29 July 2015

Nasehat Paska Hari Raya

Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, pekerjaan itu dinilai dari akhirnya. Sesungguhnya Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia dan orang-orang yang sebelum Rasulullah binasa karena mabuk dinar dan dirham dan keduanya akan juga menghancurkan kita. Sesungguhnya yang paling Rasulullah takutkan dari umatnya adalah syahwatnya orang-orang kaya yang tak mampu membendung keinginan perutnya dan gejolak gerakan kemaluannya. Sesungguhnya Allah akan memberikan rahmat-Nya pada orang-orang yang kasih pada sesamanya.

Sesungguhnya harta abadi Anda adalah yang Anda berikan pada sesama. Sesungguhnya orang-orang yang rela dengan kehinaan adalah orang-orang yang merindu dunia. Sesungguhnya cinta seseorang itu akan kelihatan saat orang lain sedang berada dalam kesempitan. Sesungguhnya dalam infak terdapat sekian keajaiban.

Sesungguhnya qadha’ bisa ditolak dengan doa dan munajat, umur bisa bertambah karena kebaikan dan kebajikan yang kita lakukan, sabar bisa diperoleh dengan dengan banyak menelan pengalaman. Dan kefakiran yang paling besar adalah kebodohan. Sesungguhnya akal adalah asset kita yang paling mahal. Orang yang ujub akan terasingkan, tak akan pernah ada sesal dalam musyawarah. Karena dia pintu yang menyelesaikan masalah. Kecerdasan itu itu ada dalam perencanaan yang matang. Dalam akhlak ada kebrilianan, dalam perenungan terangkum ibadah kepada Allah.

Sesungguhnya dalam rasa malu dan sabar ada keimanan. Hilangnya amanah adalah lenyapnya keimanan, pengingkaran janji adalah tanda sirnanya agama.
Sesungguhnya dosa besar akan diampuni jika disertai istighfar, dan dosa kecil tidak akan bisa terhapus jika tiada henti dilakukan. Tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk merendahkan dirinya sendiri dengan menadahkan tangan tangan pada sesama, dengan mengemis pada ciptaan Allah juga. Dengan merengek pada makhluk yang sesungguhnya juga tidak berdaya.

Sesungguhnya Tidaklah akan masuk surga seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dengan keusilannya. Yang terganggu dengan kekejamannya, yang sesak dadanya karena keangkuhannya, yang risau dengan ocehan-ocehannya. Tidaklah pantas Anda mengharapkan keselamatan pada diri Anda sendiri sepanjang orang lain tidak selamat dari keusilan Anda.

Syukurilah sekecil apapun kebaikan yang dilakukan oleh orang lain kepada Anda. Karena sesungguhnya yang tidak mampu menyukuri yang kecil tidak akan mampu menyukuri yang besar. Syukur kita akan bergulir jika kita mampu menyukuri yang ada dan akan menyukuri nikmat apapun yang akan tiba.
Sesungguhnya tidaklah terpuji ketergesaan, dan tidak akan bahagia orang yang berdusta, iri dan dengki, tamak dan angkuh. Karena ini adalah virus yang menggerogoti kejernihan hati nurani.

Sesungguhnya para pembosan itu sulit mendapatkan teman, dan pendengki tidak akan pernah menjadi mulia, pemalas tidak akan pernah menjadi kaya. Dan para pendendam hanya akan menderita penyakit jiwa.

Sesungguhnya kebaikan orang-orang terpilih itu adalah karena perenungan dan pemikiran yang dalam. Sedangkan rusaknya orang-orang yang jahat disebabkan karena sama sekali tak memiliki visi ke depan.

Sesungguhnya tak ada yang lebih lezat di dunia ini lebih dari kemuliaan ilmu, sucinya diri, kesejukan jiwa, rasa puas dengan yang ada, dan manisnya memberi pada sesama, luruh di hadapan Pencipta, menangisi dosa-dosa dan merenungi semesta.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata: Fitnah itu muncul dari tiga jalur. Pertama, perempuan-perempuan. Mereka adalah perangkap iblis yang terus terpancang mencari mangsa. Kedua, minuman-minuman keras yang memabukkan, dan ini adalah pedangnya yang selalu terhunus. Sedangkan yang ketiga adalah dirham dan dinar. Keduanya adalah busur panah beracun yang siap membunuh setiap saat.

Barang siapa yang terjerat perempuan jangan berharap hidupnya akan bersih dan bening. Barang siapa yang jadi peminum tak akan pernah berakal bersih. Siapa saja yang senang dengan dinar-dirham-dolar dia akan menjadi budaknya yang penurut padanya sepanjang hidup.

