Showing posts with label iblis. Show all posts
Showing posts with label iblis. Show all posts

08 March 2015

Tingkahnya Para Ulama Palsu

Ketenaran adalah fitnah, popularitas adalah bencana, dan ingin terkemuka adalah penyakit yang menahun. Di antara orang yang terkenal sebagai ulama ada yang bisanya cuma memakai jubah yang lebar, menyisir nyisir jenggot, membawa siwak yang panjang, dan menampakkan kekusyhuan yang semu, gemar menggoyang goyangkan kepala, suka mencium dahi orang, serta menyukai kata kata penghormatan dan ungkapan ungkapan pujian. Bila dikatakan bahwa dirinya adalah berkah bagi seluruh manusia, bahwa Allah menjaga bangsa ini karena dirinya, bahwa semua manusia besar atau kecil berdoa untuknya, dia pasti percaya.

Musuh utama ulama palsu itu adalah orang yang tidak mengakui haknya, tidak mencium tangannya, tidak menyebut nyebut jasanya, dan tidak menyinggung nyinggung keutamaan keutamaannya. Lawan nomor satunya adalah orang yang mengkritik atau menkoreksinya atau memberikan catatan kepadanya. Tindakan seperti ini menurutnya tidak santun, tidak sopan, dan tidak beradab.

Jika anda sebut namanya tanpa gelar, dantanpa  kata kata sanjungan, ia akan mengganggap sebuah kesalahan yang tak terlupakan. Jika anda memuji ulama lain dihadapannya , dia pasti mencela anda, mukanya memerah dan murka.

Semua pendapat harus berujung dan berpangkal  padanya, dia pikir dia mengetahui pelbagai hal dan ilmu. Dia tidak boleh disebut tidak tahu dan tidak boleh dianggap tidak mampu. Itulah ujub dan takabur. Dada orang itu sempit, tidak mungkin dilapangkan kecuali oleh Allah.

Tiga pernyataan para Thagut di muka bumi , dan binasa karena pernyataannya ,
- pertama kata “Aku” seperti perkataan Iblis, “Aku lebih baik”
- kedua kata “Kumiliki” yang dikatakan Qarun,” Berkat ilmu yang kumiliki
- ketiga kata “Milikku” , yang dikatakan Firaun, “Bukankah kerjaan Mesir ini milikku

Wahai orang yang dibalut ujub, terselimuti kesombongan, dan terbius kelalaian, takkah kau dengar Bilal menyerukan tobat di fajar  umurmu ,”Marilah mengejar kemenangan”. Maka basuhlah hatimu dengan berwudhu dengan linangan air mata, duduklah di barisan pertama orang orang yang tobat untuk mendengar takbiratul ihram menghadap Allah, sampai malaikat penjaga Surga – Ridwan memanggilmu dengan kemenangan,” Masukilah surga dengan sejahtera dan aman sentosa (QS al Hijr : 46) .

=======================
alqarnyOleh : Syeikh Aidh Al Qarni

30 September 2014

Kemenangan Iblis

Syeikh Dhirar bin Murrah, seorang ulama sufi kenamaan yang hidup di Kufah (Irak), wafat pada 132 Hijriyah pernah berkata bahwa Iblis mengatakan, ”Jika saya mampu mengusai Bani Adam dalam tiga hal, berarti keinginanku telah tercapai dan saya telah menang, yaitu: 1. Jika lupa akan dosanya; 2. Jika merasa cukup akan amalnya; 3. Jika kagum dan bangga akan pendapatnya (merasa pintar).

Sebenarnya ketiga hal (penyakit) pancingan Iblis yang dikhawatirkan Syeikh Dhirar merupakan penjelmaan dari inti ajaran Agama yang banyak ayat dan hadits Nabi SAW secara mantuq dan mafhum yang meminta untuk menjauhkan hal-hal tersebut. Penyakit lupa akan dosa, intinya adalah agar manusia senantiasa ingat dan beristighfar kepada Allah SWT, karena semua manusia tak luput dari dosa.

Ingat dosa, istighfar dan bertaubat adalah sarana untuk menyambut ke depan yang lebih baik dengan penuh asa. Jika manusia lupa akan dosa akan mudah tertutup hatinya karena tidak merasa butuh kepada ampunan Allah, maka rasa keangkuhan akan timbul, pada gilirannya keagungan dan kebesaran Tuhan sudah tidak tampak lagi dihadapannya, karena Allah menghilangkan bukti kebesaran dan keagunganNya dari para mutakabbirin, firman Allah SWT, ”Aku akan memalingkan tanda-tanda kekuasaan-Ku dari orang-orang yang menyombongkan diri (mutakabbir) di muka bumi tanpa alasan yang benar”(QS.7/146).

Manusia seperti ini tidak lagi merasa bersalah jika melakukan maksiat atau dosa, parahnya lagi sudah tidak sungkan untuk terang-terangan dalam maksiat atau mujaharah. Perbuatan dosa yang Mujaharah ini yang sulit diampunkan oleh Maha Pengampun, karena sudah tidak takut dan malu lagi terhadap Allah SWT dan tidak malu pula terhadap manusia. Tidak berpuasa secara terang-terangan, minum-minum keras di depan khalayak, berselingkuh, baca: berzina direkam, sehingga teredarkan.

Orang yang berbuat dosa tapi sembunyi hanya Allah SWT yang tahu, lebih baik ketimbang manusia yang berbuat dosa tapi terang-terangan. Pada saat Allah SWT menutup rahasia dosa manusia agar manusia tersebut suatu ketika bertaubat kepadaNya, sayangnya manusia sendiri mendeklarasikan, bahkan menceritakan dan bangga dengan dosanya! Bagaimana manusia lain dapat menutup aib saudara yang mujaharah, kalau dia sendiri yang menyebarkannya?

Musibah lain yang merupakan penyakit bani Adam yaitu merasa cukup dengan amal (cukup dengan apa yang diketengahkan). Apa yang telah dikerjakan seakan sudah sempurna, sehingga tidak mau mengoreksi dan mengembangkan ke arah lebih baik lagi. Tak pernah bertanya sudah cukupkah amal saya? sudah betulkah ibadahnya, akibatnya tidak mau balajar qiraat al-Qur’an karena sudah merasa betul bacaannya, juga tidak mau belajar hukum taharah, wudhu, salat secara benar karena sudah merasa cukup benar, dan tidak mau pula meningkatkan kerja yang bermanfaat.

Penyakit merasa cukup harus segera ditanggalkan, sebaliknya, harus terus menyempurnakan dan mengembangkan ke arah yang lebih baik lagi, yang dituntut merasa cukup dan qana’ah hanyalah terhadap karunia yang diberikan Allah SWT (rizki) agar jangan menjadi tamak, tentunya setelah berusaha maksimal dan tawakkal! Penyakit lain yang manusia lengah yaitu merasa pintar dan selalu bangga dengan pendapatnya.

Akibatnya, tidak mau lagi mendengar nasihat orang lain dan tidak merasa perlu untuk bermusyawarah kepada orang yang pantas untuk diajak musyawarah. Selalu merasa pendapatnyalah yang paling benar, padahal belum tentu demikian, kalau Nabi SAW saja diminta bermusyawarah kepada para sahabatnya, apalah artinya manusia biasa, tentunya lebih diminta untuk menghormati dan mendengar pendapat orang lain, dengan harapan semoga keputusan yang diadopsi dan diterapkan akan lebih dekat kepada kebenaran.

Semoga kita semua terhindar dari ketiga penyakit yang dikhawatirkan Syeikh Dhirar, yang digambarkan sebagai kemenangan Iblis tersebut!


***

Oleh: Amiruddin Thamrin MA, amiruddinthamrin@yahoo.com

Tinggal di Damaskus-Suriah

21 March 2014

Dukun Laris , Buah Demokrasi

Menjelang Pemilu 2014, menuju kursi panas semakin marak kampanye di mana-mana. Metode kampanye banyak dilakukan oleh calon anggota legislatif. Dari mulai pengumpulan masa, pencitraan, ataupun menarik simpati rakyat. Pendekatan kampanye pun dilakukan dengan berbagai cara demi memenangkan pemilu yang akan digelar pada 9 April mendatang.

Berbagai upaya dilakukan para caleg, termasuk upaya melakukan ritual yang tidak masuk akal seperti, mandi di sungai. Ritual dilakukan caleg daerah dengan harapan terpilih menjadi wakil rakyat. Seperti yang dilakukan calon anggota legislatif (Caleg) Dapil V DPRD Kabupaten Ngawi menggelar ritual doa dan mandi di Sungai Tempuk Alas Ketonggo (Srigati) Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi. (rohilonline.com – Kamis, 13/03/2014)

Tidak hanya itu, ada lagi sejumlah orang yang mengaku penasihat spiritual atau dukun menawarkan jasa bagi caleg yang ingin sukses melenggang ke kursi panas. Tidak sedikit para caleg yang mempercayai orang yang mengaku penasihat spiritual ini. Dukun ini mematok tarif yang tidak murah dengan menjanjikan bisa memuluskan jalan caleg menuju gedung DPR atau DPRD. Harganya mulai di kisaran ratusan juta hingga miliaran rupiah. Namun demi tercapainya tujuan itu, caleg-caleg ini dengan mudah menuruti tarif fantastis tersebut.

Sungguh menggelikan, hal ini dilakukan oleh individu yang berakal dan beragama. Apa yang mereka lakukan sudah jelas dalam Islam adalah perbuatan syirik yang merupakan dosa besar. Mempercayai selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam berdoa. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak meridhai perbuatan orang-orang yang menjadikan makhluk sebagai pelindung. Hal itu tertuang dalam firmanNya :

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), ‘Kami tidak menyembah mereka (sembahan-sembahan kami) melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang pendusta dan sangat besar kekafirannya” (QS az-Zumar:3).

Fenomena ritual ini marak menjelang pemilu, demi kekuasaan rela melakukan apapun. Perilaku seperti ini tentu saja karena sebab dan akibat. Tidak lain dan tidak bukan karena sistem yang membuat mereka seperti itu. Ditambah dengan kurangnya keimanan yang menyebabkan lemah. Belum lagi ongkos yang besar yang dikeluarkan untuk kampanye. Persaingan pun semakin ketat. Belum menjadi anggota legislatif saja sudah melakukan hal yang tidak diridhai Allah, bagaimana jika sudah duduk di kursi legislatif ?

Sistem yang dilakukan saat ini sangat mungkin membuat orang menjadi gila. Pemilu yang mahal dan kemungkinan berhasil sangat kecil. Tentu saja ini membuat para caleg ketar-ketir. Belum lagi dengan rumitnya sistem pemilu yang digunakan. Dengan sistem yang ada, persaingan sengit bukan hanya dengan caleg dari partai lain, tetapi juga antar caleg dari satu partai yang sama di dapil yang sama.

Persaingan ini yang akhirnya membuat para caleg habis-habisan agar mendapatkan suara terbanyak. Semua cara dilakukan, dari mulai iklan, spanduk, baliho, termasuk ritual perdukunan yang tidak rasional. Tentu saja untuk melakukan semua itu dengan uang.

Jelaslah bahwa demokrasi menghalalkan segala cara untuk sampai pada tujuan, juga menghilangkan akal sehat si pengembannya (termasuk kalangan perempuan). Padahal apa yang dilakukannya tidak ada relevansinya dengan dukungan suara publik dengan ritual syirik tersebut. 

Wallahu A’lam Bis-Shawaab!

16 January 2014

Sejuta Alasan Menolak Pacaran

Dilema memang membahas masalah pacaran, ada yang pro, ada yang kontra. Sebagaimana kita tahu, pacaran sudah menjadi suatu yang lumrah bagi remaja, khususnya remaja muslim saat ini. Bukan saja sekedar karena nafsu tapi terkadang karena ingin menjaga eksistensi zaman, biar diCAP ‘laku’, ganteng, cantik dan sebagainya.

Lalu seperti apa Islam memandang masalah pacaran ini?

Islam adalah agama yang Syamil (lengkap), kalau untuk urusan belakang (mandi, buang air, dan lain-lain) saja islam punya tuntutan yang lengkap,tentu saja untuk urusan yang satu ini agama kita punya rambu-rambu yang harus diataati.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata adalah memandang, zina lisan adalah dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan.” (HR.Bukhari & muslim).

Kalaulah kita ibaratkan zina adalah sebuah ruangan yang memiliki pintu yang berlapis-lapis, maka orang yang berpacaran adalah orang yang telah memiliki semua kuncinya. Kapan saja ia bisa masuk. Bukankah saat berpacaran ia tidak lepas dari zina mata dengan bebas memandang? Bukankah dengan pacaran ia sering melembut-lembutkan suara di hadapan pacarnya? Bukankah orang yang berpacaran senantiasa memikirkan , membayangkan, mengkhawatirkan keadaan pacarnya?

Nah lho, bagi kamu yang masin demeeeen banget sama pacaran, sudahkah kalau kamu sudah melanggar larangan Allah? Padahal melarang kita mendekati zina, karena zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk . Allah berfirman

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al Isra’:32).

Ada teman yang beralasan pacaran biar semangat belajar, ada juga yang katanya pengen mempererat ukhuwa. Sekilas, alasan ini cukup masuk akal, tapi coba dipikir lagi deh, jika kamu, kamu, kamu dan kamu pacaran, waktu luang kamu banyak tersita untuk si dia. Yang harusnya kamu belajar, malah sibuk bales sms atau bbm-nya. Yang harusnya ngerjakan tugas, malah ngelamunin dan membayangkan si dia. Yang harusnya mau sholat ee.. malah sholatnya ditunda dulu untuk bales sms si dia. Mempererat ukhuwah tidak harus dengan pacaran kan ? Coba misalnya dengan kegiata keagamaan di sekolah atau kampus, itu lebih bermanfaat.

Kemudian jika ada yang mengatakan kalau seandainya pacaran tidak dibolehkan maka bagaimanakah dua orang insan bisa menikah padahal mereka belum saling kenal?

