23 December 2012

Cara Masuk Surga Tanpa Mampir di Neraka

Ada sebuah kabar gembira dari Allah swt, kabar gembira tersebut adalah:

“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)-nya, maka dia berada dalam kehidupan yang diridai.” (Q.S. Al Qoriah: 6-7)

Di manakah kehidupan yang diridai tersebut? Dalam Alquran diterangkan bahwa kehidupan yang diridai adalah surga.

(21). Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (22). Dalam surga yang tinggi. (Q.S. Al-Haqqah [69]: 21-22)

Kemudian Allah mengulangi kembali pesan atau kabar gembira ini.

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran. Maka barang siapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 8)

Sedemikian pentingnya pesan ini hingga Allah swt. mengulanginya sebanyak 3 kali.

“Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Mukminun [23]: 102)

Lebih jelasnya, dalam Surat Al-Mujaadilah (58) ayat 22, Allah menyediakan surga bagi orang-orang yang diridai-Nya sehingga mereka termasuk golongan orang-orang yang beruntung.

“...Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa rida terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung.” (Al-Mujaadilah [58]: 22)

Dalam perdagangan, orang yang beruntung ialah mereka yang pemasukannya lebih banyak dari pengeluaran. Dalam bahasan kita kali ini, orang yang beruntung ialah orang yang lebih banyak kebaikan daripada keburukannya. Jika seseorang harus masuk ke neraka dulu untuk membakar dosa-dosanya, tentu ia tidak bisa dikatakan sebagai orang yang diridai Allah dan beruntung.

Jadi, kabar gembiranya ialah ternyata tidak hanya para nabi yang bisa langsung masuk surga. Kita pun bisa langsung masuk surga tanpa harus mampir ke neraka asalkan kebaikan (pahala) lebih banyak dari keburukan (dosa).

Namun, kemudian muncul sebuah pertanyaan, bukankah orang yang berat timbangan kebaikannya tetap saja masih mempunyai dosa yang harus dipertanggung-jawabkan walaupun sedikit? Jawabannya ada pada Alquran,

“(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan. Itulah hari ditampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barang siapa yg beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q.S. At Taghabun [64]: 9)

Allah akan menutupi kesalahan-kesalahan kita karena keimanan serta amal saleh yang kita kerjakan. Jadi, bukan dimasukkan ke neraka dahulu untuk membersihkan dosa-dosa baru kemudian masuk surga. Semua orang mempunyai kesalahan tetapi orang yang beriman dan beramal saleh tidak akan diseret ke neraka karena mereka telah dibersihkan dari dosa.

"Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka). Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa)." (Q.S. As Shaffat [37]: 127-128)

Menurut ayat tersebut, dosa tidak dibersihkan di neraka. Orang yang beranggapan bahwa semua orang akan masuk neraka untuk membersihkan dan mempertanggungjawabkan dosanya, mendasarkan pendapatnya pada Alquran surat Maryam,

“Dan tidak ada seorang pun dari kamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (Q.S. Maryam [19]: 71)

Padahal jika mereka teliti, ada pengecualian di ayat berikutnya yaitu ayat 72,

“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (Q.S.Maryam [19]: 72)

Yang dimaksud “kamu” pada Surat Maryam ayat 71 bukan semua manusia karena ada pengecualian bagi orang-orang yang dibersihkan Allah. Penjelasan ayat tersebut ada di ayat lainnya,

" Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan, Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu memperoleh rezki yang tertentu,Yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan,Di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan." (Q.S.Ash Shaffaat [37]: 38-43)

Jadi, dosa tidak dibersihkan di neraka. Lalu, dengan apa Allah membersihkan kita dari dosa? Allah akan menghapus dosa dengan kebaikan yang pernah kita kerjakan asalkan kebaikan lebih banyak dari keburukan sehingga mencukupi untuk menghapus semua dosa tersebut.

“....Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Q.S. Huud [11]: 114)

Misalnya kita mempunyai timbangan kebaikan 70 dan timbangan keburukan 20. Maka, keburukan kita akan dihapus oleh kebaikan yang kita miliki. Dosa 20 dikurangi pahala 70. Hasilnya tidak ada lagi sisa dosa, sedangkan sisa pahala tinggal 50. Jadilah kita sekarang bersih dari dosa dan masih memiliki tabungan 50 kebaikan. Dengan begitu wajarlah jika kita bisa langsung masuk surga tanpa harus terjerumus ke neraka karena kita tidak memiliki sisa keburukan sedikit pun.

Kenikmatan surga bagi orang yang punya sisa pahala 50 akan berbeda dengan seseorang yang mempunyai sisa pahala 5.000. Bisa jadi mereka tinggal di surga yang sama, namun rasa atau kenikmatannya berbeda-beda. Seperti halnya kita tinggal di bumi yang sama namun masing-masing merasakan kenikmatan yang berbeda-beda.

Di sebuah rumah makan, beberapa orang menyantap hidangan yang sama tetapi setiap orang merasakan kenikmatan yang berbeda. Ada yang kepedasan, keasinan dan ada pula yang kemanisan. Ada orang yang tinggal di rumah mewah tapi tidak bahagia karena tidak bersyukur. Namun, ada orang yang tinggal di rumah yang sederhana dan bahagia karena pandai bersyukur. Setiap orang mempunyai derajat yang berbeda-beda di dunia dan akhirat sesuai dengan amal salehnya.

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (Al-An’am [6]: 132)

Allah telah menyediakan empat surga bukan tujuh seperti yang kita pahami selama ini.

(46). Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.
(62). Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Q.S. Ar Rahman [55]: 46 dan 62)

Ada yang bertanya, bagaimana jika timbangannya seimbang? Kebaikan dan keburukannya sama banyaknya. Jawabnya, Allah tidak akan memungkinkannya karena tidak ada keterangan dalam Alquran dan Hadis. Selain itu, dari berjuta kejadian yang kita alami dari lahir hingga meninggal dunia, kecil sekali kemungkinan untuk seimbang. Kalaupun ada yang seimbang maka Allah Maha Mengetahui dimana dia ditempatkan.

Semoga tulisan ini dapat memotivasi kita untuk terus mengejar bola-bola kebaikan dimana saja demi meraih piala surga.

“Berlomba-lombalah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Q.S. Al-Hadiid [57]: 21)

Ada yang berkata, “Kita hendaknya beribadah hanya mengharap keridaan Allah bukan pahala dan surga. Jika kita beribadah karena mengharap pahala dan surga, berarti ibadah kita tidak ikhlas karena masih mengharap pamrih.”

Selintas kalimat itu terdengar benar dan indah tetapi ternyata tidak demikian. Pahala dan surga serta keridaan Allah merupakan satu paket yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah menyuruh kita berlomba-lomba meraih piala surga. Jika kita tidak peduli dengan pahala surga sama artinya kita tidak peduli dengan perintah Allah tersebut.

“Sesungguhnya (surga) ini benar-benar kemenangan yang besar. Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja” [QS. Ash shaffaat (37) :60-61]

“Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (syurga). Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya). Laknya adalah kesturi; Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba”. [Al Mutaffifin (83):26]

4 comments: