29 May 2015

Arti Rezeki Yang Diberi

Masih teringat di pikiran dan hatiku tentang nasihat seorang dai yang dikenal oleh umat muslim di Indonesia. Bahwasanya Allah telah mengatur rezeki hamba-hambanya. Sebegitu besarnya sifat Ar Rahman dan Ar Rahim pada diri-Nya, Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-hamba berada dalam kesusahan.

"Rezeki kita tidak dihitung dengan gaji yang kita dapat ditiap bulannya,’ kata-katanya pelan tapi menyentuh hati sekian karyawan yang sedang duduk mendengarkannya.

Jika rezeki dihitung dengan gaji yang kita dapatkan di setiap bulannya maka tidak akan pernah cukup untuk menampung segala kebutuhan kita hingga saat ini. Rezeki kita sudah ditentukan olehnya, bagaimana mendapatkan, kapan mendapatkan dan dalam bentuk apa dia diberikan. Yang perlu kita lakukan adalah bagaimana terus memperbaiki diri, berusaha dan membersihkan hati sehingga rezeki itu mudah untuk sampai kepada diri kita.

Rezeki Allah itu akan datang dan menghampiri orang-orang yang senantiasa yakin akan kehendak-Nya, baik dengan cara yang dipahami maupun yang tidak pernah diperkirakan hamba-hambanya.

Beliau menceritakan bagaimana seseorang yang terlilit utang berjuta-juta. Meskipun segala usaha dilakukan, semua pendapatan dikumpulkan tetap belum bisa untuk melunasi utang yang telah menumpuk. Namun keimanan seorang mukmin akan sangat terlihat ketika dirinya menghadapi ujian Allah, seorang mukmin akan terus berusaha dan tidak pernah lupa untuk menyerahkan kembali segala urusan kepada Allah. Menghilangkan pasrah dan menggantinya dengan berusaha serta terus berdoa dibarengi keyakinan bahwa Allah sudah mengatur segala kejadian.

Hasilnya, beberapa hari sebelum jatuh masa pembayaran, di mana seseorang yang berutang dihampiri kebingungan untuk mempertanggungjawabkan utangnya, tiba-tiba seseorang sahabat nun jauh di sana datang menghampirinya. Sang sahabat yang memang mengerti cerita mengenai utang tersebut sertamerta membantunya melunasi utang-utang tersebut. Entah dengan alasan apa pun tapi hutan pun sedikit-demi sedikit terlunasi dengan bantuan sang sahabat tanpa pamrih.

Inilah yang disebut rezeki, dia tidak dihitung dengan gaji, dia adalah nikmat yang tak terhingga di sekitar kit a, tinggal bagaimana cara kita memperbaiki diri, terus berusaha gigih, terus memperbaiki diri dan terus memperbaiki diri, agar re­zeki itu datang menghampiri. Hati yang bersih adalah hati yang senantiasa mengingat Allah baik di saat lapang dan sempit, hati yang bersih akan mengubah paradigma kita tentang keyakinan bahwa tidak ada jalan buntu dalam setiap masalah dan dengan itu pulalah rezeki kita dimudahkan oleh-Nya. Mari pahami arti rezeki dan syukuri atas segala nikmat tak terhitung yang telah diberikan.

21 May 2015

Orang-orang yang Melaksanakan Shalat

Orang-orang yang melaksanakan shalat itu terbagi menjadi tiga kelompok. Mereka adalah:

1. Orang jahil (tidak berilmu), yaitu mereka yang menjalankan shalat tetapi dia tidak mengetahui ilmu shalat. Artinya, mereka tidak mengetahui syarat sahnya shalat serta tidak faham rukunnya. Mereka menjalankan shalat hanya ikut-ikutan saja.