Maka kita katakan pada orang yang beralasan demikian dengan jawaban yang singkat namun tegas bukankah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik petunjuk? Bukankah Beliau adalah orang yang paling kasih kepada ummatnya tidak memberikan petunjuk yang demikian? Firman Allah ‘Azza wa Jalla,

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS At taubah 128)

“Ikut pengajiannya kan bisa bareng sama pacar, biar lebih semangat gitu” Please deh, jangan dicampur adukkan yang haq dan yang batil, yang halal dan yang haram. Logikanya masa mau nyampur susu sama miras? Yang ada itu campur susu sama kopi, susu sama gula, halal sama halal.

Alasan lain, pacaran adalah bentuk pengenalan kepribadian dua insan yang saling mencintai dengan dilandasi rasa saling percaya. Tapi coba pikir dulu lagi deh, bagi kamu paraPACARANER , apakah kamu pernah jujur sejujur-jujurnya kepada pacar kamu, baik tentang kehidupan kamu yang sekarang atau tentang masa lalu dengan pacar-pacar kamu yang dahulu. Sudah pasti jawabannya banyak bohongnya.

Kalo harus memilih penjaga,pelindung,pendamping hidup, antara yang demen pacaran dengan yang memegang teguh syari’at agama kira-kira kamu pilih yang mana? Pasti kamu lebih memilih yang memegang teguh syari’at kan? Lalu kenapa kamu berpacaran tapi memilih calon pendamping yang bersih.

Sudahlah kawan, banyak alasan untuk memutuskan pacar kamu, tapi diantara berjuta alasan yang ada, takut dosa adalah alasan paling keren dan bertanggung jawab dibandingkan yang lain. Kamu jadi males pacaran karena sudah nyadar bahwa hanya sebuah upaya untuk dekat-dekat dengan zina. Dan kamu juga telah tahu bahwa zina adalah sebuah jalan yang buruk untuk ditempuh. Yakinlah pada saatnya nanti, Allah akan memberimu jodoh yang terbaik, tentu saja dengan jalan yang baik. Masa kamu rela dapat istri atau suami yang ternyata sudah punya 7 atau 8 mantan pacar. Enggak banget kan? Wallahu A’lam.

Oleh Moch. Fahrizal Nur Arifuddin

01 January 2014

janganlah Berpaling dari Istiqamah!

Ada seorang raja muda yang menguasai sebuah kerajaan, tetapi ia tidak pernah merasakan ketenangan dan kenyamanan. Lalu ia bertanya kepada para bawahannya, "Apakah semua manusia seperti diriku sekarng ini atau tidak?"

Mereka menjawab, "Sesungguhnya semua manusia itu istiqamah (mapan)."
"Apakah ada sesuatu yang bisa membuatku mapan dan tenang ?" tanya sang raja.
Aada, yaitu para ulama,"jawab mereka.

Kemudian raja memanggil para ulama dan orang - orang shalehah di negrinya, lalu erkata, "Duduklah kalian di sisiku! Apa saja yang kalian lihat dariku berupa ketaatan, maka perntahlah aku! Sebaliknya, apa saja yang kalian lihat dariku berupa kemaksiatan, maka cegahlah aku!"
Para ulama dan orang - orang shaleh pun menjalankan titah rajanya, sehingga istiqamahlah (langgeng) sang raja dengan kerajaannya selama 400 tahun.

Pada suatu hari datanglah Iblis kepadanya, dan sang raja pun bertanya, "Siapa kamu?"
"Aku iblis," jawabnya.
"Sekarang katakan padaku, ‘siapa kamu?’ Iblis balik bertanya."
"Aku adalah seorang lelaki keturunan Adam," jawab sang raja.
Iblis berkata, "Seandainya kamu keturunan Adam, tentu kamu sudah mati sebagaimana keturunan adam lainnya mati. 

Kamu adalah Tuhan, maka suruhlah manusia menyembahmu!"
Kata-kata Iblis itu mulai merasuki jiwanya, sehingga naiklah ia ke atas mimbar dan berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya aku telah menyembunyikan suatu perkara dari kalian, dan sekarang tibalah saatnya aku memperlihatkannya. Kamu sekalian tahu bahwa aku telah menjadi raja kalian selama 400 tahun. Seandainya memang aku seorang manusia, tentu aku sudah mati sepertinya yang lainnya. Jadi, sebenarnya aku ini adalah Tuhan. Karena itu, hendaklah kalian menyembahku!"

Atas kejadian itu, Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Muhammad SAW di jamannya, "Katakanlah padanya, bahwa Aku selalu istiqamah memenuhi keinginannya selama ia istiqamah mengabdi kepada Ku. Apabila ia berpaling dan mendurhakai Aku, maka demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan menghancurkannya melalui kaisar Bakhtanshar."

