Dahulu ada seseorang dari Bani Israil yang alim dan rajin beribadah kepada Allah SWT. Suatu ketika ia didatangi sekelompok orang. Mereka berkata, ”Di daerah ini ada suatu kaum yang tidak menyembah Allah, tapi menyembah pohon.” Mendengar hal itu ia segera mengambil kampak dan bergegas untuk menebang pohon itu. Melihat gelagat tersebut, iblis mulai beraksi da
n berusaha menghalangi niat orang alim itu. Ia mengecohnya dengan menyamar sebagai orang tua renta yang tak berdaya. Didatanginya orang itu setelah ia tiba di lokasi pohon yang dimaksud.
”Apa yang hendak kau lakukan?” tanya iblis. Orang alim itu menjawab, ”Aku mau menebang pohon ini!”
“Apa salahnya pohon ini?” tanya iblis lagi.
“Ia menjadi sesembahan orang-orang selain Allah. Ketahuilah ini bukan termasuk ibadahku.” Jawab orang alim itu.
Tentu saja iblis tidak menginginkan niat orang itu terlaksana dan tetap berusaha untuk menggagalkannya.
Karena iblis berusaha menghalang-halanginya, orang alim itu membanting iblis dan menduduki dadanya. Di sinilah iblis yang licik mulai beraksi. ”Lepaskan aku supaya aku dapat menjelaskan maksudku yang sebenarnya,” kata iblis.
Orang alim itu kemudian berdiri meninggalkan iblis sendirian. Tapi ia tidak putus asa. ”Hai orang alim, sesungguhnya Allah telah menggugurkan kewajiban ini atas dirimu karena engkau tidak akan menyembah pohon ini. Apakah engkau tidak tahu bahwa Allah mempunyai Nabi dan Rasul yang harus melaksanakan tugas ini.”
Orang alim tersebut tak mempedulikannya dan tetap bersikeras untuk menebang pohon itu. Melihat hal itu, iblis kembali menyerang. Tapi orang alim itu dapat mengalahkanya kembali. Merasa jurus pertamanya gagal, iblis menggunakan jurus kedua. Ia meminta orang alim itu untuk melepaskan injakan di dadanya.
”Bukankah engkau seorang yang miskin. Engkau juga sering meminta-minta untuk kelangsungan hidupmu,” tanya iblis.
”Ya, memang kenapa,” jawab orang itu tegas, menunjukkan bahwa ia tak akan tergoda.
“Tinggalkan kebiasaan yang jelek dan memalukan itu. Aku akan memberimu dua dinar setiap malam untuk kebutuhanmu agar kamu tidak perlu lagi meminta-minta. Ini lebih bermanfaat untukmu dan untuk kaum muslimin yang lain daripada kamu menebang pohon ini,” kata Iblis merayu.
Orang itu terdiam sejenak. Terbayang berbagai kesulitan hidup seperti yang didramatisasi iblis.
Rupanya bujuk rayu iblis manjur. Ia pun mengurungkan niatnya. Akhirnya ia kembali ke tempatnya beribadah seperti biasa. Esok paginya ia mencoba membuktikan janji iblis. Ternyata benar. Diambilnya uang dua dinar itu dengan rasa gembira. Namun itu hanya berlangsung dua kali. Keesokan harinya ia tidak lagi menemukan uang. Begitu juga lusa dan hari-hari selanjutnya. Ia pun marah dan segera mengambil kapak dan pergi untuk menebang pohon yang tempo hari tidak jadi ditebangnya.
Lagi-lagi iblis menyambutnya dengan menyerupai orang tua yang tak berdaya.
”Mau ke mana engkau wahai orang alim?”
”Aku hendak menebang pohon sialan itu,” jawabnya emosi.
“Engkau tak akan mampu untuk menebang pohon itu lagi. Percayalah! Lebih baik engkau urungkan niatmu,” jawabnya melecehkan.
Orang alim itu berusaha melawan Iblis dan berupaya untuk membantingnya seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.
”Engkau tak akan dapat mengalahkanku,” sergah iblis.
Kemudian iblis melawannya dan berhasil membantingnya.
Sambil menduduki dadanya, iblis berkata, ”Berhentilah kamu menebang pohon ini atau aku akan membunuhmu.”
Orang alim itu kelihatannya tidak punya tenaga untuk mengalahkan iblis seperti yang pernah dilakukannya sebelum itu.
”Engkau telah mengalahkan aku sekarang. Lepaskan dan beritahu aku, mengapa engkau dapat mengalahkanku,” tanya orang alim.
Iblis menjawab, ”Itu karena dulu engkau marah karena Allah dan berniat demi kehidupan akhirat. Tetapi kini engkau marah karena kepentingan dunia, yaitu karena aku tidak memberimu uang lagi.”
Kisah yang diuraikan Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub itu memberi pelajaran bahwa betapa pentingnya nilai sebuah keikhlasan, yakni berbuat kebajikan tanpa pamrih kecuali hanya mencari ridho Allah SWT. Ikhlas ini merupakan ruh ibadah kepada Allah SWT. Karena itu untuk mewujudkan ibadah yang berkualitas kepada Allah SWT kita harus pandai-pandai menata niat. Niat inilah yang akan membawa konsekuensi pada diterima atau tidaknya suatu ibadah yang kita lakukan.
Rasulullah SAW bersabda: ”Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niatnya, seseorang itu akan memperoleh apa yang telah diniatkannya. Barang siapa hijrahnya itu karena Allah dan rasulnya, maka ia akan memperoleh pahala dan barang siapa hijrahnya itu karena harta atau wanita, maka ia akan memperoleh apa yang telah diniatkanya itu.”
Asal muasal hadits ini adalah ketika Rasulullah SAW berdakwah di negeri Mekah merasa sulit karena selalu mendapatkan perlawanan hebat dari kaum Quraisy. Beliau akhirnya mendapat perintah untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah). Beliau pun memerintahkan para sahabat untuk berhijrah. Tapi para sahabat ternyata punya motivasi yang berbeda-beda dalam melakukan hijrah. Mulai dari sahabat yang ikhlas mencari keridhoan Allah SWT hingga alasan wanita, harta, dan benda. Karena itu Rasulullah menginstruksikan kepada para sahabat untuk menata niat mereka melalui hadits itu.
Memang niat mudah diucapkan namun sukar untuk dipraktikkan. Saat kita punya niat baik, maka saat itu juga iblis telah bersiap siaga untuk menjerumuskan dan merusaknya. Padahal awalnya niat itu murni karena Allah. Itulah sebabnya, Ibnu Qoyim mengatakan bahwa ikhlas itu membutuhkan keikhlasan (al-ikhlashu yahtaju ilal ikhlash).
Niat itu bersarang dalam hati. Agar ia tetap terjaga utuh, seseorang harus menata niatnya sebelum melakukan amal, ketika melakukannya, dan sesudah selesai. Dan hal itu bisa dimiliki dengan melalui berbagai latihan (riyadhah) mental yang intensif, yakni berusaha menata niat, karena ia tidak akan serta merta bersih dengan sendirinya.
Yang perlu diwaspadai, iblis menggoda manusia sesuai dengan kualitas ketaatannya kepada Allah. Semakin berkualitas seseorang kepada Allah, maka akan digoda oleh iblis kelas berat. Di sinilah pentingnya kita selalu memohon perlindungan kepada Allah SWT untuk menjaga niat.
Apalagi manusia memiliki nafsu yang cenderung mengarahkan kepada hal-hal yang buruk dan jahat. Bila ia tidak diarahkan sebagaimana mestinya, maka ia akan bekerja sama dengan iblis untuk merusak niat seseorang, baik itu lewat penyakit ujub, riya, dan sum’ah.
Kunci ibadah adalah ikhlas. Dan ikhlas itu ada di dalam hati orang yang melakukan amal tersebut. Maka sah atau tidaknya pahala amal itu, tergantung pada niat ikhlas atau tidak hati pelakunya. Jika dalam melakukan amal itu hatinya bertujuan untuk mendapat pujian dari manusia, maka hal itu berarti tidak ikhlas. Akibatnya amal ibadah yang diusahakannya tidak menerima pahala dari Allah.
Kita benar-benar diperintahkan oleh Allah untuk memasang niat dengan ikhlas dalam setiap ibadah kita. Jangan dicampuri niat itu dengan hal yang lain, yang nantinya akan merusak pahala amal ibadah tersebut. Allah berfirman:
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” (Q.S Al-Bayyinah: 5)
Sebagai seorang muslim, kita harus bercermin dari kisah antara iblis dan orang alim dari Bani Israil di atas. Semoga Allah SWT melindungi kita dari iblis si perusak amal
30 November 2012
29 November 2012
Ubahlah Hidupmu Dengan Sedekah !
Ust. Yusuf Mansyur cukup terkenal di kalangan kita sbg Ust yg konsisten mengusung materi “Sedekah” sbg Solusi dari berbagai permasalahan dan problematika Hidup.
Mendengar dan menyimak ceramah Beliau yg begitu luar biasa rasanya hidup ini jadi tetap semangat dan optimis menghadapi masa depan yg bagimanapun suramnya menurut perspektif kita sbg manusia biasa.
Pagi itu Beliau bercerita tentang seorang penambal Ban.
Suatu ketika di tahun 2008, Beliau lagi pengen menambal ban yg bocor dan akhirnya Beliau ketemu seorang Pemuda tukang tambal ban yg ternyata membawa kenangan yg cukup mendalam di hati Beliau.
Ceritanya Ust. Yusuf Mansyur sangat tertarik ketika melihat wajah Pemuda tsb yg terlihat cukup rapi utk ukuran seorang Tukang tambal ban. Akhirnya Beliau bertanya tentang latar belakang Pemuda tsb dan ternyata Pemuda tsb memang berlatar pendidikan yg cukup tinggi yaitu Sarjana Akuntansi…
Wah….luar biasa pikir Beliau seorang sarjana mau menjadi tukang tambal ban……
“Nggak pp Pak Ustadz yg penting pekerjaan saya halal” demikian jawab Pemuda tsb.
Ketika ditanya Beliau, sdh berapa lama jadi Penambal ban ? …Nah disinilah menurut Ustadz Mansyur permasalahan yg cukup serius….ternyata Pemuda tsb lulus S1 tahun 2000 nganggur 6 tahun s/d 2006, dan sejak 2 tahun yg lau kerja sbg Tukang tambal sampai Thn 2008 ketika ketemu Ust. Yusuf Mansyur tsb.
Karena perihatin Beliau tanya berapa penghasilan per hari nya ? Ternyata di jawab Pemuda tsb rata2 Rp. 15 ribu per hari.
Akhirnya setelah selesai menambal ban, Pak Ustadz berpesan ” Anak muda, coba lakukan ini, baca Surah Alwaqiah tiap Pagi dan Sore dan sedekahkan pendapatan mu, Moga Insya Allah penghidupan mu akan berubah”….
Singkat cerita karena kepadatan jadwal beliau dalam berdakwah, Pak Ustadz sdh tdk ingat lagi peristiwa tsb, tiba-2 di bulan Juni 2009 , +/- 1,5 tahun kemudian, ada undangan pembukaan sebuah Franchise dengan total Investasi +/- Rp. 5 Milyar.
Pada awalnya Pak Ustadz sempat bingung siapa yg mengundang ?, setelah di teliti dan dicari informasi……. ternyata Pemuda Sang Penambal Ban itulah yg mengundang Beliau…….. Subhanallah.
Ketika Beliau ketemu langsung dgn si Pemuda dan ditanya gimana ceritanya bisa berubah demikian dahsyatnya…..
Dengan jawaban yg ringkas dan sederhana Pemuda tsb menjawab :
” Tidak ada strategi yg khusus Pak Ustadz, saya hanya menerapkan pesan Bpk 1,5 tahun yg lalu, yaitu rutin dan istiqomah baca Surah Alwaqiah setiap pagi dan sore/malam, serta rajin bersedekah, itu saja, tapi dampaknya usaha dan ikhtiar saya selalu dimudahkan hingga bisa seperti sekarang ini….”.
Subhanallah…..ternyata utk merubah nasib tdk susah, cukup yakini ayat-ayatNYA dan rajin2 lah bersedekah….
Yang lebih dahsyat adalah ketika Pak Ustadz nanya : ” Kamu tahu tidak maksud dan arti ayat2 yg ada dalam surah Alwaqiah tsb ?”
“Tidak Pak Ustadz, saya hanya tahu membacanya aja” Jawab Pemuda tsb.
“Oke, kalau arti Surah Alwaqiah aja, tahu nggak ? ” kejar Pak Ustadz.
Dengan polosnya Pemuda tsb menjawab ” Nggak tahu juga Pak Ustadz”
Subhanallah, Allahuakbar……..inilah luar biasanya Alquran, orang yang membaca dan meyakininya saja meskipun tdk tahu artinya sama sekali bisa merasakan dampak dan berkah yang luar biasa……..apalagi kalau kita juga membaca, dan mau mempelajari shg mengerti arti dan maksud yg kita baca…tentunya dampaknya akan sangat2 luar biasa….
So…mari saat ini juga kita budayakan baca Alquran setiap hari….Tiada hari tanpa Alquran….dan kita pupuk kebiasaan gemar bersedekah…Moga kita diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat, Aamiin ya Rabbal ‘Aalamiin.
Mendengar dan menyimak ceramah Beliau yg begitu luar biasa rasanya hidup ini jadi tetap semangat dan optimis menghadapi masa depan yg bagimanapun suramnya menurut perspektif kita sbg manusia biasa.
Pagi itu Beliau bercerita tentang seorang penambal Ban.
Suatu ketika di tahun 2008, Beliau lagi pengen menambal ban yg bocor dan akhirnya Beliau ketemu seorang Pemuda tukang tambal ban yg ternyata membawa kenangan yg cukup mendalam di hati Beliau.
Ceritanya Ust. Yusuf Mansyur sangat tertarik ketika melihat wajah Pemuda tsb yg terlihat cukup rapi utk ukuran seorang Tukang tambal ban. Akhirnya Beliau bertanya tentang latar belakang Pemuda tsb dan ternyata Pemuda tsb memang berlatar pendidikan yg cukup tinggi yaitu Sarjana Akuntansi…
Wah….luar biasa pikir Beliau seorang sarjana mau menjadi tukang tambal ban……
“Nggak pp Pak Ustadz yg penting pekerjaan saya halal” demikian jawab Pemuda tsb.
Ketika ditanya Beliau, sdh berapa lama jadi Penambal ban ? …Nah disinilah menurut Ustadz Mansyur permasalahan yg cukup serius….ternyata Pemuda tsb lulus S1 tahun 2000 nganggur 6 tahun s/d 2006, dan sejak 2 tahun yg lau kerja sbg Tukang tambal sampai Thn 2008 ketika ketemu Ust. Yusuf Mansyur tsb.
Karena perihatin Beliau tanya berapa penghasilan per hari nya ? Ternyata di jawab Pemuda tsb rata2 Rp. 15 ribu per hari.
Akhirnya setelah selesai menambal ban, Pak Ustadz berpesan ” Anak muda, coba lakukan ini, baca Surah Alwaqiah tiap Pagi dan Sore dan sedekahkan pendapatan mu, Moga Insya Allah penghidupan mu akan berubah”….
Singkat cerita karena kepadatan jadwal beliau dalam berdakwah, Pak Ustadz sdh tdk ingat lagi peristiwa tsb, tiba-2 di bulan Juni 2009 , +/- 1,5 tahun kemudian, ada undangan pembukaan sebuah Franchise dengan total Investasi +/- Rp. 5 Milyar.
Pada awalnya Pak Ustadz sempat bingung siapa yg mengundang ?, setelah di teliti dan dicari informasi……. ternyata Pemuda Sang Penambal Ban itulah yg mengundang Beliau…….. Subhanallah.
Ketika Beliau ketemu langsung dgn si Pemuda dan ditanya gimana ceritanya bisa berubah demikian dahsyatnya…..
Dengan jawaban yg ringkas dan sederhana Pemuda tsb menjawab :
” Tidak ada strategi yg khusus Pak Ustadz, saya hanya menerapkan pesan Bpk 1,5 tahun yg lalu, yaitu rutin dan istiqomah baca Surah Alwaqiah setiap pagi dan sore/malam, serta rajin bersedekah, itu saja, tapi dampaknya usaha dan ikhtiar saya selalu dimudahkan hingga bisa seperti sekarang ini….”.
Subhanallah…..ternyata utk merubah nasib tdk susah, cukup yakini ayat-ayatNYA dan rajin2 lah bersedekah….
Yang lebih dahsyat adalah ketika Pak Ustadz nanya : ” Kamu tahu tidak maksud dan arti ayat2 yg ada dalam surah Alwaqiah tsb ?”
“Tidak Pak Ustadz, saya hanya tahu membacanya aja” Jawab Pemuda tsb.
“Oke, kalau arti Surah Alwaqiah aja, tahu nggak ? ” kejar Pak Ustadz.
Dengan polosnya Pemuda tsb menjawab ” Nggak tahu juga Pak Ustadz”
Subhanallah, Allahuakbar……..inilah luar biasanya Alquran, orang yang membaca dan meyakininya saja meskipun tdk tahu artinya sama sekali bisa merasakan dampak dan berkah yang luar biasa……..apalagi kalau kita juga membaca, dan mau mempelajari shg mengerti arti dan maksud yg kita baca…tentunya dampaknya akan sangat2 luar biasa….
So…mari saat ini juga kita budayakan baca Alquran setiap hari….Tiada hari tanpa Alquran….dan kita pupuk kebiasaan gemar bersedekah…Moga kita diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat, Aamiin ya Rabbal ‘Aalamiin.
28 November 2012
Menjadi Pemaaf
Dikisahkan bahwa seseorang laki-laki yang meminta izin untuk bertemu sahabat Umar bin Khaththab. Setelah orang itu diizinkan, dia berkata, ”Wahai Ibnul-Khaththab, demi Allah, engkau tidak memberi kami yang banyak dan tidak membuat keputusan di antara kami secara adil.”
Umar pun marah besar mendengarnya, bahkan hampir saja dia memukulnya. Namun Al-Hurr bin Qais segera mencegah seraya berkata, ”Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah pernah berfirman kepada Nabi SAW, ’Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (QS. al-A'raaf, 7 : 199).
Maka Umar pun mengurungkan niatnya untuk menghajar orang itu setelah dibacakan ayat ini. Setelah itu pikirannya terus menerawang terhadap Kitab Allah. Demikian dalam riwayat al-Bukhari, dari Ibnu Abbas RA.
Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin memberikan komentar, rupanya Sayyidina Umar dalam hal ini telah berusaha untuk meneladani keteladanan agung yang telah dicontohkan oleh Rasulullah manakala perang Uhud sedang berkecamuk.
Ketika Rasulullah SAW diminta oleh para sahabatnya untuk mendoakan kecelakaan bagi orang-orang yang telah menyakitinya. Namun Nabi SAW justru menjawab, ”Aku sekali-kali tidak diutus untuk melaknat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan sebagai rahmat.”
Lalu Rasulullah mengangkat tangannya menengadah ke atas langit seraya berdoa, ”Wahai Tuhanku ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”
Rasulullah bahkan tidak berniat membalas dendam, namun malah memaafkan mereka dan kemudian dengan rasa kasih sayang beliau mendo'akan agar mereka diberi ampunan dari Tuhan, karena dianggap nya mereka masih belum tahu tujuan ajakan baik yang dilakukannya.
Dalam perang Uhud ini juga, seorang budak hitam bernama Wahsyi, yang dijanjikan oleh tuannya untuk dimerdekakan bila dapat membunuh paman Nabi bernama Hamzah bin Abdul Muththalib RA yang ternyata berhasil, juga diampuni oleh Nabi setelah ia masuk Islam.