Sesungguhnya maksiat itu membuat terhalangnya komunikasi antara hamba dan Rabb, melahirkan kemurungan yang berlarut-larut, rasa takut yang mengguncang hati, kesulitan hidup yang terus menghimpit, membuat hati gelap gulita tak bisa ditembus cahaya nasehat, kemuraman akan menyelimuti. Lubang rizki akan menyempit, kemurkaan Allah, keimanan akan anjlok dan musibah datang silih berganti.

Maksiat itu melahirkan kehinaan karena kemuliaan m lahir dari ketaatan kepada Allah, akal menjadi rusak karena maksiat memadamkan cahaya akal. Kelalaian akan menjadi kebiasaannya
Ibnu Abbas pernah mengatakan tentang maksiat ini : Sesungguhnya maksiat itu adalah kegelapan di wajah, dan gulita di dalam hati, kebencian yang menebar di tengah manusia, kelemahan dalam jasad, minimnya rezki. Sebaliknya taat adalah cahaya di wajah, dan cahaya di dalam kalbu, dicinta banyak manusia dan lapangnya rezki.

Maksiat membuntukan pikiran waras kita, menggelapkan kejernihan pikiran kita, menghitamkan putihnya nurani kita. Maksiat akan membelenggu kebebasan kita, akan menelikung kelincahan kita, akan menggembosi energi ketakwaan kita, akan mematikan potensi keimanan kita. Maka tak ada jalan lain selain mengatakan good by pada maksiat. Sebab kedekatan kita dengan maksiat akan menjauhkan kita dari Sang Mahadekat.

Perangilah maksiat dengan niat dan tekad, dan sebaik-baik sarana memeranginya adalah banyak berteman dengan orang-orang yang memiliki aura dan perilaku saleh. Dua resep manjur meninggalkan maksiat adalah : Berteman dengan orang-orang baik dan melakukan amal saleh.

Sesungguhnya kita ini adalah hamba Allah yang dicipta untuk mengabdi pada-Nya, dengan tugas memakmurkan semesta dengan amal bakti kepada sesama. Menebarkan kasih di tengah mereka, menyiramkan sayang di ubun-ubun mereka. Tugas kita adalah menyalehkan diri kita dan menyalehkan orang lain agar semesta menjadi tentram tanpa terlalu banyak huru-hura. Damai dengan nilai-nilai Islam yang ramah, dengan norma-norma Islam yang menentramkan.
Tugas kita adalah mengalirkan kasih sayang Allah pada seluruh ummat manusia, dan mencegah angkara murka dari tangan-tangan yang kejam yang menginginkan darah mengalir tanpa sebab apa-apa. Tugas kekhilafahan kita adalah menjadikan orang lain merasa aman bersama kita, damai bersama kita karena Islam adalah damai dan menentramkan.

Tugas kita adalah menebarkan keadilan lewat aksi dan bukan kata, lewat bukti dan bukan semboyan belaka, lewat makna bukan melalui kata-kata bersayap yang mungkin penuh pesona tapi sebenarnya penuh racun berbisa.
Tugas kita adalah meratakan kesejahteraan lewat tangan-tangan sederhana kita, lewat pikiran-pikiran jernih kita. Melalui tangan kekuasaan kita jika kita telah memilikinya, lewat lisan-lisan kita jika kita mampu mengungkapkannya.
Jangan ada dusta diantara kita. Keadilan hanya semboyan belaka, persatuan hanya di sekeliling kelompok kita, pembangunan hanya untuk segelintir manusia, kesejahteraan mengerucut hanya di rumah-rumah kita.

Jangan ada dendam diantara kita. Ummat ada di atas segalanya, melampaui batas-batas partai, golongan jamaah apalagi suku yang oleh Sang Nabi Agung disebut sebagai benda busuk dan bau. Tak ada wewangian dalam fanatisme sempit kita, tak ada semerbak surga dalam sekat-sekat yang kita bangun yang membuat kita tidak peduli pada sesama.

Sudah terlalu lama kita dibentur-benturkan dengan saudara kita sendiri, diadu domba dengan bangsa sendiri, dilaga dengan saudara seiman kita sendiri. Sehingga kita mengalami keletihan pikiran, jiwa dan raga sebelum kita berhadapan dengan orang-orang yang memusuhi kita atau tidak suka kalau kita bersatu di bawah payung Islam yang lebih besar bukan di payung-payung kecil yang sering kali membuat kita lupa bahwa kita memiliki payung besar : Islam.