Demikianlah, akhirnya Bakhtashar melakukan raja tersebut dan menebas lehernya. Dia pun memperoleh rampasan emas sebanyak tujuh kapal dari gudang kekayaan raja tersebut.

03 December 2013

Pahlawan Neraka

Suatu hari satu pertempuran telah berlaku di antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua-dua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan antara satu sama lain. Tiba saat pertempuran itu diberhentikan seketika dan kedua-dua pihak pulang ke markas masing-masing. 

Di sana Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat telah berkumpul membincangkan tentang pertempuran yang telah berlaku itu. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang di ruang mata. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah seorang dari sahabat mereka iaitu, Qotzman. Semasa bertempur dengan musuh, dia kelihatan seperti seekor singa yang lapar membaham mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah menjadi buah mulut ketika itu. 

"Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman," kata salah seorang sahabat. 
Mendengar perkataan itu, Rasulullah pun menjawab, "Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka." 
Para sahabat menjadi heran mendengar jawapan Rasulullah itu. Bagaimana seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam boleh masuk dalam neraka. Para sahabat berpandangan antara satu sama lain apabila mendengar jawapan Rasulullah itu. 

Rasulullah sedar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas baginda berkata, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala mata pedang itu pula dihadapkan ke dadanya. 

Lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya." "Dia melakukan perbuatan itu adalah kerana dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan kerana berlawan dengan musuhnya, tetapi membunuh dirinya sendiri. 

Melihatkan keadaannya yang parah, ramai orang menyangka yang dia akan masuk syurga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka." 

Menurut Rasulullah S.A.W lagi, sebelum dia mati, Qotzman ada mengatakan, katanya, "Demi Allah aku berperang bukan kerana agama tetapi hanya sekadar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak kerana itu, aku tidak akan berperang." 

Riwayat ini telah dirawikan oleh Luqman Hakim

08 November 2013

Menunda Menikah Bisikan Syaithan

Ba’da sholat maghrib, saya duduk dengan seorang ustadz di masjid saya. Ada satu nasehat yang masih sangat saya ingat. 

Beginilah kira-kira nasehatnya:

Syaithan itu akan senantiasa menggoda manusia, dan syaithan akan selalu menggoda dan menghalangi manusia dalam berbuat baik dan beribadah kepada Allah. menikah itu adalah ibadah, maka setan akan selalu menggoda manusia untuk menunda menikah, membisikkan kekhawatiran kepada manusia berupa cemas akan rizki, perasaan belum siap dan perasaan was-was selainnya.

Menikah merupakan salah satu yang paling dibenci oleh syaithan, karena saat menikah yang haram menjadi halal, bahkan yang semulanya haram menjadi ibadah. 

Ini membuat syaithan sedih karena wilayah kerjanya hilang dan ini membuat syaithan sangat tidak suka, sehingga ia akan selalu sekuat tenaga menghalangi seseorang untuk menikah.

05 October 2013

Strategi Syetan

Dalam sebuah hadist, menceritakan tentang dua orang saudara, seorang sangat kuat beribadah kepada Allah dan seorang lagi selalu berbuat maksiat dan kejahatan. Suatu hari, saudara yang kuat beramal ibadah kepada Allah telah bercita-cita untuk melihat iblis di tempat ibadahnya. Suatu hari ketika dia sedang duduk sendirian maka datanglah syaitan dengan berkata:

"Sayang sekali, engkau telah menghabiskan dan mensia-siakan empat puluh tahun umurmu karena itu rasakanlah kenikmatan dunia dan ikuti kehendak dan keinginanmu. Kemudian kembalilah engkau bertaubat serta membuat ibadah kepada Allah pula. Jadi tiadalah engkau merugi dalam dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Penyayang."

Mendengar kata-kata iblis yang lembut itu maka hati dan pendiriannya telah berubah, katanya:
"Benar juga kata-kata syaitan itu, aku telah merugikan diriku sendiri beberapa lama. Baiklah aku turun ke bawah, mendapatkan saudaraku supaya dapat aku bersama-samanya memuaskan nafsu keinginan dan keduniaan selama dua puluh tahun, kemudian aku akan bertaubat dan kembali beribadah kepada Allah di dalam umurku yang dua puluh tahun lagi itu." Selepas dari itu dia pun turun ke bawah dengan niat untuk melakukan kejahatan dan kemaksiatan kepada Allah. Adapun saudaranya yang seorang lagi yang selalu melakukan kemaksiatan dan kejahatan itu menyadari kesalahan yang telah dilalukannya. Pada suatu hari dia mendapati dirinya di dalam seburuk-buruk keadaan. Dilihatnya badannya serta pakaiannya telah kotor berlumuran dengan najis serta terlantar pula di atas debu tanah. Sewaktu dia sadar itu, maka berkatalah hatinya:

"Oh... sia-sianya. Oh., ruginya aku. Sudah habis umurku di dalam dunia maksiat, aku telah merusak diri sendiri serta bodoh, sedangkan saudaraku itu sedang menikmatan beribadah kepada Allah dan akan memperolehi syurga Tuhan. Tetapi aku., nerakalah tempat tinggalku. Demi Allah, aku bertaubat aku akan naik ke atas bersama saudaraku untuk mengerjakan ibadah dan berbakti kepada Allah. Semoga Allah akan mengampuni segala dosanya." Maka diapun naiklah ke atas dengan niat untuk bertaubat sedangkan saudaranya itu pula turun dengan niat untuk melakukan kerja-kerja maksiat dan kerja-kerja yang dimurkai Allah. Tiba- tiba sewaktu dia hendak turun maka dia tergelincir kakinya lalu jatuh di atas adiknya bertimpa-timpa. Akhirnya kedua-duanya itu pun mati di situ juga.

Di hari akhirat nanti kedua saudara itu akan dibangkitkan menurut niatnya. Yaitu yang ahli ibadah akan dibangkitkan atas niat maksiat, dan adiknya pula akan dibangkitkan atas niat berbakti kepada Allah sebagaimana sabda Nabi Saw:

‘Akan dibangkitkan tiap-tiap hamba menurut keadaan matinya." (baik atau buruk). Di samping itu anggaplah syaitan itu sebagai musuh selama-lamanya sebagaimana firman Allah:
"Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagi kamu."

Semua orang tahu syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kita, tetapi adakah semua orang tahu bahwa hari ini banyak sekali orang yang mengikuti langkah-langkah syaitan. Hari ini syaitan merajalela dengan berbagai kegiatan maksiatnya di tempat-tempat judi, kelab-kelab malam dan sebagainya.

12 March 2013

10 Pintu Masuk Syetan

Pintu pertama:
Ini adalah pintu terbesar yang akan dimasuki setan yaitu hasad (dengki) dan tamak. Jika seseorang begitu tamak pada sesuatu, ketamakan tersebut akan membutakan, membuat tuli dan menggelapkan cahaya kebenaran, sehingga orang seperti ini tidak lagi mengenal jalan masuknya setan. Begitu pula jika seseorang memiliki sifat hasad, setan akan menghias-hiasi sesuatu seolah-olah menjadi baik sehingga disukai oleh syahwat padahal hal tersebut adalah sesuatu yang mungkar.

Pintu kedua:
Ini juga adalah pintu terbesar yaitu marah. Ketahuilah, marah dapat merusak akal. Jika akal lemah, pada saat ini tentara setan akan melakukan serangan dan mereka akan menertawakan manusia. Jika kondisi kita seperti ini, minta perlindunganlah pada Allah.

Pintu ketiga:
Yaitu sangat suka menghias-hiasi tempat tinggal, pakaian dan segala perabot yang ada. Orang seperti ini sungguh akan sangat merugi karena umurnya hanya dihabiskan untuk tujuan ini.

Pintu keempat:
Yaitu kenyang karena telah menyantap banyak makanan. Keadaan seperti ini akan menguatkan syahwat dan melemahkan untuk melakukan ketaatan pada Allah. Kerugian lainnya akan dia dapatkan di akhirat.

Pintu kelima:
Yaitu tamak pada orang lain. Jika seseorang memiliki sifat seperti ini, maka dia akan berlebih-lebihan memuji orang tersebut padahal orang itu tidak memiliki sifat seperti yang ada pada pujiannya. Akhirnya, dia akan mencari muka di hadapannya, tidak mau memerintahkan orang yang disanjung tadi pada kebajikan dan tidak mau melarangnya dari kemungkaran.

Pinta keenam:
Yaitu sifat selalu tergesa-gesa dan tidak mau bersabar untuk perlahan-lahan. Padahal terdapat sebuah hadits dari Anas, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Pintu ketujuh:
Yaitu cinta harta. Sifat seperti ini akan membuat berusaha mencari harta bagaimana pun caranya. Sifat ini akan membuat seseorang menjadi bakhil (kikir), takut miskin dan tidak mau melakukan kewajiban yang berkaitan dengan harta.

Pintu kedelapan:
Yaitu mengajak orang awam supaya ta’ashub (fanatik) pada madzhab atau golongan tertentu, tidak mau beramal selain dari yang diajarkan dalam madzhab atau golongannya.

Pintu kesembilan:
Yaitu mengajak orang awam untuk memikirkan hakekat (kaifiyah) dzat dan sifat Allah yang sulit digapai oleh akal mereka sehingga membuat mereka menjadi ragu dalam masalah paling urgen dalam agama ini yaitu masalah aqidah.