Walaupun Rasulullah telah menguasai Wahsyi dan dapat melakukan pembalasan, namun tidak melakukan bahkan memaafkannya. Alangkah tingginya akhlak ini. (Nahdlatul Ulama)
Maka Umar pun mengurungkan niatnya untuk menghajar orang itu setelah dibacakan ayat ini. Setelah itu pikirannya terus menerawang terhadap Kitab Allah. Demikian dalam riwayat al-Bukhari, dari Ibnu Abbas RA.
Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin memberikan komentar, rupanya Sayyidina Umar dalam hal ini telah berusaha untuk meneladani keteladanan agung yang telah dicontohkan oleh Rasulullah manakala perang Uhud sedang berkecamuk.
Ketika Rasulullah SAW diminta oleh para sahabatnya untuk mendoakan kecelakaan bagi orang-orang yang telah menyakitinya. Namun Nabi SAW justru menjawab, ”Aku sekali-kali tidak diutus untuk melaknat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan sebagai rahmat.”
Lalu Rasulullah mengangkat tangannya menengadah ke atas langit seraya berdoa, ”Wahai Tuhanku ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”
Rasulullah bahkan tidak berniat membalas dendam, namun malah memaafkan mereka dan kemudian dengan rasa kasih sayang beliau mendo'akan agar mereka diberi ampunan dari Tuhan, karena dianggap nya mereka masih belum tahu tujuan ajakan baik yang dilakukannya.
Dalam perang Uhud ini juga, seorang budak hitam bernama Wahsyi, yang dijanjikan oleh tuannya untuk dimerdekakan bila dapat membunuh paman Nabi bernama Hamzah bin Abdul Muththalib RA yang ternyata berhasil, juga diampuni oleh Nabi setelah ia masuk Islam.
Walaupun Rasulullah telah menguasai Wahsyi dan dapat melakukan pembalasan, namun tidak melakukan bahkan memaafkannya. Alangkah tingginya akhlak ini. (Nahdlatul Ulama)
26 November 2012
Memuliakan Anak Yatim
Siang itu, di salah satu sudut Kota Madinah, sejumlah anak sedang asyik bermain. Semuanya mengenakan pakaian baru dan sangat gembira. Hari itu bertepatan dengan Idul Fitri. Di belakangnya,
seorang anak tampak bersedih.
Seorang lelaki dengan penuh saksama memerhatikan mereka, tak terkecuali anak yang bersedih itu. Lelaki ini pun mendekatinya, kemudian bertanya, “Wahai ananda, mengapa engkau tak bermain seperti teman-temanmu yang lainnya.?”
Dengan berurai air mata, ia menjawab, “Wahai tuan, saya sangat sedih. Teman-teman saya gembira memakai pakaian baru, dan saya tak punya siapa-siapa untuk membeli pakaian baru.”
Lelaki ini kembali bertanya, “Kemanakah orang tuamu?” Anak kecil ini menuturkan ayahnya telah syahid karena ikut berperang bersama Rasulullah. Sedangkan ibunya menikah lagi, sedangkan semua harta ayahnya dibawa serta, dan ayah tirinya telah mengusirnya dari rumah.
Lelaki ini pun kemudian memeluk dan membelainya. “Wahai ananda, mau engkau kalau saya menjadi ayahmu, Aisyah sebagai ibumu, dan Fatimah jadi saudarimu?”
Anak kecil itu pun tampak sangat gembira. Lelaki itu lalu membawa anak itu ke rumahnya, dan memberikan pakaian yang layak untuknya.
Beberapa saat kemudian, anak itu kembali menemui teman-temannya. Ia tampak sangat bahagia dengan pakaian yang lebih baru. Menyaksikan hal itu, teman-teman sebaya heran dan bertanya-tanya. “Kemarin aku lapar, haus, dan yatim. Tetapi sekarang aku bahagia, karena Rasulullah SAW menjadi ayahku. Aisyah ibuku, Ali adalah pamanku dan Fatimah saudariku. Bagaimana aku tak bahagia,” ujarnya.
Setelah mendengarkan perubahan itu, giliran teman-temannya yang bersedih. Mereka iri dengan anak itu, karena kini lelaki yang membawanya telah menjadi orang tua asuhnya yang tak lain adalah Rasulullah SAW.
Ketika Rasulullah SAW wafat, anak itu kembali menangis dan bersimpuh di atas pusara Rasul SAW dengan berlinang air mata. “Ya Allah, hari ini aku menjadi yatim yang sebenarnya. Ayahku yang sangat mencintaiku sudah tiada. Apakah aku harus hidup sebatangkara lagi?”
Mendengar hal itu, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq menghampirinya sambil membujuk dan memeluknya. “Akulah yang akan menjadi pengganti ayahmu yang sudah tiada.” (Diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA).
Kisah ini memberikan pelajaran bahwa menyantuni, memelihara, dan mengasuh anak yatim merupakan tanggung jawab kita semua. Kita berkewajiban untuk memberinya makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang layak, serta pendidikan yang memadai hingga mereka dewasa.
Rasulullah SAW adalah teladan umat manusia. Beliau sangat mengasihi dan menyayangi anak-anak yatim. Dalam salah satu sabdanya, Rasul menjelaskan, bahwa kedudukan orang yang memuliakan, menyantuni dan mengasihi anak yatim, akan mendapatkan surga yang jaraknya bagaikan jari telunjuk dan jari tengah.
Rasul SAW sangat membenci orang-orang yang menelantarkan anak yatim. Dalam Alquran, Allah SWT mengecam orang-orang yang suka menghardik anak yatim, dan enggan memberi makan fakir miskin. Allah menyebut mereka itu sebagai pendusta agama. (QS al-Ma’un [105]: 1-5). Wallahu a’lam...
Seorang lelaki dengan penuh saksama memerhatikan mereka, tak terkecuali anak yang bersedih itu. Lelaki ini pun mendekatinya, kemudian bertanya, “Wahai ananda, mengapa engkau tak bermain seperti teman-temanmu yang lainnya.?”
Dengan berurai air mata, ia menjawab, “Wahai tuan, saya sangat sedih. Teman-teman saya gembira memakai pakaian baru, dan saya tak punya siapa-siapa untuk membeli pakaian baru.”
Lelaki ini kembali bertanya, “Kemanakah orang tuamu?” Anak kecil ini menuturkan ayahnya telah syahid karena ikut berperang bersama Rasulullah. Sedangkan ibunya menikah lagi, sedangkan semua harta ayahnya dibawa serta, dan ayah tirinya telah mengusirnya dari rumah.