2. Orang-orang ghofil, yaitu mereka yang lalai dalam shalatnya. Golongan ini pada umumya megetahui rukun serta syarat sahnya shalat, tetapi hati dan pikiran mereka tidak hadir saat shalat. Hati dan pikirannya berkonsentrasi pada urusan lain, bukan pada shalat yang sedang mereka laksanakan. Kelompok ini adalah termasuk mereka yang celaka yang telah disebutkan dalam firman Allah SWT,

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Q.S. Al-Maauun:1-7)

Saudaraku, mungkin engkau bertanya, mengapa mereka celaka padahal mereka melakukan shalat? Jawabannya adalah karena mereka lalai ketika menjalankan shalat. Sewaktu shalat mereka tidak ingat shalat dan tidak mengingat Allah SWT. Sebaliknya, saat shalat mereka memikirkan urusan duniawi yang seharusnya mereka lupakan; mereka memikirkan sepatu baru, pakaian untuk ke undangan, tabungan di bank, barang dagangan di pasar, dsb. Saudaraku, tinggalkanlah urusan duniawi saat engkau shalat. Jika tidak, Allah SWT tidak akan ridha. Saudaraku, semoga Allah SWT menerima taubat kita dan kembali menuntun kita agar kita keluar dari golongan ini dan masuk ke kelompok orang-orang yang khusu dalam shalatnya. Amiin.

3. Orang-orang khusyu, yaitu mereka yang ketika shalat benar-benar taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT tidak ada urusan yang menjadi hijab (penghalang) antara hati dan pikirannya dari Allah SWT. Ia benar-benar berkonsentrasi pada shalatnya. 
 
============

Teh Ninih (Ninih Mutmainah)


17 May 2015

Menjemput atau Dijemput Maut

Seringkali saya melihat sebuah peristiwa di jalan raya yang sangat memilukan. Sebuah peristiwa kecelakaan lalu-lintas. Biasanya antara sebuah sepeda motor dan sebuah mobil. Baik mobil angkutan umum maupun kendaraan berat lainnya.
Peristiwa yang sering terjadi ini, karena si pengendara motor yang mengejar waktu, agar tidak terlambat ke tempat tujuannya. Atau juga sopir angkot yang tergesa-gesa langsung meminggirkan kendaraan di sebabkan adanya penumpang yang tiba-tiba minta di turunkan secara mendadak. Hingga kendaraan yang dari arah belakang mobil, harus berhenti atau mendadak mencari celah agar tidak menabrak angkot di depannya.

Jika kecelakaan itu mengakibatkan manusia kehilangan nyawanya, maka bisa dikatakan ada dua kesimpulan yang bisa diberikan pada si mayat. Bila dia mengendarai kendaraannya karena sifat ketergesaan dan tidak mematuhi peraturan lalu-lintas, maka tentu saya bisa memberikan kesimpulan bahwa dialah yang menjemput maut. Karena dia lalai untuk berjalan sesuai prosedur berlalu-lintas.

Lain lagi bila si korban adalah orang yang bersikap sebaliknya. Dia berusaha untuk patuh berlalu-lintas di jalan raya dan bersikap hati-hati dalam mengendarai kendaraannya. Maka kesimpulan yang bisa di berikan : dia di jemput oleh maut.
Menjemput dan di jemput maut, memang sama-sama berakhir pada hilangnya nyawa seseorang. Tapi perlu di waspadai, bila kitalah yang mendatangi maut, maka bisa saja itu berkonotasi bunuh diri.( terkecuali bila kita datang menjemput maut untuk meraih syahid di jalan Allah, ).
Seperti seseorang yang suka memakan sesuatu yang tidak boleh dimakannya, karena alasan penyakitnya. Penyakit seperti tekanan darah tinggi, yang harus memerhatikan kadar garam yang di konsumsinya, misalnya Ataupun seorang perokok yang tahu bahwa asap rokok membahayakan jiwanya sendiri dan orang di lingkungannya.

Hal-hal kecil yang nampak sepele untuk kita abaikan, mungkin akan berakibat fatal akan kesehatan kita. Memang sih urusan maut, Allah Swt. yang mempunyai wewenang. Tapi, kita sebagai manusia yang diciptakan dengan akal yang baik, tentu saja harus tahu apa yang boleh dilakukan untuk menjaga kesehatan.

