaikan atau kejahatan.

Ketika Prof. Keith L Moore melansir penelitian bersama kami seputar mukjizat ilmiah dalam ubun-ubun pada semintar internasional di Kairo, ia tidak hanya berbicara tentang fungsi frontal lobe dalam otak (ubun-ubun) manusia. Bahkan, pembicaraan merembet kepada fungsi ubun-ubun pada otak hewan dengan berbagai jenis. Ia menunjukkan beberapa gambar frontal lobe sejumlah hewan seraya menyatakan, “Penelitian komparatif terhadap anatomi manusia dan hewan menunjukkan kesamaan fungsi ubun-ubun.

Ternyata, ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan pengarauh pada manusia, sekaligus pada hewan yang memiliki otak. Seketika itu, pernyataan Prof. Keith mengingatkan saya tentang firman Allah, “Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 56)

Beberapa hadits Nabi SAW yang bericara tentang ubun-ubun, seperti doa Nabi SAW, “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu dan anak hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu…”

Juga seperti doa Nabi SAW, “Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan setiap sesuatu yang Engkau pegang ubun-ubunnya…”

Juga seperti sabda Nabi SAW, “Kuda itu diikatkan kebaikan pada ubun-ubunnya hingga hari Kiamat.”

Apabila kita menyandingkan makna nash-nash di atas, maka kita menyimpulkan bahwa ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan pengendali perilaku manusia, dan juga perilaku hewan.

Makna Bahasa dan Pendapat Para Mufasir:

Allah berfirman,

“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang berdusta lagi durhaka.” (Al-‘Alaq: 15-16)

Kata nasfa’ berarti memegang dan menarik. Sebuah pendapat mengatakan bahwa kata ini terambil dari kalimat safa’at asy-syamsu yang berarti matahari mengubah wajahnya menjadi hitam. Sementara kata nashiyah berarti bagian depan kepala atau ubun-ubun.

Mayoritas mufasir menakwili ayat bahwa sifat bohong dan durhaka itu bukan untuk ubun-ubun, melainkan untuk empunya. Sementara ulama selebihnya membiarkannya tanpa takwil, seperti al-Hafizh Ibnu Katsir.

Dari pendapat para mufasir tersebut, jelas bahwa mereka tidak tahu ubun-ubun sebagai pusat pengambilan keputusan untuk berbuat bohong dan durhaka. Hal itu yang mendorong mereka untuk menakwilinya secara jauh dari makna tekstual. Jadi, mereka menakwili shifat dan maushuf (yang disifati) dalam firman Allah, “Ubun-ubun yang dusta lagi durhaka” itu sebagai mudhaf dan mudhaf ilaih. Padahal perbedaan dari segi segi bahasa antara shifat dan maushuf dengan mudhaf dan mudhaf ilaih itu sangat jelas.

Sementara mufasir lain membiarka nash tersebut tanpa memaksakan diri untuk memasuki hal-hal yang belum terjangkau oleh pengetahuan mereka pada waktu itu.

Sisi-Sisi Mukjizat Ilmiah:

Prof. Keith L Moore mengajukan argumen atas mukjizat ilmiah ini dengan mengatakan, “Informasi-informasi yang kita ketahui tentang fungsi otak itu sebelum pernah disebutkan sepanjang sejarah, dan kita tidak menemukannya sama sekali dalam buku-buku kedokteran. Seandainya kita mengumpulkan semua buku pengobatan di masa Nabi SAW dan beberapa abad sesudahnya, maka kita tidak menemukan keterangan apapun tentang fungsi frontal lobe atau ubun-ubun. Pembicaraan tentangnya tidak ada kecuali dalam kitab ini (al-Qur’an al-Karim). Hal itu menunjukkan bahwa ini adalah ilmu Allah yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu, dan membuktikan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah.

