“Mau makan es krim sambil jalan?” Wajah seorang teman berkerut,kurang suka ketika saya menghentikan langkah dan ingin mencicipi sedikit kenikmatan es krim di siang terik pada saat hari libur.
“Iya.” Saya meringis mendapati perasaan tertangkap basah mendera.
“Kalau mau makan,ya kita berhenti dulu.Cari tempat untuk duduk.Kalau sambil jalan mending nggak usah deh.” Dengan tenang dia menambahi.
Tak saya dapati bangku untuk duduk duduk di sekitar situ.Bila memang tetap ingin membeli kemudian mencari tempat duduk,saya pastikan es krim itu akan meleleh habis disengat udara hari itu.Keinginan mengecap lezatnya es krim saya urungkan.
Di lain waktu dalam kesempatan sama(pada saat libur).Asyiknya ngobrol sambil berjalan.Tangan saya bergerak refleks mengambil botol air dan meminumnya menggunakan tangan kiri.
“Sudah memakai jilbab,minum sambil jalan dengan tangan kiri pula!” Dan lagi lagi saya merasa basah kuyup dengan teguran itu.Antara malu karena banyak sekali amalan saya yang masih belepotan,dan bersyukur karena memiliki teman teman yang tak segan menegur sebagai cermin dimana selalu memantau gerak gerik saya agar bisa lebih baik.
Selang beberapa waktu,ada postingan artikel syariah tentang larangan makan dan minum sambil berdiri di bulletin forum kami.Tentu saja sangat bermanfaat,meski hanya contoh kecil dalam keseharian yang terluput dari perhatian kita.
Dari Anas dan Qataidah,Rasullullah SAW bersabda:
Sesunggunya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri,Qotadah berkata:”Bagaimana dengan makan?” Beliau menjawab:”Itu lebih buruk lagi”.(HR. Muslim dan Tirmidzi)
Bersabda Nabi dari Abu Hurairah,”Jangan kalian minum sambil berdiri! Apabila kalian lupa,maka hendaknya ia muntahkan!”(HR.Muslim)
Jilbab adalah symbol bagi muslimah.Sebuah tanggungjawab dimana kita dituntut untuk memenuhi kriteria kriteria tertentu sehingga bisa mewakili sebutan yang disematkan bagi penggunanya.Memang tak bisa instant,karena ilmu ilmu yang terpendam di sekitar kita menunggu untuk digali.Tetap istiqomah,terus berusaha mengisi kekosongan hingga kita bisa memuliakan jilbab itu sendiri dalam arti keseluruhan bukan hanya sebuah symbol.
Bila dilihat fenomena sekarang ini,jilbab terkadang hanya sebuah bagian assesoris,keindahan semu dengan mengesampingkan kaidah kaidah yang sesungguhnya.Kepala tertutup rapat,namun baju yang dikenakan membentuk jelas lekuk tubuh.Juga jilbab trendy minimalis alias hanya sampai sebatas leher,tak terjulur menutupi dada,sebagaiman tercantum dalam ayat berikut.
Katakanlah kepada wanita yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangannya,dan memelihara kemaluannya,dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang(biasa)nampak daripadanya.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…..(QS.An-Nur;31)
Atau telah berjilbab dengan kaidah yang benar,namun amalan masih butuh banyak perbaikan.Terlepas dari kekurangan yang bertempat dalam kodrati manusia.Adalah kewajiabn kita untuk selalu bertransform menuju kebaikan bukan?
Mengenakan sebuah hijab bagi seorang akhwat adalah sebuah langkah yang patut di puji meski sebenarnya wajib bagi muslimah yang telah akil baliq.Mengingat dampak global pada mode dan pergaulan antara lawan jenis yang semakin rawan,hijab bisa digunakan sebagai pengingat bahwa apa yang terlihat dari lahir,sebuah cermin dari dzahir.Memuliakan fungsi jilbab itu sendiri untuk mengagungkan dan menjaga kaum wanita.
Akhirnya pada sebuah event cukup besar di forum kami,mengharuskan menyeragamkan apa yang kami kenakan.Kebetulan saya bukan tipe orang yang telaten berlama lama di depan kaca untuk berdandan.Dalam hal berjilbab saya merasa nyaman dengan jilbab siap pakai,sekali dikenakan sudah bisa keluar,tanpa harus mengepaskan ini dan itu seperti jilbab kain.Namun kali ini saya memang harus mengenakan jilbab kain,karena jilbab siap pakai saya tak ada yang sewarna dengan ketentuan kostum hari itu.
Tiba di tempat event,seorang teman menegur saya.Dia berkata jilbab saya tak rapi dsb dsb.Padahal saya merasa sudah ok,dan maksimal dengan pengorbanan waktu lebih lama untuk berkaca.Kemudian saya pasrahkan penampilan jilbab saya padanya untuk dirombak kembali.
Setelah beberapa saat,bayangan saya dicermin memang lebih rapi dan manis(menurut saya hehehe).Dan berjanji bahwa lain kali akan lebih teliti.
Itulah gambaran dalam berjilbab.Baik dalam arti harfiah dan sesungguhnya.Terkadang kita memang membutuhkan waktu dan amalan lebih untuk hasil yang memuaskan pula.Sering bercermin(bertafakur) menginstropeksi diri.Tak segan bertanya dan menerima teguran dari orang orang sekitar kita.”Sudah cantikkah jilbabku hari ini…?”
Wallahu’alam Bishawab
diajengyusaku@yahoo.com
No comments:
Post a Comment