Sesungguhnya kesatuan ummat adalah dambaan semua. Cita setiap kita, obsesi setiap muslim yang kini sedang berpuasa. Dan akan menyambut Hati Raya. Persatuan adalah kekuatan dan cerai berai adalah kelemahan. Kita tahu bersatu itu sebuah energi besar tapi kita tidak tahu cara merealisasikannya. Kita tahu bahwa persatuan itu adalah nikmat besar, namun kita tak sanggup untuk menggapainya. Kita tahu bahwa puasa mengajarkan kita makna persatuan dan solidaritas antara sesama, tapi kita menyekatnya dengan kepentingan-kepentingan jangka pendek yang akan segera sirna.

Hari Raya , menjadi mementum besar kita untuk memompa kembali kesadaran masing-masing kita bahwa kita dilahirkan untuk menjadi pemimpin dunia, menjadi imam peradaban dunia. Dan dia dia akan lahir jika kita mampu menyatukan visi, misi dan langkah untuk menggapainya.
Jadikan firman Allah di bawah ini selalu menggerakkan kita mmenjadi imam peradaban dunia :
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفاسقون
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.(Ali Imran : 110).

وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيد
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu (Al-Baqarah : 143).

ولا تهنوا ولا تحزنوا وأنتم الأعلون إن كنتم مؤمنين
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman (Ali Imran : 139).

Tiga kata kunci Allah berikan kepada kita bahwa kita adalah :: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya).

Allah tidak memberikan ini kecuali karena Dia telah memberikan kepada kita semua potensi dan energi untuk mencapainya.
Selamat Hari Raya Iedul Fitri , kembali ke fitrah kembali pada posisi kejayaan kita : Ummat terbaik di alam semesta.

=====================
-Ustadz Samson-

14 July 2015

Tanda dari Malam Lailatul Qadar

Ciri-ciri Lailatul Qodr

Dinamakan lailatul qodr karena pada malam itu malaikat diperintahkan oleh Allah swt untuk menuliskan ketetapan tentang kebaikan, rezeki dan keberkahan di tahun ini, sebagaimana firman Allah swt :
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ ﴿٣﴾
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴿٤﴾
أَمْرًا مِّنْ عِندِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ ﴿٥﴾

Artinya : ”Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi[1369] dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya kami adalah yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Ad Dukhan : 3 – 5)

Al Qurthubi mengatakan bahwa pada malam itu pula para malaikat turun dari setiap langit dan dari sidrotul muntaha ke bumi dan mengaminkan doa-doa yang diucapkan manusia hingga terbit fajar. Para malaikat dan jibril as turun dengan membawa rahmat atas perintah Allah swt juga membawa setiap urusan yang telah ditentukan dan ditetapkan Allah di tahun itu hingga yang akan datang. Lailatul Qodr adalah malam kesejahteraan dan kebaikan seluruhnya tanpa ada keburukan hingga terbit fajar, sebagaimana firman-Nya :
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥﴾

Artinya : ”Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qodr : 4 – 5)

Diantara hadits-hadits yang menceritakan tentang tanda-tanda lailatul qodr adalah :
1. Sabda Rasulullah saw,”Lailatul qodr adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak dingin, matahari pada hari itu bersinar kemerahan lemah.” Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah yang dishahihkan oleh Al Bani.
2. Sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya aku diperlihatkan lailatul qodr lalu aku dilupakan, ia ada di sepuluh malam terakhir. Malam itu cerah, tidak panas dan tidak dingin bagaikan bulan menyingkap bintang-bintang. Tidaklah keluar setannya hingga terbit fajarnya.” (HR. Ibnu Hibban)
3. Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya para malaikat pada malam itu lebih banyak turun ke bumi daripada jumlah pepasiran.” (HR. Ibnu Khuzaimah yang sanadnya dihasankan oleh Al Bani)
4. Rasulullah saw berabda,”Tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya cerah tanpa sinar.” (HR. Muslim)

Terkait dengan berbagai tanda-tanda Lailatul Qodr yang disebutkan beberapa hadits, Syeikh Yusuf al Qaradhawi mengatakan,”Semua tanda tersebut tidak dapat memberikan keyakinan tentangnya dan tidak dapat memberikan keyakinan yakni bila tanda-tanda itu tidak ada berarti Lailatul Qodr tidak terjadi malam itu, karena lailatul qodr terjadi di negeri-negeri yang iklim, musim, dan cuacanya berbeda-beda. Bisa jadi ada diantara negeri-negeri muslim dengan keadaan yang tak pernah putus-putusnya turun hujan, padahal penduduk di daerah lain justru melaksanakan shalat istisqo’. Negeri-negeri itu berbeda dalam hal panas dan dingin, muncul dan tenggelamnya matahari, juga kuat dan lemahnya sinarnya. Karena itu sangat tidak mungkin bila tanda-tanda itu sama di seluruh belahan bumi ini. (Fiqih Puasa hal 177 – 178)

Perbedaan Waktu Antar Negara

Lailatul qodr merupakan rahasia Allah swt. Untuk itu dianjurkan agar setiap muslim mencarinya di sepuluh malam terakhir, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Carilah dia (lailatul qodr) pada sepuluh malam terakhir di malam-malam ganjil.” (HR. Bukhori Muslim).