Ada sebuah kisah yang menyedihkan. Seorang karyawan sebuah perusahaan yang bertugas sebagai sopir kendaraan mengangkut karyawan pagi dan sore hari. Pada suatu pagi ( mungkin masih jam enam ), dia memarkir mobilnya di sebuah pinggir jalan raya. Penempatan mobilnya sesuai aturan. Hingga ada seorang anak muda dari arah yang berlawan arah dengan arah mobil yang di parkir. Anak muda ini mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Apa yang terjadi? Dia menabrak mobil yang sedang diam tersebut, yang akhirnya membuat pengendara motor tersebut meninggal dunia, dan orang yang diboncengnya luka parah.

Bagaimana komentar orang? Mereka menyesalkan sikap anak muda tersebut. Terlihat baru pulang dari begadang. Ternyata motor yang dikendarainya pun adalah pinjaman. Tapi naas bagi sopir mobil tersebut. Dia tetap harus masuk penjara untuk beberapa bulan. Saya juga tidak tahu persis bagaimana proses hukumnya. Tapi yang jelas anak muda yang telah lalai menaati peraturan lalu lintas itu, selain menjemput mautnya sendiri ternyata membuat orang lain juga menderita.

Oleh karena menjemput dan di jemput maut adalah sama pada akhirnya, ternyata berbeda pada prosesnya. Yah sebuah proses yang terjadi tergantung pada manusianya. Apakah memang dia selalu berhati-hati, ataukah memang dia sendiri lalai..

Semoga tulisan ini dapat membuat kita dapat lebih berhati-hati dalam bersikap, terutama dalam hal mengendarai kendaraan. Karena yang kita inginkan adalah maut sendiri yang menjemput kita tentunya.

=======================
Ambe.mardiah@gmail.com

14 May 2015

Menghindari Sikap Ceroboh

Salah satu yang jarang kita perhatikan adalah sikap ceroboh. Sering kita meremehkan hal-hal yang menjadi penyebab kecerobohan. Berapa banyak masalah yang timbul karena kecerobohan yang kita lakukan. Ketika memasak misalnya, garam kebanyakan tentu masakan akan jadi asin. Begitu juga bagi yang keliru meminum obat. Kelebihan dosis karena berpikir akan cepat sembuh. Contoh lain, tidak hati-hati menyalakan listrik, kesetrum jadinya. Atau lupa mencabut kunci motor, motor baru bisa hilang digondol maling.

Mengapa orang bisa ceroboh? Di antara penyebabnya: pertama, sifat tergesa-gesa. Karena ingin cepat selesai, cepat untung, kita kerap menjadi tergesa-gesa. Sehingga ada saja yang terlupakan. Ada yang tertipu, karena ingin untung besar. la ceroboh karena tergesa-gesa memutuskan sesuatu. Orang yang ceroboh karena tergesa-gesa bermental ingin cepat selesai.

Kedua, orang yang ceroboh karena sering grasa-grusu, tidak banyak pertimbangan. Lalu, ketiga, orang yang mau untung besar dengan cara gampang. Banyak contoh orang tertipu karena tergiur dengan iming-iming janji. Dikabari dapat undian, lalu harus mengirimkan sejumlah uang. Karena ingin untung, langsung saja diberikan. Akhirnya, ia tertipu mentah-mentah.