Pintu kesepuluh:
Yaitu selalu berburuk sangka terhadap muslim lainnya. Jika seseorang selalu berburuk sangka (bersu’uzhon) pada muslim lainnya, pasti dia akan selalu merendahkannya dan selalu merasa lebih baik darinya. Seharusnya seorang mukmin selalu mencari udzur dari saudaranya. Berbeda dengan orang munafik yang selalu mencari-cari ‘aib orang lain.

Semoga kita dapat mengetahui pintu-pintu ini dan semoga kita diberi taufik oleh Allah untuk menjauhinya.

30 November 2012

Kekuatan Besar Dibalik Kata Niat

Dahulu ada seseorang dari Bani Israil yang alim dan rajin beribadah kepada Allah SWT. Suatu ketika ia didatangi sekelompok orang. Mereka berkata, ”Di daerah ini ada suatu kaum yang tidak menyembah Allah, tapi menyembah pohon.” Mendengar hal itu ia segera mengambil kampak dan bergegas untuk menebang pohon itu. Melihat gelagat tersebut, iblis mulai beraksi da
n berusaha menghalangi niat orang alim itu. Ia mengecohnya dengan menyamar sebagai orang tua renta yang tak berdaya. Didatanginya orang itu setelah ia tiba di lokasi pohon yang dimaksud.

”Apa yang hendak kau lakukan?” tanya iblis. Orang alim itu menjawab, ”Aku mau menebang pohon ini!”

“Apa salahnya pohon ini?” tanya iblis lagi.

“Ia menjadi sesembahan orang-orang selain Allah. Ketahuilah ini bukan termasuk ibadahku.” Jawab orang alim itu.

Tentu saja iblis tidak menginginkan niat orang itu terlaksana dan tetap berusaha untuk menggagalkannya.

Karena iblis berusaha menghalang-halanginya, orang alim itu membanting iblis dan menduduki dadanya. Di sinilah iblis yang licik mulai beraksi. ”Lepaskan aku supaya aku dapat menjelaskan maksudku yang sebenarnya,” kata iblis.

Orang alim itu kemudian berdiri meninggalkan iblis sendirian. Tapi ia tidak putus asa. ”Hai orang alim, sesungguhnya Allah telah menggugurkan kewajiban ini atas dirimu karena engkau tidak akan menyembah pohon ini. Apakah engkau tidak tahu bahwa Allah mempunyai Nabi dan Rasul yang harus melaksanakan tugas ini.”

Orang alim tersebut tak mempedulikannya dan tetap bersikeras untuk menebang pohon itu. Melihat hal itu, iblis kembali menyerang. Tapi orang alim itu dapat mengalahkanya kembali. Merasa jurus pertamanya gagal, iblis menggunakan jurus kedua. Ia meminta orang alim itu untuk melepaskan injakan di dadanya.

”Bukankah engkau seorang yang miskin. Engkau juga sering meminta-minta untuk kelangsungan hidupmu,” tanya iblis.

”Ya, memang kenapa,” jawab orang itu tegas, menunjukkan bahwa ia tak akan tergoda.

“Tinggalkan kebiasaan yang jelek dan memalukan itu. Aku akan memberimu dua dinar setiap malam untuk kebutuhanmu agar kamu tidak perlu lagi meminta-minta. Ini lebih bermanfaat untukmu dan untuk kaum muslimin yang lain daripada kamu menebang pohon ini,” kata Iblis merayu.

Orang itu terdiam sejenak. Terbayang berbagai kesulitan hidup seperti yang didramatisasi iblis.

Rupanya bujuk rayu iblis manjur. Ia pun mengurungkan niatnya. Akhirnya ia kembali ke tempatnya beribadah seperti biasa. Esok paginya ia mencoba membuktikan janji iblis. Ternyata benar. Diambilnya uang dua dinar itu dengan rasa gembira. Namun itu hanya berlangsung dua kali. Keesokan harinya ia tidak lagi menemukan uang. Begitu juga lusa dan hari-hari selanjutnya. Ia pun marah dan segera mengambil kapak dan pergi untuk menebang pohon yang tempo hari tidak jadi ditebangnya.

Lagi-lagi iblis menyambutnya dengan menyerupai orang tua yang tak berdaya.

”Mau ke mana engkau wahai orang alim?”

”Aku hendak menebang pohon sialan itu,” jawabnya emosi.

“Engkau tak akan mampu untuk menebang pohon itu lagi. Percayalah! Lebih baik engkau urungkan niatmu,” jawabnya melecehkan.

Orang alim itu berusaha melawan Iblis dan berupaya untuk membantingnya seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.

”Engkau tak akan dapat mengalahkanku,” sergah iblis.

