Kebanyakan orang melakukan sesuatu tanpa menyadari bahwa apa yang
dilakukan itu sangat dibenci Allah. Kosongnya ilmu dari diri mereka
menyeretnya hanyut dalam perkara-perkara yang seharusnya senantiasa
dihindari, dijauhi dan bahkan harus dibenci karena Allah juga sangat
membencinya.
Ada sepuluh hal yang Allah sangat benci yang tidak seharusnya kita terjerat di dalam perangkapnya :
- Kikirnya orang-orang kaya
- Takabburnya orang-orang miskin
- Rakusnya para ulama
- Minimnya rasa malu para wanita
- Suka dunia orang-orang yang sudah tua renta
- Malasnya para pemuda
- Kejinya para penguasa
- Pengecutnya para tentara perang
- Ujubnya para zahid
- Riya’nya para ahli ibadah
Orang-orang kaya itu dihadirkan untuk membei bantuan dan meringankan
orang lain, meringankan beban orang-orang tak berdaya sebagai ungkapan
syukur atas nikmat yang Allah berikan kepadanya. Kekayaan yang mereka
miliki jangan sampai terkonsentrasi pada dirinya dan tidak bisa
dinikmati oleh orang lain. Bahkan menurut Rasulullah, cukuplah sebuah
dosa bagi seseorang yang tidur kekenyangan sementara tetangganya
mengerang kelaparan. Kepedulian sosial adalah bagian sangat penting
dalam ajaran Islam yang harus senantiasa dikibarkan panji-panjinya.
Orang yang tidak pernah terlibat merasakan denyut nadi perasaan orang
lain sesungguhnya dia bukan bagian dari mereka. Barang siapa yang tidak
pernah peduli pada masalah-masalah kaum muslimin maka sesungguhnya dia
bukan bagian bagian dari mereka.
منن أصبح لا يهتم بالمسلمين فليس منهم
Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin maka dia bukan bagian dari mereka (HR. Hakim).
Kikirnya orang-orang kaya akan menyumbat kesejahteraan sosial yang menjadi pilar besar ajaran Islam.
وأى داء أدوى من البخل
Lalu penyakit apa lagi yang lebih berbahaya daripada sifat kikir (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Adapun takabburnya orang-orang miskin adalah penyakit yang sulit
dimengerti. Apa yang mendorong dirinya menjadi takabbur. Padahal harta
tidak punya, kekayaan tidak melimpah. Rumah morat marit, kendaraan sudah
berumur. Lalu apa yang membuat mereka sombong? Padahal orang kaya
berharta saja yang memiliki kekayaan dan harta berlimpah tidak boleh
menyombongkan diri kepada siapa saja. Sebab Allah sangat tidak menyukai
perilaku sombong itu karena dia termasuk sifat yang melekat pada Iblis,
yang karenanya dia dilaknat Allah dan diusir dari surga serta akan
dikekalkan dalam neraka. Simaklah firman Allah berikut ini :
واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا
وبالوالدين إحسانا وبذي القربى واليتامى والمساكين والجار ذي القربى والجار
الجنب والصاحب بالجنب وابن السبيل وما ملكت أيمانكم إن الله لا يحب من كان
مختالا فخورا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri (An-Nisaa’ : 36).
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri (Lukman : 18).
Kesombongan hanya akan menyesakkan dada pelakunya dan memuakkan orang
yang dihadapinya. Kesombongan hanya akan merenggangkan keakraban yang
selama ini sudah terbina. Kesombongan hanya akan membuat jiwa tidak
terkontrol sehingga meremehkan setiap orang yang dihadapinya. Sungguh
lebih gila jika kesombongan itu dilakukan oleh orang-orang miskin papa
yang tidak memiliki apa-apa. Beda antara harga diri dengan kesombongan.
Harga diri adalah mempertahakan kehormatan diri jika dihina sedangkan
sombong adalah meremehkan sesama.
Sedangkan para ulama dihadirkan untuk menghadirkan contoh sifat
qana’ah dan tidak rakus pada dunia. Ulama sebagai penyeru akhlak dan
moralitas hendaknya menyadari bahwa dirinya ditatap, disorot dan diamati
oleh sekian ribu mata yang senantiasa menanti perilaku lurusnya. Ulama
tidak dilahirkan untuk rakus pada dunia. Sebagai pewaris para Nabi sudah
sepantasnya mereka tidak terlalu berpikir mewariskan dunia pada
anak-anaknya namun yang dia pikirkan bagimana mewariskan ilmu pada
generasinya.