Dari Abu Said bahwa Nabi saw menemui mereka pada pagi kedua puluh, lalu beliau berkhotbah. Dalam khutbahnya beliau saw bersabda,”Sungguh aku diperlihatkan Lailatul qodr, kemudian aku dilupakan—atau lupa—maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam ganjil.” (Muttafaq Alaihi)

Pencarian lebih ditekankan pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori Muslim dari Ibnu Umar bahwa beberapa orang dari sahabat Rasulullah saw bermimpi tentang Lailatul Qodr di tujuh malam terakhir. Menanggapi mimpi itu, Rasulullah saw bersabda,”Aku melihat mimpi kalian bertemu pada tujuh malam terakhir. Karena itu barangsiapa hendak mencarinya maka hendaklah ia mencari pada tujuh malam terakhir.”

Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Carilah ia di sepuluh malam terakhir. Jika salah seorang kalian lemah atau tdak mampu maka janganlah ia dikalahkan di tujuh malam terakhir.” (HR. Muslim, Ahmad dan Ath Thayalisi)

Malam-malam ganjil yang dimaksud dalam hadits diatas adalah malam ke- 21, 23, 25, 27 dan 29. Bila masuknya Ramadhan berbeda-beda dari berbagai negara—sebagaimana sering kita saksikan—maka malam-malam ganjil di beberapa negara menjadi melam-malam genap di sebagian negara lainnya sehingga untuk lebih berhati-hati maka carilah Lailatul Qodr di setiap malam pada sepuluh malam terakhir. Begitu pula dengan daerah-daerah yang hanya berbeda jamnya saja maka ia pun tidak akan terlewatkan dari lailatul qodr karena lailatul qodr ini bersifat umum mengenai semua negeri dan terjadi sepanjang malam hingga terbit fajar di setiap negeri-negeri itu.

Karena tidak ada yang mengetahui kapan jatuhnya lailatul qodr itu kecuali Allah swt maka cara yang terbaik untuk menggapainya adalah beritikaf di sepuluh malam terakhir sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya.

Ciri-ciri Orang Yang Mendapatkan Lailatul Qodr

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dai Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa melakukan qiyam lailatul qodr dengan penuh keimanan dan pengharapan (maka) dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.”

Juga doa yang diajarkan Rasulullah saw saat menjumpai lailatul qodr adalah ”Wahai Allah sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi Maaf, Engkau mencintai pemaafan karena itu berikanlah maaf kepadaku.” (HR. Ibnu Majah)

Dari kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa dianjurkan bagi setiap yang menginginkan lailatul qodr agar menghidupkan malam itu dengan berbagai ibadah, seperti : shalat malam, tilawah Al Qur’an, dzikir, doa dan amal-amal shaleh lainnya. Dan orang yang menghidupkan malam itu dengan amal-amal ibadah akan merasakan ketenangan hati, kelapangan dada dan kelezatan dalam ibadahnya itu karena semua itu dilakukan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridho Allah swt.

Wallahu A’lam

-Ustadz Sigit Pranowo Lc-

06 July 2015

Jangan Remehkan Ucapan Anda

Mengajak manusia ke jalan Allah ta’aala merupakan aktifitas yang sangat mulia. Allah ta’aala menyebutnya sebagai ”ucapan yang paling baik”. Namun tidak banyak muslim yang mau dan sanggup melakukannya. Pada umumnya seorang muslim dihalangi oleh seribu satu alasan untuk tidak melakukannya. Ada alasan yang sangat umum yaitu ”nanti si non-muslim tersinggung”. Itulah sebabnya Allah ta’aala membekali kita dengan firmanNya: ”…dan berdebatlah (beradu argumenlah) dengan mereka dengan cara yang baik.”(QS AnNahl ayat 125) Artinya, Allah ta’aala Maha Tahu bahwa sangat mungkin ajakan kita tersebut mendatangkan penolakan dari obyek da’wah. Tapi itu bukan alasan untuk tidak berda’wah..!