Begitu pun dengan orang yang kurang tawakal kepada Allah. Walaupun menurut kita bagus, belum tentu bagus menurut Allah. Jadi, dia akan bertindak menurut pendapatnya sendiri. Dan karena terlalu ingin, ceroboh saja menurutinya. Padahal Allah telah menuntun kita agar tidak terjebak pendapat sendiri. Jika menyangkut kepentingan orang banyak misalnya, ada jalan musyawarah. Sehingga keputusan yang diambil benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

Supaya tidak terjebak pada sikap ceroboh, kuncinya adalah pahami terlebih dahulu setiap masalah yang dihadapi. Jangan pernah mengambil keputusan tanpa pertimbangan. Lakukan pula chek dan rechek. Biasakan diri untuk melakukan hal tersebut. Dan terakhir, menyangkut perkara yang besar, biasakanlah shalat istikharah. Agar Allah senantiasa menolong kita dalam menjalani keputusan tersebut. Baik atau buruk akibat yang didapat. Amiin. 
 
===============
abatasa.com

09 May 2015

Musuh Terberat Di Duniamu adalah Diri-Mu Sendiri

Dalam berkehidupan, beberapa orang coba mencari tahu kenapa dan bagaimana semua hal yang tidak di inginkannya selalu saja terjadi. Katakanlah tidak sesuai dengan apa-apa yang di harapkannya. Tak jarang banyak yang menyalahkan keadaan, menyalahkan pihak lain, menyalahkan waktu, bahkan hingga menyalahkan Tuhan.

Sementara ia sendiri mengetahui bahwa pelaku kehidupannya dan pengambil keputusan tentang langkahnya adalah dirinya sendiri. Langsung saja kita bahas fakta di lapangan.

Ketika seseorang telah meniatkan ia mencari nafkah karna memang sebuah kewajiban agar ia berusaha di dunia ini, namun di perjalanan ia malah menukar niatnya untuk memperkaya diri. Walhasil ketika kekayaan tidak juga terkumpul, ia menjadi mudah stress, marah dan bosan dengan pekerjaannya. Di sini terlihat bahwa yang mengacaukan kenyamanan hatinya adalah dirinya sendiri, tanpa kontaminasi pihak luar.

Ada kalanya pula, seseorang telah berencana untuk istiqomah dalam menabung, namun di kemudian hari ia mengikuti hawa nasfunya untuk membeli barang-barang agar sekedar mengikuti trend, yang kadang barang tersebut tidak begitu penting dalam kebutuhan hidupnya. Hingga tabungannya terkuras dan ia mulai kewalahan menutupi setiap lubang kebutuhan yang wajib. Di sini tampak bahwa yang mengacaukan rencananya adalah dirinya sendiri.

Di sisi lain, seseorang telah berniat untuk menjalani hidup yang baik, menjadi orang baik, dan memelihara hati yang baik, namun hanya karna gangguan kecil dari dinamika hari-harinya, akhirnya ia berubah menjerumuskan diri melakukan hal-hal negative yang merusak niatnya. Kemudian menerima akibat dari perbuatan negative yang di pilihnya, dan terjauhlah ia dari cita-cita yang telah di rencanakannya. Di sini tampak bahwa yang menghancurkan dirinya adalah sikapnya sendiri.

Banyak orang tidak sadar, ketika ia telah memutuskan sebuah rencana atau niat yang baik, tentu ia akan menemui berbagai macam keadaan yang menguji komitmennya dalam menjalani yang baik-baik tersebut.

Padahal dalam ajaran agama juga telah di jelaskan, sesuatu yang baik dan benar pasti akan selalu menemui cobaan dan rintangan untuk memperkokoh dan menambah ilmu si peniat agar lebih kuat untuk menemui kejadian demi kejadian yang akan datang.

Begitu pula dalam hubungan sosial, hubungan kemasyarakatan, banyak orang menjerumuskan dirinya dengan cara mengikuti hal-hal yang di luar tujuan yang bermanfaat. Sebut saja beberapa contoh: bicara kemana-mana tapi bicara yang tidak mendatangkan manfaat, berjalan dan berkunjung kesana-kemari tapi tidak ada manfaat, berlama-lama duduk di posko-posko, duduk di kafe-kafe tapi tidak ada yang di kerjakan bermanfaat. Acara-acara, rapat-rapat, lomba-lomba, tapi tidak mendatangkan hasil yang bermanfaat. Meski sekedar bermanfaat untuk dirinya sendiri.