Pengetahuan tentang fungsi frontal lobe dimulai pada tahun 1842, yaitu ketika salah seorang pekerja di Amerika tertusuk ubun-ubunnya stik, lalu hal tersebut memengaruhi perilakunya, tetapi tidak membahayakan fungsi tubuh yang lain. Dari sini para dokter mulai mengetahui fungsi frontal lobe dan hubungannya dengan perilaku seseorang.

Para dokter sebelum itu meyakini bahwa bagian dari otak manusia ini adalah area bisu yang tidak memiliki fungsi. Lalu, siapa yang Muhammad SAW bahwa bagian dari otak ini merupakan pusat kontrol manusia dan hewan, dan bahwa ia adalah sumber kebohongan dan kesalahan.

Para mufasir besar terpaksa menakwili nash yang jelas bagi mereka ini karena mereka belum memahami rahasianya, dengan tujuan untuk melindungi Al Qur’an dari pendustaan manusia yang jahil terhadap hakikat ini di sepanjang zaman yang lalu. Sementara kita melihat masalah ini sangat jelas di dalam Kita Allah dan Sunnah Rasulullah SAW, bahwa ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan pengarah dalam diri orang dan hewan.

Jadi, siapa yang memberitahu Muhammad SAW di antara seluruh umat di bumi ini tentang rahasia dan hakikat tersebut? Itulah pengetahuan Allah yang tidak datang kepadanya kebatilan dari arah depan dan belakangnya, dan itu merupakan bukti dari Allah bahwa Al Qur’an itu berasal dari sisi-Nya, karena ia diturunkan dengan pengetahuan-Nya.
=================
eramuslim.com

13 April 2015

Cermin Teladan Kepemimpinan Rasulullah

Meskipun Beliau telah wafat ribuan tahun yang lalu, tetapi pengaruhnya tetap abadi hingga sekarang, tidak lapuk dimakan zaman dan tidak lekang dimakan usia. Kepemimpinan adalah pengaruh. Makin kuat kepemimpinan seseorang, akan makin kuat pula pengaruhnya. Begitu pula dengan Rasulullah.

Lalu, pemimpin seperti apakah Rasulullah saw. sehingga pengaruhnya bisa menembus relung hati kita? Siang malam kita merindukan berjumpa dengan Beliau sehingga rela berdesak-desakan di raudhah (sebuah ruang dekat mimbar Masjid Nabawi di Madinah) sekalipun. Jawaban dari semua itu ternyata, pertama, sebelum memimpin orang lain, Rasulullah saw. selalu mengawali dengan memimpin dirinya sendiri. Beliau pimpin matanya sehingga tidak melihat apa pun yang akan membusukkan hatinya. Rasulullah memimpin tutur katanya sehingga tidak pernah berbicara kecuali kata-kata benar, indah, dan padat akan makna. Rasulullah pun memimpin nafsunya, keinginannya, dan memimpin keluarganya dengan cara terbaik sehingga Beliau mampu memimpin umat dengan cara dan hasil yang terbaik pula.

Sayang, kita sangat banyak menginginkan kedudukan, jabatan, dan kepemimpinan. Padahal, untuk memimpin diri sendiri saja kita sudah tidak sanggup. Itulah yang menyebabkan seorang pemimpin tersungkur menjadi hina. Tidak pernah ada seorang pemimpin jatuh karena orang lain. Seseorang hanya jatuh karena dirinya sendiri. Kedua, Rasulullah saw. memperlihatkan kepemimpinannya tidak dengan banyak menyuruh atau melarang. Beliau memimpin dengan suri teladan yang baik. Pantaslah kalau keteladannya diabadikan dalam Alquran, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (Q.S. Alahzab: 21).

Dalam kehidupannya, Rasulullah saw. senantiasa melakukan terlebih dahulu apa yang ia perintahkan kepada orang lain. Keteladanan ini sangat penting karena sehebat apa pun yang kita katakan tidak akan berharga kecuali kalau perbuatan kita seimbang dengan kata-kata. Rasulullah tidak menyuruh orang lain sebelum menyuruh dirinya sendiri. Rasulullah tidak melarang sebelum melarang dirinya. Kata dan perbuatannya amat serasi sehingga setiap kata-kata diyakini kebenarannya. Efeknya, dakwah Beliau punya kekuatan ruhiah yang sangat dahsyat. Dalam Alquran Allah Azza wa Jalla berfirman, "Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan" (QS Ashshaf: 3).