Lelaki ini pun kemudian memeluk dan membelainya. “Wahai ananda, mau engkau kalau saya menjadi ayahmu, Aisyah sebagai ibumu, dan Fatimah jadi saudarimu?”
Anak kecil itu pun tampak sangat gembira. Lelaki itu lalu membawa anak itu ke rumahnya, dan memberikan pakaian yang layak untuknya.
Beberapa saat kemudian, anak itu kembali menemui teman-temannya. Ia tampak sangat bahagia dengan pakaian yang lebih baru. Menyaksikan hal itu, teman-teman sebaya heran dan bertanya-tanya. “Kemarin aku lapar, haus, dan yatim. Tetapi sekarang aku bahagia, karena Rasulullah SAW menjadi ayahku. Aisyah ibuku, Ali adalah pamanku dan Fatimah saudariku. Bagaimana aku tak bahagia,” ujarnya.
Setelah mendengarkan perubahan itu, giliran teman-temannya yang bersedih. Mereka iri dengan anak itu, karena kini lelaki yang membawanya telah menjadi orang tua asuhnya yang tak lain adalah Rasulullah SAW.
Ketika Rasulullah SAW wafat, anak itu kembali menangis dan bersimpuh di atas pusara Rasul SAW dengan berlinang air mata. “Ya Allah, hari ini aku menjadi yatim yang sebenarnya. Ayahku yang sangat mencintaiku sudah tiada. Apakah aku harus hidup sebatangkara lagi?”
Mendengar hal itu, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq menghampirinya sambil membujuk dan memeluknya. “Akulah yang akan menjadi pengganti ayahmu yang sudah tiada.” (Diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA).
Kisah ini memberikan pelajaran bahwa menyantuni, memelihara, dan mengasuh anak yatim merupakan tanggung jawab kita semua. Kita berkewajiban untuk memberinya makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang layak, serta pendidikan yang memadai hingga mereka dewasa.
Rasulullah SAW adalah teladan umat manusia. Beliau sangat mengasihi dan menyayangi anak-anak yatim. Dalam salah satu sabdanya, Rasul menjelaskan, bahwa kedudukan orang yang memuliakan, menyantuni dan mengasihi anak yatim, akan mendapatkan surga yang jaraknya bagaikan jari telunjuk dan jari tengah.
Rasul SAW sangat membenci orang-orang yang menelantarkan anak yatim. Dalam Alquran, Allah SWT mengecam orang-orang yang suka menghardik anak yatim, dan enggan memberi makan fakir miskin. Allah menyebut mereka itu sebagai pendusta agama. (QS al-Ma’un [105]: 1-5). Wallahu a’lam...
25 November 2012
Hidup Ini Sudah Bahagia
KETIKA aku ingin hidup KAYA,
Aku lupa bahwa HIDUP adalah KEKAYAAN.
KETIKA aku takut MEMBERI,
Aku lupa bahwa semua yang aku miliki adalah PEMBERIAN.
Aku lupa bahwa dalam KELEMAHAN, Allah
memberi aku KEKUATAN.
KETIKA aku takut RUGI,
HIDUP ini sangatlah INDAH jika
Adakalanya yang TERINDAH bukanlah yang
TERBAIK,
KETIKA kita mampu dan mau MENERIMA semua
KEKURANGAN & KELEBIHAN...
Itulah KEBAHAGIAAN.
Aku lupa bahwa HIDUP adalah KEKAYAAN.
KETIKA aku takut MEMBERI,
Aku lupa bahwa semua yang aku miliki adalah PEMBERIAN.
KETIKA aku ingin jadi yang TERKUAT,
Aku lupa bahwa dalam KELEMAHAN, Allah
KETIKA aku takut RUGI,
Aku lupa bahwa HIDUPKU adalah sebuah
KEBERUNTUNGAN.HIDUP ini sangatlah INDAH jika
MENSYUKURI apa yang sudah ada.
Adakalanya yang TERINDAH bukanlah yang
KETIKA kita mampu dan mau MENERIMA semua
KEKURANGAN & KELEBIHAN...
Itulah KEBAHAGIAAN.
24 November 2012
Setitik Air Mata Ibu Jatuh
Ketika kita lapar… tangan ibu yang menyuap. Ketika kita haus… tangan ibu yang memberi minuman. Ketika kita menangis… tangan ibu yang mengusap air mata kita. Ketika kita gembira… tangan ibu yang menadah syukur, memeluk erat dengan deraian air mata bahagia. Ketika kita mengantuk…tangan ibu yang menidurkan dengan penuh kasih sayang. Ketika kita mandi… tangan ibu yang meratakan air ke seluruh badan membersihkan segala kotoran. Ketika kita dilanda masalh…. Tangan ibu yang membelai duka sambil berkata.: sabar nak, sabar ya saying.
Namun, ketika ibu sudah tua dan kelaparan.. tiada tangan dari anak yang menyuap. Dengan tangan yang bergetar, ibu suap sendiri makanan ke mulut dengan linangan air mata. Ketika ibu sakit… dimana tangan anak yang ibu harapkan dapat merawat sakitnya seorang ibu? Ketika nyawa ibu berpisah dari jasad… ketika jenazah ibu hendak dimandikan… dimana tangan anak yang ibu harapkan untuk menyirami jenazah ibu buat yang terakhir kali.
Tangan ibu, tangan ajaib… sentuhan ibu, sentuhan kasih… bisa membawa ke syurga firdausi… ciumlah tangan ibu, sebelum ibu pergi bertemu Illahi dan takkan kembali lagi….
Namun, ketika ibu sudah tua dan kelaparan.. tiada tangan dari anak yang menyuap. Dengan tangan yang bergetar, ibu suap sendiri makanan ke mulut dengan linangan air mata. Ketika ibu sakit… dimana tangan anak yang ibu harapkan dapat merawat sakitnya seorang ibu? Ketika nyawa ibu berpisah dari jasad… ketika jenazah ibu hendak dimandikan… dimana tangan anak yang ibu harapkan untuk menyirami jenazah ibu buat yang terakhir kali.
Tangan ibu, tangan ajaib… sentuhan ibu, sentuhan kasih… bisa membawa ke syurga firdausi… ciumlah tangan ibu, sebelum ibu pergi bertemu Illahi dan takkan kembali lagi….
23 November 2012
Uang Jajan Untuk Pengemis
Seorang ayah ingin mengajarkan kepada anaknya sejak dini yang baru duduk dikelas 3 SD untuk mengatur uang jajannya. Sang anak diberi uang Rp 30.000 perminggu (termasuk ongkos ojek). Biasanya uang tersebut diberikan sang ayah sehari sebelum anaknya masuk sekolah.
Pada minggu pagi mereka berdua hendak jalan-jalan ke kota untuk menikmati liburan. Sebelum berangkat, tak lupa sang ayah memberikan uang jajan mingguan anaknya dengan tiga lembar uang Rp 10.000. Dan uang tersebut disimpan rapi dalam saku celananya.
Ditengah keasikan sang ayah dan anaknya menikmati hari libur mereka, tiba-tiba keduanya dikejutkan dengan kedatangan seorang kakek pengemis yangg telah tua renta sambil memelas.
Tak tega melihat sang kakek tua memelas, sang anak dengan sigap langsung mengeluarkan 3 lembar uang 10.000,- dari saku celana dan diberikan seluruhnya.
Kontan saja kakek pengemis ini terlihat sangat senang seraya mengucapkan rasa syukur dan terimakasih yang tak terkira kepada sang anak dan ayahnya ini.
Setelah si kakek tua berlalu, kemudian sang ayah bertanya;
“Sayang, kenapa kamu berikan semua uangmu untuk kakek itu? Bukankah satu lembar saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hingga nanti malam?”
“Ayah..kalau kakek tua itu ikhlas menerima yang sedikit maka aku ikhlas untuk memberikan yang lebih besar!” Jawab anaknya dengan wajah tersenyum..
“DEG!!!” Hati sang ayah langsung tersentak kaget mendengar jawaban tersebut.
“Nah, terus uang jajanmu untuk seminggu ke depan bagaimana?” Tanya sang ayah mencoba menguji.
“Kan aku masih punya ayah dan Ibu! Tidak seperti kakek tua itu yang mungkin hanya hidup sebatangkara di dunia ini.” Balas anaknya.
“Kenapa kamu begitu yakin kalo ayah dan Ibu akan mengganti uang jajanmu? Ayah nggak janji loh?” Kembali sang ayah mengujinya.
“Kalo ayah merasa bahwa aku adalah amanah dari Allah yang dititipkan kepada ayah dan Ibu, maka aku sangat yakin ayah dan Ibu tak akan membiarkan aku kelaparan seperti kakek tua itu..” Jawab sang anak mantap.
Seakan sang ayah tak percaya dengan jawaban dari putranya hingga ia kehabisan kata-kata. Ia tak menyangka jawaban seperti itu keluar dari seorang bocah kelas 3 SD. Ia seperti sedang berhadapan dengan seorang ulama besar dan ia tak bernilai apa-apa ketika berada dihadapannya.
Lalu ia berjongkok dan memegang kedua pundak anaknya..
“Sayang…ayah dan Ibu janji akan selalu menjaga dan merawatmu hingga Allah tetapkan batas umur ini. Ayah sangat sayang padamu..” Sambil kedua matanya berkaca-kaca seolah tak kuat menahan haru..
Sambil memegang kedua pipi ayahnya, sang anak membalas,
“Ayah tak perlu berkata seperti itu. Sejak dulu aku sudah tahu bahwa ayah dan Ibu sangat mencintai dan menyayangiku. Kelak jika aku sudah dewasa aku akan selalu menjaga ayah dan Ibu, dan aku tidak akan membiarkan ayah dan Ibu hidup dijalan seperti kakek tua itu…”
Dan airmata sang ayahpun tak terbendung mendengar jawaban tulus dari anaknya. Dipeluklah tubuh mungil itu dengan sangat erat. Dan kedua larut dalam haru dan kasih sayang.
Anak ibarat kertas putih yang kita bisa tulis apa saja.
Pada minggu pagi mereka berdua hendak jalan-jalan ke kota untuk menikmati liburan. Sebelum berangkat, tak lupa sang ayah memberikan uang jajan mingguan anaknya dengan tiga lembar uang Rp 10.000. Dan uang tersebut disimpan rapi dalam saku celananya.
Ditengah keasikan sang ayah dan anaknya menikmati hari libur mereka, tiba-tiba keduanya dikejutkan dengan kedatangan seorang kakek pengemis yangg telah tua renta sambil memelas.
Tak tega melihat sang kakek tua memelas, sang anak dengan sigap langsung mengeluarkan 3 lembar uang 10.000,- dari saku celana dan diberikan seluruhnya.
Kontan saja kakek pengemis ini terlihat sangat senang seraya mengucapkan rasa syukur dan terimakasih yang tak terkira kepada sang anak dan ayahnya ini.
Setelah si kakek tua berlalu, kemudian sang ayah bertanya;
“Sayang, kenapa kamu berikan semua uangmu untuk kakek itu? Bukankah satu lembar saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hingga nanti malam?”
“Ayah..kalau kakek tua itu ikhlas menerima yang sedikit maka aku ikhlas untuk memberikan yang lebih besar!” Jawab anaknya dengan wajah tersenyum..
“DEG!!!” Hati sang ayah langsung tersentak kaget mendengar jawaban tersebut.
“Nah, terus uang jajanmu untuk seminggu ke depan bagaimana?” Tanya sang ayah mencoba menguji.
“Kan aku masih punya ayah dan Ibu! Tidak seperti kakek tua itu yang mungkin hanya hidup sebatangkara di dunia ini.” Balas anaknya.
“Kenapa kamu begitu yakin kalo ayah dan Ibu akan mengganti uang jajanmu? Ayah nggak janji loh?” Kembali sang ayah mengujinya.
“Kalo ayah merasa bahwa aku adalah amanah dari Allah yang dititipkan kepada ayah dan Ibu, maka aku sangat yakin ayah dan Ibu tak akan membiarkan aku kelaparan seperti kakek tua itu..” Jawab sang anak mantap.
Seakan sang ayah tak percaya dengan jawaban dari putranya hingga ia kehabisan kata-kata. Ia tak menyangka jawaban seperti itu keluar dari seorang bocah kelas 3 SD. Ia seperti sedang berhadapan dengan seorang ulama besar dan ia tak bernilai apa-apa ketika berada dihadapannya.
Lalu ia berjongkok dan memegang kedua pundak anaknya..
“Sayang…ayah dan Ibu janji akan selalu menjaga dan merawatmu hingga Allah tetapkan batas umur ini. Ayah sangat sayang padamu..” Sambil kedua matanya berkaca-kaca seolah tak kuat menahan haru..
Sambil memegang kedua pipi ayahnya, sang anak membalas,
“Ayah tak perlu berkata seperti itu. Sejak dulu aku sudah tahu bahwa ayah dan Ibu sangat mencintai dan menyayangiku. Kelak jika aku sudah dewasa aku akan selalu menjaga ayah dan Ibu, dan aku tidak akan membiarkan ayah dan Ibu hidup dijalan seperti kakek tua itu…”
Dan airmata sang ayahpun tak terbendung mendengar jawaban tulus dari anaknya. Dipeluklah tubuh mungil itu dengan sangat erat. Dan kedua larut dalam haru dan kasih sayang.
Anak ibarat kertas putih yang kita bisa tulis apa saja.
21 November 2012
Kisah Sedekah Yang Sungguh Luar Biasa
Kisah sedekah yang satu ini sungguh luar biasa menakjubkan. Di suatu daerah terpencil di kota Malang, ada seorang perempuan tua yang masih tampak segar bugar.
Kulitnya mulus, meskipun sudah terlihat beberapa keriput di susut wajahnya tapi tingkahnya tetap lincah dan jalannya masih seperti ABG. Ia masih suka berlari-lari kecil, jalan-jalan sore dan menyapa tetangga kanan kirinya. Raut wajahnya menunjukan bahwa ketika masih muda, perempuan tua itu pasti sangatlah cantik.
Tiap hari ia tidak pernah absen pergi ke tetanganya. Bahkan hanya untuk urusan sepele seperti menanyakan kabar hari ini. Perempuan tua itu selalu menyempatkan diri untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya.
Membantu tetangga membuat kue, memberi uang seadanya kepada anak-anak kecil di sekitar rumahnya. Ia ramah kepada pengemis ataupun pengamen yang berkunjung ke rumahnya. Sampai-sampai para peminta-minta itu hafal dengan kebaikan hati si nenek.
Begitu juga jika ada orang yang berkunjung ke rumahnya, baik itu orang asing seperti sales yang menawarkan barang ataupun seseorang yang meminta sumbangan, selalu disambutnya dengan hangat oleh si nenek tanpa pernah mengusir ataupun berkata kasar kepeda mereka.
Semua tetangga mengenal si nenek sebagai tetangga yang baik dan suka menolong banyak orang. Sehingga banyak yang suka kepadanya. Tiap hari rumahnya selalu ramai dikunjungi tetangga dekat maupun tetangga jauh.
Pernah suatu hari, salah satu cucunya datang dengan membawa calon istrinya. Calon istrinya heran melihat nenek dari salon suaminya itu sangat lincah dan berbicara lancar layaknya anak muda. Benar-benar tidak terlihat loyo dan kelihatan punya semangat hidup yang tinggi.
Waktu itu calon istri dari cucunya bertanya usia kepada si nenek," Kalau umur nenek sih sudah mencapai 110 tahun bulan Juli kemarin.". Begitu jawab nenek dengan enteng. "110 tahun'? betapa kagetnya calon istri dari cucunya ini.
Apa rahasia dari umur awet muda nek? dengan santai si nenek mengatakan "Kalau rahasia panjang usia itu tidak sekedar panjang usia saja, melainkan juga bagaimana usianya nenek juga bermanfaat bagi orang lain."
Bermanfaat bagi orang lain? sebuah kata-kata yang sangat masuk akal, karena kebanyakan manusia walaupun usianya bisa panjang akan tetapi justru malahan merepotkan orang lain. Kemudian si nenek melanjutkan "Berbagi disini bukan hanya sekedar memberi uang kepada anak yatim, orang miskin atau hal-hal lain yang dilihat banyak orang melainkan juga berbagi hati, mata, telinga, tangan, kaki dan semua anggota tubuhnya kita yang kita punya."
Sebuah jawaban yang dapat diambil sebagai pelajaran bagi semua orang. Bahwa dengan memberi apapun yang kita punya walaupun tidak harus berupa harta akan tetapi hati, mata telinga kaki dan semua anggota tubuh kita rupanya dapat membuat hidup seorang nenek menjadi berkah, silaturahmi yang terus disambung tanpa mengenal lelah. Hidup yang juga didoakan banyak orang lain. Kehadirannya sangat dinantikan dan dirindukan orang lain.
Subhanallah. .....
Kulitnya mulus, meskipun sudah terlihat beberapa keriput di susut wajahnya tapi tingkahnya tetap lincah dan jalannya masih seperti ABG. Ia masih suka berlari-lari kecil, jalan-jalan sore dan menyapa tetangga kanan kirinya. Raut wajahnya menunjukan bahwa ketika masih muda, perempuan tua itu pasti sangatlah cantik.
Tiap hari ia tidak pernah absen pergi ke tetanganya. Bahkan hanya untuk urusan sepele seperti menanyakan kabar hari ini. Perempuan tua itu selalu menyempatkan diri untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya.
Membantu tetangga membuat kue, memberi uang seadanya kepada anak-anak kecil di sekitar rumahnya. Ia ramah kepada pengemis ataupun pengamen yang berkunjung ke rumahnya. Sampai-sampai para peminta-minta itu hafal dengan kebaikan hati si nenek.
Begitu juga jika ada orang yang berkunjung ke rumahnya, baik itu orang asing seperti sales yang menawarkan barang ataupun seseorang yang meminta sumbangan, selalu disambutnya dengan hangat oleh si nenek tanpa pernah mengusir ataupun berkata kasar kepeda mereka.
Semua tetangga mengenal si nenek sebagai tetangga yang baik dan suka menolong banyak orang. Sehingga banyak yang suka kepadanya. Tiap hari rumahnya selalu ramai dikunjungi tetangga dekat maupun tetangga jauh.
Pernah suatu hari, salah satu cucunya datang dengan membawa calon istrinya. Calon istrinya heran melihat nenek dari salon suaminya itu sangat lincah dan berbicara lancar layaknya anak muda. Benar-benar tidak terlihat loyo dan kelihatan punya semangat hidup yang tinggi.
Waktu itu calon istri dari cucunya bertanya usia kepada si nenek," Kalau umur nenek sih sudah mencapai 110 tahun bulan Juli kemarin.". Begitu jawab nenek dengan enteng. "110 tahun'? betapa kagetnya calon istri dari cucunya ini.
Apa rahasia dari umur awet muda nek? dengan santai si nenek mengatakan "Kalau rahasia panjang usia itu tidak sekedar panjang usia saja, melainkan juga bagaimana usianya nenek juga bermanfaat bagi orang lain."
Bermanfaat bagi orang lain? sebuah kata-kata yang sangat masuk akal, karena kebanyakan manusia walaupun usianya bisa panjang akan tetapi justru malahan merepotkan orang lain. Kemudian si nenek melanjutkan "Berbagi disini bukan hanya sekedar memberi uang kepada anak yatim, orang miskin atau hal-hal lain yang dilihat banyak orang melainkan juga berbagi hati, mata, telinga, tangan, kaki dan semua anggota tubuhnya kita yang kita punya."