Keinginan-keinginan dirinya yang beragam terus di ikutinya tanpa tahu tujuan dari keinginannya tersebut. Waktu yang tersia-sia habis namun keinginannya tidak juga habis. Akibat dari melaksanakan hal-hal di luar tujuan yang baik akhirnya ia merasa lelah dengan hidupnya, merasa jemu dengan kondisinya, dan berkepanjangan mengeluhkan keadaannya.

Jika saat seperti itu melanda, segeralah tarik kembali diri. Ingat lagi apa yang menjadi tujuan dan yang di cita-citakan. Hendaknya kegiatan yang di lakukan tidak jauh dari tujuan yang baik dan bermanfaat dan tidak melenceng dari niat baik yang telah direncanakan.

Tidak melayani jika keinginan lain dari tujuan datang mengganggu, karena tabiat keinginan jika sekali di layani maka ia akan minta terus di layani. Dan pada akhirnya akan sulit di hentikan dengan cepat.

Jika seseorang dapat terus menjaga komitmennya tetap berada dalam tujuan yang telah ia niatkan, maka ia tidak akan terjerumus oleh keinginan-keinginan yang di luar niatnya. Karena pihak luar tidak dapat menghancurkan dirinya selain dari pada ia izinkan pihak tersebut mempengaruhinya. Maka di sinilah dikatakan yang menghancurkan pondasi dirimu, adalah sikapmu sendiri.

Mestinya dalam segala keadaan dan dalam setiap masalah, seseorang telah teguh niatnya agar tidak mudah terkontaminasi oleh perasaannya dan tidak mudah terhasut oleh gaya lingkungan. Dengan demikian ia lah yang menguasai dunianya sendiri.
 
===================
Oleh : Echiey Hisaan, Pekanbaru

05 May 2015

Ujub dan Takabur

Berikut ini sebuah cerita dari Bayazid Al-Busthami, yang insya Allah, dapat kita ambil pelajaran daripadanya; Di samping seorang sufi, Bayazid juga adalah pengajar tasawuf. Di antara jamaahnya, ada seorang santri yang juga memiliki murid yang banyak. Santri itu juga menjadi kyai bagi jamaahnya sendiri. Karena telah memiliki murid, santri ini selalu memakai pakaian yang menunjukkan kesalihannya, seperti baju putih, serban, dan wewangian tertentu.

Suatu saat, muridnya itu mengadu kepada Bayazid, "Tuan Guru, saya sudah beribadat tiga puluh tahun lamanya. Saya shalat setiap malam dan puasa setiap hari, tapi anehnya, saya belum mengalami pengalaman ruhani yang Tuan Guru ceritakan. Saya tak pernah saksikan apa pun yang Tuan gambarkan."

Bayazid menjawab, "Sekiranya kau beribadat selama tiga ratus tahun pun, kau takkan mencapai satu butir pun debu mukasyafah dalam hidupmu."

Murid itu heran, "Mengapa, ya Tuan Guru?"
"Karena kau tertutup oleh dirimu," jawab Bayazid.
"Bisakah kau obati aku agar hijab itu tersingkap?" pinta sang murid.
"Bisa," ucap Bayazid, "tapi kau takkan melakukannya."
"Tentu saja akan aku lakukan," sanggah murid itu.

"Baiklah kalau begitu," kata Bayazid, "sekarang tanggalkan pakaianmu. Sebagai gantinya, pakailah baju yang lusuh, sobek, dan compang-camping. Gantungkan di lehermu kantung berisi kacang. Pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak-anak kecil di sana. Katakan pada mereka, "Hai anak- anak, barangsiapa di antara kalian yang mau menampar aku satu kali, aku beri satu kantung kacang." Lalu datangilah tempat di mana jamaah kamu sering mengagumimu. Katakan juga pada mereka, "Siapa yang mau menampar mukaku, aku beri satu kantung kacang!"

