Melihat aku menolak membayar ongkos, sopir dan keneknya menjadi marah. Mereka bahkan sempat mengancam aku. Aku berusaha untuk tetap tenang dan siap menghadapi kejadian terburuk. Sebenarnya dalam hati sempat khawatir juga. Untunglah mereka hanya menggertak saja. Akhirnya, mereka meninggalkan aku yang menahan gelegak emosi mendengar makian mereka.
Sesampainya di rumah aku masih kepikiran dengan ucapan yang mereka lontarkan. Aku sempat berniat membuat perhitungan dengan mereka. Aku sampai tidak enak makan. Emosi ini terus terbawa hingga aku pun tak bisa tidur. Akibatnya kepalaku agak pusing. Mungkin tensi darahku naik gara-gara kejadian tadi siang.
Kemudian aku pun berpikir, alangkah ruginya diriku membiarkan kejadian tersebut mampu memperkeruh suasana hatiku. Lalu bagaimana caranya agar kejadian tadi siang justru membuatku bahagia. Bagaimana caranya membuat nasi yang sudah menjadi bubur menjadi sebuah bubur yang enak dimakan. Caranya tambahkan bumbu-bumbuan dan daging ayam. Jadilah bubur ayam yang nikmat.
Aku pun menggunakan cara yang sama untuk merubah kejadian tadi siang menjadi sesuatu yang bisa dinikmati bukan justru membiarkannya membuatku resah dan gelisah. Aku berpikir mungkin sopir dan kenek yang memaki-maki aku tadi siang sedang ada masalah sehingga berperilaku seperti itu. Akupun berdoa semoga mereka diberikan hidayah. Semoga mereka diberikan kelapangan rizki dan semoga mereka dilepaskan dari semua masalah. Setelah berdoa, aku merasakan hatiku menjadi lapang. Tak tersisa sedikitpun rasa dengki. Begitu ikhlas. Hingga akupun meneteskan air mata karena rasa sejuk yang merasuk dalam hatiku. Akhirnya akupun bisa tidur dengan tersenyum dan nyaman tanpa terganggu lagi oleh kejadian tadi siang.
No comments:
Post a Comment