Seorang muslim tatkala menyampaikan da’wah Islam harulah memiliki optimisme dan harapan hanya kepada Allah subhaanahu wa ta’aala. Ia harus selalu mengingat bahwa kewajibannya hanyalah menyampaikan. Adapun soal obyek da’wahnya mau menerima atau tidak, maka ini bukan urusan si muslim. Soal seseorang memperoleh hidayah atau tetap sesat sepenuhnya terserah Allah subhaanahu wa ta’aala.

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

” Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS AnNahl ayat 125)

Hal lain yang juga harus selalu diingat oleh seorang muslim yang mengajak orang lain agar ikut jalan Allah ta’aala ialah: ”Jangan remehkan ucapan Anda.” Siapa tahu, justru melalui lisan Anda seseorang memperoleh hidayah. Anda tidak akan pernah tahu apakah ucapan Anda mendatangkan taufiq dan hidayah Allah ta’aala sebelum Anda mencobanya..!

Ada seorang kawan saya yang sewaktu lulus SMA pergi untuk kuliah ke luar negeri. Saat ia pertama kali tiba di London kemampuan berbahasa Inggrisnya masih belum lancar. Waktu itu sedang bulan Ramadhan. Hari-hari pertama tiba di Inggris ia ikut sebuah bus Tour Wisata keliling kota London. Saat datang waktu makan siang bus itu berhenti di sebuah restoran dan semua turis turun untuk makan siang. Termasuk kawan saya orang Indonesia muslim tersebut.

Semua penumpang bus wisata makan di restoran tersebut kecuali kawan saya karena ia sedang puasa. Maka ketika melihat ia tidak makan si Guide (penunjuk jalan) seorang berkebangsaan Inggris mendekatinya dan bertanya: ”Why aren’t you eating?” (Mengapa kamu tidak ikut makan?).

Dengan bahasa Inggris yang terbatas iapun menjawab: ”I am Muslim. This is Ramadhan. I am fasting.” (Saya seorang muslim. Ini bulan Ramadhan. Saya sedang puasa)

Tiba-tiba dengan nada mengejek si penunjuk jalan itupun berkata: ”Oh, rupanya Anda datang dari sebuah negera muslim. Negara yang miskin sehingga kamu tidak sanggup makan…”

Lalu kawan kitapun menjadi marah dan tersinggung. Tapi bagaimana caranya mengungkapkan kemarahan dalam suatu bahasa yang belum dikuasai? Akhirnya ia hanya bisa berkata: ”Wait, one year… I will explain to you the beauty of Islam…” (tunggulah satu tahun, nanti aku jelaskan padamu indahnya ajaran Islam). Maksudnya ia ingin diberi kesempatan belajar bahasa Inggris dahulu selama setahun, baru nanti ia akan jelaskan secara panjang lebar apa itu sebenarnya ajaran Islam nan indah ini.

Sesudah satu tahun kawan saya inipun memenuhi janjinya. Ia datangi si penunjuk jalan untuk menjelaskan Islam kepadanya. Namun apa yang terjadi? Begitu mereka berjumpa satu sama lain, tiba-tiba si guide orang Inggris ini menyapa kawan kita orang Indonesia ini dengan ucapan: ”Assalaamu’alaikum, brother…!”

Maka kawan saya ini terkejut dan bertanya: ”Anda sudah masuk Islam?”

”Iya benar, saya sudah masuk Islam, ” kata si orang Inggris.

”Waduh, saya baru saja mau menjelaskan kepada Anda apa itu Islam, ” kata kawan saya.

”Anda terlambat, saudaraku…” kata si Inggris.

Maka si orang Indonesiapun bertanya: ”Bagaimana ceritanya Anda sampai memeluk Islam?”

”Saya masuk Islam sejak Anda mengatakan ’I will explain to you the beauty of Islam’… Maka sayapun bertanya-tanya apa memang di dalam Islam ada keindahan? Saya selama ini hanya tahunya Islam itu identik dengan terorisme dan segala yang hitam dan jelek.. Maka karena saya penasaran sayapun belajar Islam. Dan alhamdulillah, saya mendapat hidayah dari Allah ta’aala…”

Subhanallah...! Maka, saudaraku, bersegeralah. Ajaklah teman kerja Anda, tetangga Anda atau barangkali saudara Anda yang non-muslim ke dalam rahmat Allah ta’aala… Jangan remehkan ucapan Anda. Siapa tahu lewat lisan Anda Allah ta’aala akan limpahkan hidayah iman-Islam kepada seseorang…..