21 March 2014

Dukun Laris , Buah Demokrasi

Menjelang Pemilu 2014, menuju kursi panas semakin marak kampanye di mana-mana. Metode kampanye banyak dilakukan oleh calon anggota legislatif. Dari mulai pengumpulan masa, pencitraan, ataupun menarik simpati rakyat. Pendekatan kampanye pun dilakukan dengan berbagai cara demi memenangkan pemilu yang akan digelar pada 9 April mendatang.

Berbagai upaya dilakukan para caleg, termasuk upaya melakukan ritual yang tidak masuk akal seperti, mandi di sungai. Ritual dilakukan caleg daerah dengan harapan terpilih menjadi wakil rakyat. Seperti yang dilakukan calon anggota legislatif (Caleg) Dapil V DPRD Kabupaten Ngawi menggelar ritual doa dan mandi di Sungai Tempuk Alas Ketonggo (Srigati) Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi. (rohilonline.com – Kamis, 13/03/2014)

Tidak hanya itu, ada lagi sejumlah orang yang mengaku penasihat spiritual atau dukun menawarkan jasa bagi caleg yang ingin sukses melenggang ke kursi panas. Tidak sedikit para caleg yang mempercayai orang yang mengaku penasihat spiritual ini. Dukun ini mematok tarif yang tidak murah dengan menjanjikan bisa memuluskan jalan caleg menuju gedung DPR atau DPRD. Harganya mulai di kisaran ratusan juta hingga miliaran rupiah. Namun demi tercapainya tujuan itu, caleg-caleg ini dengan mudah menuruti tarif fantastis tersebut.

Sungguh menggelikan, hal ini dilakukan oleh individu yang berakal dan beragama. Apa yang mereka lakukan sudah jelas dalam Islam adalah perbuatan syirik yang merupakan dosa besar. Mempercayai selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam berdoa. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak meridhai perbuatan orang-orang yang menjadikan makhluk sebagai pelindung. Hal itu tertuang dalam firmanNya :

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), ‘Kami tidak menyembah mereka (sembahan-sembahan kami) melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang pendusta dan sangat besar kekafirannya” (QS az-Zumar:3).

Fenomena ritual ini marak menjelang pemilu, demi kekuasaan rela melakukan apapun. Perilaku seperti ini tentu saja karena sebab dan akibat. Tidak lain dan tidak bukan karena sistem yang membuat mereka seperti itu. Ditambah dengan kurangnya keimanan yang menyebabkan lemah. Belum lagi ongkos yang besar yang dikeluarkan untuk kampanye. Persaingan pun semakin ketat. Belum menjadi anggota legislatif saja sudah melakukan hal yang tidak diridhai Allah, bagaimana jika sudah duduk di kursi legislatif ?

Sistem yang dilakukan saat ini sangat mungkin membuat orang menjadi gila. Pemilu yang mahal dan kemungkinan berhasil sangat kecil. Tentu saja ini membuat para caleg ketar-ketir. Belum lagi dengan rumitnya sistem pemilu yang digunakan. Dengan sistem yang ada, persaingan sengit bukan hanya dengan caleg dari partai lain, tetapi juga antar caleg dari satu partai yang sama di dapil yang sama.

Persaingan ini yang akhirnya membuat para caleg habis-habisan agar mendapatkan suara terbanyak. Semua cara dilakukan, dari mulai iklan, spanduk, baliho, termasuk ritual perdukunan yang tidak rasional. Tentu saja untuk melakukan semua itu dengan uang.

Jelaslah bahwa demokrasi menghalalkan segala cara untuk sampai pada tujuan, juga menghilangkan akal sehat si pengembannya (termasuk kalangan perempuan). Padahal apa yang dilakukannya tidak ada relevansinya dengan dukungan suara publik dengan ritual syirik tersebut. 

Wallahu A’lam Bis-Shawaab!

No comments:

Post a Comment