"Subhanallah, masya Allah, lailahailallah," kata murid itu terkejut.
Bayazid berkata, "Jika kalimat-kalimat suci itu diucapkan oleh orang kafir, ia berubah menjadi mukmin. Tapi kalau kalimat itu diucapkan oleh seorang sepertimu, kau berubah dari mukmin menjadi kafir."

Murid itu keheranan, "Mengapa bisa begitu?"
Bayazid menjawab, "Karena kelihatannya kau sedang memuji Allah, padahal sebenarnya kau sedang memuji dirimu. Ketika kau katakan: Tuhan mahasuci, seakan- akan kau mensucikan Tuhan padahal kau menonjolkan kesucian dirimu."

"Kalau begitu," murid itu kembali meminta, "berilah saya nasihat lain."
Bayazid menjawab, "Bukankah aku sudah bilang, kau takkan mampu melakukannya!"
Cerita ini mengandung pelajaran yang amat berharga. Bayazid mengajarkan bahwa orang yang sering beribadat mudah terkena penyakit ujub dan takabur.

"Hati-hatilah kalian dengan ujub," pesan Iblis. Dahulu, Iblis beribadat ribuan tahun kepada Allah. Tetapi karena takaburnya terhadap Adam, Tuhan menjatuhkan Iblis ke derajat yang serendah-rendahnya.

Takabur dapat terjadi karena amal atau kedudukan kita. Kita sering merasa menjadi orang yang penting dan mulia. Bayazid menyuruh kita menjadi orang hina agar ego dan keinginan kita untuk menonjol dan dihormati segera hancur, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian. Hanya dengan itu kita bisa mencapai hadirat Allah swt.

Orang-orang yang suka mengaji juga dapat jatuh kepada ujub. Mereka merasa telah memiliki ilmu yang banyak.

Suatu hari, seseorang datang kepada Nabi saw, "Ya Rasulallah, aku rasa aku telah banyak mengetahui syariat Islam. Apakah ada hal lain yang dapat kupegang teguh?"

Nabi menjawab, :"Katakanlah: Tuhanku Allah, kemudian ber- istiqamah-lah kamu."
Ujub seringkali terjadi di kalangan orang yang banyak beribadat. Orang sering merasa ibadat yang ia lakukan sudah lebih dari cukup sehingga ia menuntut Tuhan agar membayar pahala amal yang ia lakukan. Ia menganggap ibadat sebagai investasi.

Orang yang gemar beribadat cenderung jatuh pada perasaan tinggi diri. Ibadat dijadikan cara untuk meningkatkan statusnya di tengah masyarakat. Orang itu akan amat tersinggung bila tidak diberikan tempat yang memadai statusnya. Sebagai seorang ahli ibadat, ia ingin disambut dalam setiap majelis dan diberi tempat duduk yang paling utama.

Tulisan ini saya tutup dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam musnad-nya; Suatu hari, di depan Rasulullah saw Abu Bakar menceritakan seorang sahabat yang amat rajin ibadatnya. Ketekunannya menakjubkan semua orang. Tapi Rasulullah tak memberikan komentar apa-apa. Para sahabat keheranan. Mereka bertanya-tanya, mengapa Nabi tak menyuruh sahabat yang lain agar mengikuti sahabat ahli ibadat itu. Tiba-tiba orang yang dibicarakan itu lewat di hadapan majelis Nabi. Ia kemudian duduk di tempat itu tanpa mengucapkan salam.

Abu Bakar berkata kepada Nabi, "Itulah orang yang tadi kita bicarakan, ya Rasulallah."
Nabi hanya berkata, "Aku lihat ada bekas sentuhan setan di wajahnya."
Nabi lalu mendekati orang itu dan bertanya, "Bukankah kalau kamu datang di satu majelis kamu merasa bahwa kamulah orang yang paling salih di majelis itu?"

Sahabat yang ditanya menjawab, "Allahumma, na’am. Ya Allah, memang begitulah aku." Orang itu lalu pergi meninggalkan majelis Nabi.