Ketiga, kepemimpinan Rasulullah tidak hanya menggunakan akal dan fisik, tetapi Beliau memimpin dengan kalbunya. Hati tidak akan pernah bisa disentuh kecuali dengan hati lagi. Dengan demikian, yang paling dibutuhkan oleh manusia adalah hati nurani, karena itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Rasulullah menabur cinta kepada sahabatnya sehingga setiap orang bisa merasakan tatapannya dengan penuh kasih sayang, tutur katanya yang rahmatan lil alaamiin, dan perilakunya yang amat menawan. Seorang pemimpin yang hatinya hidup akan selalu merindukan kebaikan, keselamatan, kebahagiaan bagi yang dipimpinnya.

Sabda Rasulullah saw. "Sebaik-baik pemimpin kalian ialah yang kalian mencintainya dan dia mencintai kalian. Dia mendoakan kebaikan kalian dan kalian mendoakannya kebaikan. Sejelek-jelek pemimpin kalian ialah yang kalian membencinya dan ia membenci kalian. Kalian mengutuknya dan ia mengutuk kalian." Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa berkhidmat dengan tulus dan menafkahkan jiwa raganya untuk kemaslahatan umat. Ia berkorban dengan mudah dan ringan karena merasa itulah kehormatan menjadi pemimpin, bukan mengorbankan orang lain.

Alangkah indah jika yang kita pikirkan adalah bagaimana berusaha menjadi jalan bagi kebaikan orang lain dan berkhidmat pada orang lain, sehingga tiap hari kita berusaha meraup ilmu agar dapat menjadi jalan hidayah. Pemimpin budiman tidak berpikir apa yang akan dia dapatkan dari umat, tetapi apa yang bisa dia berikan kepada umat. Bayangkan andaikata kita bisa menjadi seorang pemimpin yang menjadi suri teladan yang baik di rumah, di kantor, ataupun di lingkungan sekitar.

Terbayang jikalau meninggal, anak-anak dan saudara-saudara kita menabur doa setiap waktu karena terkenang akan keindahan pribadi kita. Bila kita seorang pemimpin di keluarga, tidak cukup hanya bisa memberi harta dan materi pada anak istri kita, karena penjahat pun bisa memberi harta. Yang mereka butuhkan adalah perhatian yang tulus, ucapan yang terjaga, perilaku yang budiman, dan keteladanan yang baik. Mungkin terlalu besar kalau kita berpikir bagaimana mengubah bangsa. Untuk itu, marilah kita berpikir bagaimana kita bisa memimpin diri kita sendiri. Minimal, jangan biarkan diri kita menjadi hina karena mata yang tidak terjaga atau karena tutur kata yang penuh kesombongan.

Marilah kita tundukkan hati dan maknai hidup dengan berkhidmat kepada orang lain, karena sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. Inilah "cermin" yang bisa kita raup dari kepemimpinan Rasulullah Muhammad saw. pribadi agung, yang teladan-teladannya terus hidup dalam dada kita, kaum Muslimin hingga akhir zaman.

09 April 2015

Orang Cerdas Banyak Mengingat Kematian

Selesai sholat sunah ba’diyah Isya’ di Masjidil Haram, seperti biasa aku tidak langsung meninggalkan Masjid. Aku sengaja menghindari berdesak-desakan dengan jama’ah sholat yang keluar dari Masjid. Kerumunan orang yang ke luar bersamaan dari Masjid, berjalan merayap, mirip kemacetan kendaraan bermotor di ibukota.

Pada saat bersamaan ratusan jama’ah memasuki Masjidil Haram berpakaian ihram. Ketika itu, satu minggu menjelang pelaksanaan ibadah haji, tanggal 2 Dzulhijjah 1428 H. Jama’ah yang datang memasuki Masjid akan melaksanakan Umrah fardlu sekaligus Thawaf Qudum, karena baru saja datang di Baitullah.

Waktu antara Isya’ dan Subuh cukup panjang, sehingga mereka bisa melakukan Thawaf dan Sa’i Umrah tanpa terpotong oleh pelaksanaan sholat fardlu berjama’ah. Ketika sholat berlangsung, sekeliling Ka’bah yang merupakan area Thawaf dan antara bukit Shafa dan Marwah yang merupakan area Sa’i menjadi tempat sholat. Saat itu orang yang berthawaf dan bersa’i sangat padat. Thawaf dan Sa’i Umrah paling cepat diselesaikan selama dua setengah jam. Jika dilaksanakan antara Maghrib dan Isya’, dapat dipastikan akan terpotong oleh waktu sholat Isya’, dan harus dilanjutkan setelah sholat Isya’. Waktu Umrah yang sering dipilih adalah antara Subuh dan Dhuhur. Waktu cukup panjang, sehingga thawaf dan sa’i tidak terpotong pelaksanaan sholat fardlu berjama’ah.

Ketika kerumunan orang mulai berkurang, aku segera berdiri untuk meninggalkan Masjidil Haram. Seperti biasa, sehabis sholat Isya’, acara tetapku adalah makan malam. Aku keluar melalui Gate 1, King Abdul Aziz Gate yang berhadapan langsung dengan pintu masuk gedung tertinggi di sekeliling Masjidil Haram. Gedung yang menjulang tinggi tersebut terdiri dari pusat perbelanjaan dan perhotelan. Di lantai tiga dan lantai empat terdapat food court yang laris diserbu jama’ah setelah pelaksanaan sholat. Malam itu aku berencana makan ayam goreng cepat saji di food court.

Sejenak pandanganku tertuju pada kerumunan orang di halaman Masjid, di depan Locker Room. “ Innaa lillahi wa innaa ilayhi rooji’uun, ” kuucapkan lirih. Ternyata, persis di seberang pintu Locker Room, terbujur kaku jenazah di atas lantai bertutupkan kain ihram. Petugas keamanan Masjid menghalau orang-orang agar tidak berkerumun di sekitar jenazah. Sesekali petugas tadi berbicara melalui radio komunikasi dalam genggamannya. Orang yang wafat tersebut belum berhaji karena waktu haji masih seminggu lagi. Semoga Allah SWT memberikan pahala haji baginya atas niat haji yang telah tertanam dalam hatinya.

Setiap selesai sholat fardlu berjama’ah, hampir dipastikan imam Masjidil Haram dan imam Masjid Nabawi akan memberi aba-aba akan dilakukan sholat jenazah. Jama’ah tolong-menolong dalam menggotong keranda berisi jenazah dari mobil jenazah untuk disholatkan di dalam Masjid. Kemudian digotong lagi menuju mobil jenazah yang parkir di pinggir jalan agak jauh dari Masjid. Penggotong jenazah harus bisa bisa menerobos lautan manusia yang berjejal di halaman Masjid hingga tempat parkir mobil jennazah. Pernah kuhitung ada sembilan jenazah digotong beriringan menuju mobil jenazah dari dalam Masjid, usai sholat Dhuhur.

Adanya sholat jenazah usai sholat fardlu merupakan peringatan dari Allah SWT, agar para jama’ah haji selalu mengingat kematian. Dalam kehidupan, kecerdasan seseorang tidak hanya dinilai dari tingkat keahlian atau kepandaian yang diperolehnya. Seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar: “Kami bersepuluh datang kepada Rasulullah SAW, ketika seorang Anshar berdiri dan bertanya: ‘Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling cerdas dan paling mulia?’ Maka Rasulullah SAW menjawab: ‘Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling banyak mempersiapkan kematian. Merekalah orang yang paling cerdas. Mereka akan pergi dengan mendapatkan kehormatan dunia dan kemuliaan akhirat. ” (HR Ibnu Majah). Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Hasyr [59]: 18).
 