Kemudian iblis melawannya dan berhasil membantingnya.

Sambil menduduki dadanya, iblis berkata, ”Berhentilah kamu menebang pohon ini atau aku akan membunuhmu.”

Orang alim itu kelihatannya tidak punya tenaga untuk mengalahkan iblis seperti yang pernah dilakukannya sebelum itu.

”Engkau telah mengalahkan aku sekarang. Lepaskan dan beritahu aku, mengapa engkau dapat mengalahkanku,” tanya orang alim.

Iblis menjawab, ”Itu karena dulu engkau marah karena Allah dan berniat demi kehidupan akhirat. Tetapi kini engkau marah karena kepentingan dunia, yaitu karena aku tidak memberimu uang lagi.”

Kisah yang diuraikan Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub itu memberi pelajaran bahwa betapa pentingnya nilai sebuah keikhlasan, yakni berbuat kebajikan tanpa pamrih kecuali hanya mencari ridho Allah SWT. Ikhlas ini merupakan ruh ibadah kepada Allah SWT. Karena itu untuk mewujudkan ibadah yang berkualitas kepada Allah SWT kita harus pandai-pandai menata niat. Niat inilah yang akan membawa konsekuensi pada diterima atau tidaknya suatu ibadah yang kita lakukan.

Rasulullah SAW bersabda: ”Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niatnya, seseorang itu akan memperoleh apa yang telah diniatkannya. Barang siapa hijrahnya itu karena Allah dan rasulnya, maka ia akan memperoleh pahala dan barang siapa hijrahnya itu karena harta atau wanita, maka ia akan memperoleh apa yang telah diniatkanya itu.”

Asal muasal hadits ini adalah ketika Rasulullah SAW berdakwah di negeri Mekah merasa sulit karena selalu mendapatkan perlawanan hebat dari kaum Quraisy. Beliau akhirnya mendapat perintah untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah). Beliau pun memerintahkan para sahabat untuk berhijrah. Tapi para sahabat ternyata punya motivasi yang berbeda-beda dalam melakukan hijrah. Mulai dari sahabat yang ikhlas mencari keridhoan Allah SWT hingga alasan wanita, harta, dan benda. Karena itu Rasulullah menginstruksikan kepada para sahabat untuk menata niat mereka melalui hadits itu.

Memang niat mudah diucapkan namun sukar untuk dipraktikkan. Saat kita punya niat baik, maka saat itu juga iblis telah bersiap siaga untuk menjerumuskan dan merusaknya. Padahal awalnya niat itu murni karena Allah. Itulah sebabnya, Ibnu Qoyim mengatakan bahwa ikhlas itu membutuhkan keikhlasan (al-ikhlashu yahtaju ilal ikhlash).

Niat itu bersarang dalam hati. Agar ia tetap terjaga utuh, seseorang harus menata niatnya sebelum melakukan amal, ketika melakukannya, dan sesudah selesai. Dan hal itu bisa dimiliki dengan melalui berbagai latihan (riyadhah) mental yang intensif, yakni berusaha menata niat, karena ia tidak akan serta merta bersih dengan sendirinya.

Yang perlu diwaspadai, iblis menggoda manusia sesuai dengan kualitas ketaatannya kepada Allah. Semakin berkualitas seseorang kepada Allah, maka akan digoda oleh iblis kelas berat. Di sinilah pentingnya kita selalu memohon perlindungan kepada Allah SWT untuk menjaga niat.

Apalagi manusia memiliki nafsu yang cenderung mengarahkan kepada hal-hal yang buruk dan jahat. Bila ia tidak diarahkan sebagaimana mestinya, maka ia akan bekerja sama dengan iblis untuk merusak niat seseorang, baik itu lewat penyakit ujub, riya, dan sum’ah.

Kunci ibadah adalah ikhlas. Dan ikhlas itu ada di dalam hati orang yang melakukan amal tersebut. Maka sah atau tidaknya pahala amal itu, tergantung pada niat ikhlas atau tidak hati pelakunya. Jika dalam melakukan amal itu hatinya bertujuan untuk mendapat pujian dari manusia, maka hal itu berarti tidak ikhlas. Akibatnya amal ibadah yang diusahakannya tidak menerima pahala dari Allah.

Kita benar-benar diperintahkan oleh Allah untuk memasang niat dengan ikhlas dalam setiap ibadah kita. Jangan dicampuri niat itu dengan hal yang lain, yang nantinya akan merusak pahala amal ibadah tersebut. Allah berfirman:

”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” (Q.S Al-Bayyinah: 5)

Sebagai seorang muslim, kita harus bercermin dari kisah antara iblis dan orang alim dari Bani Israil di atas. Semoga Allah SWT melindungi kita dari iblis si perusak amal