Manusia-manusia yang bukan ulama saja tidak boleh tamak pada dunia
apalagi ulama yang seharusnya menjadi contoh bagi mereka. Rakus pada
dunia mematikan perburuan pada akhirat dan melemahkan ummat ini. Para
pecinta dunia akan terkena penyakit ganas yang disebut dengan”wahn”
cinta cinta dunia over-dosis dan takut mati over-dosis.
Para ulama pecinta dunia hampir bisa dipastikan mereka akan
kehilangan karisma dan martabat keulamaannya dan akan mendapat gelar
“ulama dunia” atau sering pula disebut dengan ulama suu’, ulama buruk.
ويل لأمتى من علماء السوء يتخذون هذا العلم تجارة يبيعونها من أمراء زمانهم ربحا لأنفسهم لا أربح الله تجارتهم
Celakalah bagi ummatku dari ulama buruk yang menjadikan agama ini
sebagai komoditas, yang mereka jual pada para penguasa mereka di
zamannya demi meraup keuntungan untuk diri mereka sendiri. Allah pasti
tidak akan menjadikan bisnis mereka memperoleh keuntungan (HR. Hakim).
Wanita, fitrahnya dihadirkan dengan rasa malu yang luar biasa. Dari
cara mereka bicara, cara mereka memandang, cara mereka berjalan ada
sentuhan-sentuhan kelembutan yang luar biasa yang menggambarkan bahwa
mereka adalah seorang wanita. Wanita dicipta untuk melahirkan
kelembutan-kelembutan yang terefleksi dari perilaku mereka yang
senantiasa berhiaskan rasa malu. Maka jika seorang wanit sedikit rasa
malunya, dunia akan menjadi tidak seimbang lagi. Karena sisi positif
wanita telah kehilangan ikatannya. Wanita masa kini tidak lagi merasa
memamerkan auratnya di depan laki-laki asing.
Maka jangan heran jika Allah murka karena maksiat mereka. Padahal
kita bisa belajar dari apa yang dilakukan oleh dua anak gadis Nabi
Syu’aib tatkala mereka mau mengambil air di sebuah sumur lalu keduanya
bertemu Musa, sosok wanita ideal yang saat ini tidak pernah lagi jadi
perbincangan. Allah berfirman : Kemudian datanglah kepada Musa salah
seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata:
“Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap
(kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi
bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai
dirinya). Syu’aib berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat
dari orang-orang yang dzalim itu”. (Al-Qashahs : 25). Malu adalah
mahkota seorang wanita, dan kehilangan rasa malu sama dengan kehilangan
mahkotanya. Dan secara otomatis hilang pula harga dirinya.
Orang tua renta sudah seharusnya mempersiapkan segala hal untuk
kematiannya. Kerentaannya hendaknya memberikan peringatan keras bahwa
dia telah dekat untuk menuju ambang kematian. Dia telah jauh berjalan
menemupuh liku-liku dunia dan semua uji cobanya. Rambut yang menguban,
gigi yang bertanggalan, tulang-belulang yang mulai keroposan adalah
sebagai pengingat bahwa kematian akan segera menjelang, menjemputnya
bersama ketuaan yang sudah disandang.
Orang tua yang masih senang dunia, mabuk di dalamnya, berebut
kenikmatannya yang hanya sementara tentu saja sangat Allah benci. Apakah
mereka tidak sadar bahwa dunia akan segera ditinggalkannya, lalu untuk
apa dia masih berburu dunia dengan penuh tamak dan cinta yang melampui
batas.
Adapun masa muda adalah masa paling produktif dalam kehidupan
manusia. Masa muda adalah masa gelora kehidupan mereka. Masa muda adalah
masa penentuan masa depan yang sesungghnya. Maka malasnya pemuda adalah
alamat awal dari suram dan buramnya masa depan mereka. Gelap dan
gulitanya hari-hari ke depan mereka. Manusia yang tidak memiliki awal
yang cemerlang biasanya sulit menuai cahaya di ujung kehidupan. Pemuda
tiang sebuah bangsa.
Maju dan tidaknya sebuah bangsa berada pada produktivitas mereka,
sedangkan bangkrut dan hancurnya sebuah negara ada pada kemalasan
mereka. Islam di awal-awal bangkit karena dukungan para pemuda enerjik
yang anti kemalasan. Siang mereka adalah kerja keras dan malam mereka
adalah ibadah malam.