Setelah itu Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, "Siapa di antara kalian yang mau membunuh orang itu?"
"Aku," jawab Abu Bakar.
Abu Bakar lalu pergi tapi tak berapa lama ia kembali lagi, "Ya Rasulallah, bagaimana mungkin aku membunuhnya? Ia sedang ruku’."

Nabi tetap bertanya, "Siapa yang mau membunuh orang itu?"
Umar bin Khaththab menjawab, "Aku." Tapi seperti juga Abu Bakar, ia kembali tanpa membunuh orang itu, "Bagaimana mungkin aku bunuh orang yang sedang bersujud dan meratakan dahinya di atas tanah?"

Nabi masih bertanya, "Siapa yang akan membunuh orang itu?"
Imam Ali bangkit, "Aku." Ia lalu keluar dengan membawa pedang dan kembali dengan pedang yang masih bersih, tidak berlumuran darah, "Ia telah pergi, ya Rasulullah."

Nabi kemudian bersabda, "Sekiranya engkau bunuh dia. Umatku takkan pecah sepeninggalku...."

Dari kisah ini pun kita dapat mengambil hikmah:
Selama di tengah- tengah kita masih terdapat orang yang merasa dirinya paling salih, paling berilmu, dan paling benar dalam pendapatnya, pastilah terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin. Nabi memberikan pelajaran bagi umatnya bahwa perasaan ujub akan amal salih yang dimiliki adalah penyebab perpecahan di tengah orang Islam. Ujub menjadi penghalang naiknya manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Penawarnya hanya satu, belajarlah menghinakan diri kita. Seperti yang dinasihatkan Bayazid Al-Busthami kepada santrinya.

***

Sumber Eva Kurniawan

01 May 2015

Orang-orang Yang Di doakan Oleh Para Malaikat

Allah Swt menciptakan 3 jenis makhluk, yaitu manusia, jin dan malaikat. Manusia diciptakan dari tanah, jin dari api dan malaikat dari cahaya. Manusia memiliki peluang yang sama besar untuk taat atau bermaksiat kepada-Nya. Jin, seperti manusia, ada yang muslim dan ada yang kafir. Setan adalah dari golongan jin yang kafir dan telah bersumpah untuk menyesatkan manusia sampai hari kiamat. Sedangkan malaikat diciptakan Allah Swt khusus beribadah kepadanya sehingga tidak tersentuh oleh maksiat dan dosa. Saking sucinya, jika berdoa pasti dikabulkan oleh Allah. Karena itu, beruntunglah orang-orang yang didoakan oleh para malaikat.

Ada berbagai tugas yang diberikan Allah Swt kepada para malaikat. Salah satunya adalah menjaga manusia dari gangguan jin, manusia dan musibah. Kecuali sesuatu diijinkan-Nya terjadi, maka itu akan terjadi. Sebagaimana firman Allah:

“Bagi manusia, ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki suatu keburukan pada suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali kali tidak pelindung bagi mereka, selain Dia.” (QS. Ar-Rad/13: 11).

Insya Allah berikut inilah orang – orang yang didoakan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga Malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”. (Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan
mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'” (Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)

3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan”
(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang – orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf” (Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa
ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”. (Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia
melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang – orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang
ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'” (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang – orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya
berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'” (Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang – orang yang sedang makan sahur” Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa “sunnah” (Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat
kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh” (Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar,”Sanadnya shahih”)

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain” (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

13. Beriman, Bertaubat, dan Mengikuti Jalan Allah Swt

Allah Swt berfirman: “(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan malaikat-malaikat yang berada disekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta mimintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunankepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau, dan periharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah engkau janjikan kepada mereka dan orang yang saleh diantara bapak-bapak mereka, dan keturunan mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalh mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalsan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. Al-Mukminun/40: 7-9).

—–
Sumber : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi (Orang -orang yang Didoakan Malaikat, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005), Silaturahim.com, Dudung.net