===================
Sigit Indriyono

05 April 2015

Persembunyian Terbaik: Terang dan Terbuka

Suatu hari, ada seorang murid yang bertanya kepada gurunya, “Guru, tunjukkan saya satu tempat sebagai tempat sembunyi paling aman…”

Dengan tenang, sang guru menjawab, “Bersembunyilah di tempat yang terang dan terbuka, ”

Mendengar jawaban itu, si murid terheran dan bertanya kembali, “Guru, saya ini sudah lelah terus menerus sembunyi namun tetap saja diketahui orang. Setiap kali saya merasa sudah menemukan tempat terbaik untuk bersembunyi, selalu saja mudah bagi orang lain menemukan saya. Kenapa justru guru menganjurkan saya bersembunyi di tempat terang dan terbuka? Ya sudah pasti akan lebih mudah orang melihat saya…”

Untuk jawaban kedua, Sang guru hanya mengeluarkan kalimat yang hampir sama, “Cobalah, bersembunyilah di tempat yang saya sarankan…”

Merasa tidak puas. Akhirnya si murid pergi meninggalkan gurunya. Namun sepanjang perjalanan ia terus merenungi kalimat gurunya, yang menganjurkannya bersembunyi di tempat terang dan terbuka. Tentu ada maksud tertentu dari sang guru dari anjuran tersebut.

Suatu hari, ia kembali merasa dikejar perasaan bersalah atas perbuatannya tempo dulu. Ia merasa setiap mata terus menerus mencari jejaknya dan akan mengadilinya. Maka ia pun kembali berlari dan mencari tempat sembunyi. Di saat itulah, ia teringat pesan gurunya, “Bersembunyilah di tempat yang terang dan terbuka”

Maka, melengganglah ia dengan tenang di depan khalayak ramai, di pasar, di taman bermain, dan tempat-tempat keramaian lain yang menjadi pusat aktivitas orang banyak. Aneh memang, pada mulanya ia merasa malu pada setiap pasang mata yang menatapnya tajam, pada setiap mulut yang pedas mencibirnya, atau bahkan makian yang membuat hatinya tercabik-cabik. Tetapi beberapa saat setelah itu, hatinya sangat tenang, wajahnya kembali berseri dan ia tak perlu menundukkan kepala setiap melintasi tempat keramaian.

Selama ini, ia selalu merasa cemas dan ketakutan karena merasa semua orang di muka bumi mencarinya. Selama ini, setiap kali menemukan tempat persembunyian yang dianggap paling aman, justru ia merasa tidak aman. Rasa cemas dan takut terus menerus menghantui dirinya selama di tempat persembunyian, dan karena itulah setiap orang teramat mudah menemukan tempat persembunyiannya.

Setelah mengikuti anjuran sang guru untuk bersembunyi di tempat terang dan terbuka, justru ia merasa aman dan nyaman, meski harus didahului dengan perasaan malu dan sakit. Tetapi ia tidak lagi merasa dihantui terus menerus, tidak lagi cemas, dan hatinya sangat tenang.

Maka, ia pun merasa harus mengunjungi gurunya.

“Saya baru mengerti maksud guru tentang tempat terbaik untuk bersembunyi itu. Ternyata yang guru maksud tempat terang dan terbuka itu tidak lain tidak bukan adalah jujur”

***
Setiap manusia pasti dan pernah melakukan kesalahan. Bersembunyi, atau menyembunyikan kesalahan terus menerus hanya akan membuat hati cemas, gelisah dan takut. Selalu khawatir jika suatu waktu dan pada akhirnya orang lain mengetahui perbuatan salah kita itu. Kejujuran kadang harus dibayar dengan perih dan malu, tetapi sesungguhnya itu akan membawa ketenangan batin selamanya. Jujur dan terbuka, di situlah mata air ketenangan jiwa 
 
============
Bayu Gawtama