Rasulullah menghimpun orang-orang mulia dalam tujuh golongan diantaranya adalah pemuda yang enerjik. Rasulullah bersabda :
سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله
إمام عادل وشاب نشأ في عبادة الله ورجل قلبه معلق بالمسجد إذا خرج منه حتى
يعود إليه ورجلان تحابا في الله فاجتمعا على ذلك وافترقا عليه ورجل ذكر
الله خاليا ففاضت عيناه ورجل دعته امرأة ذات منصب وجمال فقال إني أخاف الله
رب العالمين ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه
Tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari
dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Peminpin yang adil,
pemuda yang tumbuh berkembang dalam beribadah kepada Allah, lelaki yang
hatinya senantiasa terpaut ke mesjid tatkala dia keluar darinya hingga
dia balik kembali, dua lelaki yang saling mencinta karena Allah. Dia
berkumpul karenanya dan berpisah karenanya pula. Lelaki yang mengingat
Allah sendirian kemudian kedua matanya mengalirkan air mata, lelaki yang
dipanggil oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan cantik lalu
dia berkata : Sesunggguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam,
seseorang yang bersedekah lalu dia menyembunyikannya sampai-sampai
tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya (HR. Malik, Tirmidzi, Bukhari Muslim).
Peminpin sebagaimana diisyaratkan hadits di atas juga seharusnya
berbuat adil bukan berlaku kejam agar mereka mendapat naungan Allah di
hari kiamat. Keadilan mereka sangat ditunggu dan dirindu oleh rakyat.
Karena harapan keadilan memang bertumpu pada para penguasa itu. Keadilan
adalam dambaan setiap orang, cita setiap insan. Tatkala seorang
penguasa yang seharus adil berubah menjadi keji maka kemurkaan Allah
yang demikianpedih telah menunggu mereka. Karena Allah sangat tidak suka
pada mereka yang berbuat zhalim. Allah berfirman : Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang dzalim (Ali Imran : 151).
Para prajurit yang berlaga di medan perang adalah manusia-manusia
pilihan untuk melakukan pembelaan terhadap agama mereka. Maka harus
tidak ada dalam jiwa mereka rasa pengecut dan gentar saat menghadapi
musuh sebesar apapun jumlah musuh yang ada di depan mereka. Selengkap
apapun peralatan musuh yang mereka miliki. Jiwa prajurit adalah jiwa
ksatria yang pantang menyerah pada musuh.
Jiwa prajurit tidak pernah menyimpan sikap pengecut dalam kamus hidup
mereka. Sikap pengecut hanya akan menjadi virus yang menularkan
kegentaran pada prajurit lain dan akan merusak semangat juang mereka.
Oleh sebab itulah sungguhh sangat hina manusia-manusia yang melarikan
diri pada saat perang sedang berkecamuk. Allah berfirman : Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang
kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka
(mundur) (Al-Anfaal : 15).
Ujub adalah penyakit hati yang bisa menyerang siapa saja. Tidak
terkecuali pada zahid yang banyak menghindari dunia dan lebih dekat pada
akhirat. Namun kezahidan mereka akan menuai murka Allah jika dalam
kezahidan itu bergemuruh ujub yang membuncah dalam ucapan dan perilaku
mereka.
Rasulullah bersabda :
ثلاث مهلكات : شح مطاع ، وهوى متبع ، وإعجاب المرء بنفسه
Tiga perkara yang menghancurkan : kekikiran yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti dan ujub dengan pendapat sendiri (HR. Bazzar dan Ath-Thabrani).
Yang tak kalah sengitnya akan mendapatkan murka Allah adalah mereka
yang menyatakan diri sebagai ahli ibadah namun riya’ menyelimuti seluruh
ritual ibadahnya, mengiringi setiap langkah ibadahnya. Pujian selalu
dia harapkan dari mulut manusia, pujaan selalu mereka dambakan dari
lisan mereka. Sungguh celakalah mereka karena sesungguhnya riya’ itulah
syirik kecil yang sangat diwanti-wanti oleh Rasulullah agar kita
meninggalkannya.
Maka, jika kita menjadi orang kaya dermawanlah pada sesama. Jika kita
ditakdirkan menjadi seorang miskin lebih rendah hatilah pada manusia.
Jka kita menjadi ulama janganlah rakus pada dunia. Jika Anda seorang
wanita maka ingat bahwa mahkota Anda ada pada rasa malu Anda. Jika kita
telah tua renta maka segeralah rakus pada akhirat. Jika jika masih muda
maka semangatlah bekerja untuk mengisi amanah khilafah di dunia yang
Allah bebankan kepada Allah.
Dan jika Anda penguasa berbuat adillah pada orang yang kita pimpin.
Jika Anda ada di medan tempur bersikaplah berani. Kalaupun Anda adalah
seorang zahid tapi tak layak bagi Anda untuk berkata dan berbuat ujub
dan jangan pula ibadah Anda terkotori oleh riya’ yang sering menjangkit
jiwa tanpa diduga.
Semoga kita selamat dari sepuluh perkara di atas agar murka Allah tidak menimpa kita dan bangsa kita.
=======================
-Ustadz Samson-