Sebuah jawaban yang dapat diambil sebagai pelajaran bagi semua orang. Bahwa dengan memberi apapun yang kita punya walaupun tidak harus berupa harta akan tetapi hati, mata telinga kaki dan semua anggota tubuh kita rupanya dapat membuat hidup seorang nenek menjadi berkah, silaturahmi yang terus disambung tanpa mengenal lelah. Hidup yang juga didoakan banyak orang lain. Kehadirannya sangat dinantikan dan dirindukan orang lain.
Subhanallah. .....
20 November 2012
Tidak Ada Pasangan Yang Sempurna
Tidak ada manusia yang terbebas dari kekurangan, tidak terkecuali pasangan kita. Bersiap-siaplah untuk mengalami kekecewaan sehingga rumah tangga kita penuh dengan air mata duka jika kita mengharap pendamping yang sempurna, tanpa kekurangan. Pengharapan kita inilah yang menjadikan pendamping kita selalu tampak penuh kekurangan meski orang-orang di sekelililng kita takjub melihat kesempurnaannya. Sebaliknya, pasangan kita akan senantiasa tampak sempurna apabila kita merelakan hati untuk menerima kekurangan. Satu-satunya cara untuk mendapatkan pendamping yang benar-benar sempurna adalah menerima dia apa adanya.
Menerima pendamping kita apa adanya dengan tidak berharap terlalu banyak, merupakan bekal untuk mencapai kemesraan rumah tangga dan kebahagiaan di akherat. Ini bukan berarti kita tidak boleh mempunyai keinginan untuk memperbaiki kehidupan kita, rumah tangga kita, serta pasangan kita. Akan tetapi, semakin besar harapan kita dalam pernikahan, semakin sulit kita mencapai kebahagiaan dan kemesraan. Sebaliknya, semakin tinggi komitmen pernikahan kita, akan semakin lebar jalan yang terbentang untuk memperoleh kebahagiaan dan kepuasan. Keluh kesah kita terhadap pasangan akan sedikit.
Apa yang membedakan antara harapan terhadap perkawinan dengan komitmen perkawinan? Harapan terhadap perkawinan menunjukkan apa yang ingin kita dapatkan dalam perkawinan. Bila kita memiliki harapan perkawinan yang sangat besar, sulit bagi kita untuk menerima dia apa adanya. Kita akan selalu melihat dia penuh kekurangan. Jika kita menikah karena terpesona oleh kecantikannya, kita akan segera kehilangan kemesraan sehingga tidak bisa berlemah lembut terhadap istri begitu kita mendapati bahwa istri kita sudah tidak memikat lagi. Betapa cepat berlalu dan betapa besar nestapa yang harus ditanggung. Sementara itu, komitmen perkawinan lebih menunjukkan rumah tangga seperti apa yang ingin kita bangun. Kalau boleh memilih, tentu kita mendambakan pasangan yang paling sempurna. Akan tetapi, jika ia memiliki banyak kekurangan, komitmen yang besar diatas pijakan yang kokoh akan membuat kita memiliki kekuatan untuk memperbaiki.
Sebaik apapun pasangan kita, bila ia selalu kita bandingkan dengan harapan sebelum dan sesudah menikah, ia tidak akan pernah mencapai keutamaan sedikitpun. Selalu saja ada yang membuat kita mengeluh dan kecewa sehingga akhirnya dapat membuat kita putus asa. Sebabnya bukan karena dia tidak memiliki keutamaan dan kesempurnaan. Bisa jadi, orang lain memandangnya dengan iri sambil diam-diam berdoa agar mendapatkan pasangan seperti dia. Akan tetapi, jika hati kita keruh dan jiwa kita keras, tidak ada lagi yang dapat membuahkan rasa syukur di hati kita.
Bila kita menuntut kesempurnaan – bukannya menguatkan komitmen untuk mencapai kesempurnaan – jiwa kita akan selalu gelisah. Apapun yang dilakukannya selalu tampak kurang dan penuh cacat., sekalipun orang berdecak kagum melihatnya begitu hebat. Ibarat minum air laut, semakin banyak kita meminumnya, semakin kita kehausan. Seperti itu pula jika rumah tangga ditegakkan dengan tuntutan agar pasangan kita sempurna. Semakin lama kita hidup bersamanya, semakin besar kekecewaan kita.
Jika kita mengalami lonjakan kekecewaan, masalah kecil saja dapat menggoncangkan rumah tangga. Semuanya bermula dari tuntutan kita agar pasangan kita sempurna, meski kita tak merasa menuntut. Tuntutan inilah yang menyebabkan kita kurang mampu merasakan kebaikan meskipun ia sangat baik. Tuntutan pula yang menyebabkan kita kurang bisa menerima dengan lapang dada meskipun ia begitu setia dan penuh perhatian. Sementara itu, penerimaan yang tulus disertai dengan komitmen yang kuat, akan melahirkan kehendak untuk memperbaiki.
No body’s perfect. Tak ada manusia yang sempurna. Akan tetapi, sangat banyak kekurangan yang bisa diperbaiki bersama apabila kita memiliki komitmen yang kuat, kesediaan untuk menerima apa adanya, termasuk mengikhlaskan hati untuk menerima kekurangannya. Kerelaan untuk menerima kekurangan, membuat kita lebih mudah menyukuri kekurangan. Lalu bagaimana caranya memperbaiki kekurangan? Mungkin bukunya Mohammad Fuazil Adhim yang berjudul Agar cinta bersemi indah dapat membantu.
Jika penerimaan yang tulus dan apa adanya akan membuat kita lebih bahagia, pengharapan yang terlalu besar akan membuat kita menuai kekecewaan demi kekecewaan. Pengharapan melahirkan tuntutan-tuntutan di satu sisi dan hambatan untuk bisa merasakan kebaikan di sisi lainnya. Sementara itu, tuntutan akan menjadi beban bagi jiwa kita. Tuntutan menghambat langkah kita dalam memperbaiki diri.
Alhasil, jika engkau menemukan kekurangan pada suami atau istrimu, janganlah engkau mengingat-ingatnya. Ketauhilah kekurangan itu dalam rangka memahami sehingga dapat berlaku baik pada pendamping hidupmu. Jangan pula engkau sibuk menyebut-nyebutnya dengan harapan agar ia segera memperbaiki diri, sebab menyebut-nyebut keburukan dan kekurangan tidak akan memperbaiki masalah. Justru, ia akan semakin sulit untuk dibenahi. Jika engkau sibuk berkeluh kesah terhadap kekurangan yang ada pada pendampingmu, dengan tidak mensyukuri kebaikannya, ia akan terhambat dan terbebani. Keluh kesah yang sering diperdengarkan, membuat orang mudah putus asa dalam menempuh jalan kebaikan.
Kita sendiri punya kekurangan, kenapa kita sibuk menuntut pasangan kita untuk sempurna? Ada amanat yang diemban bersama ketika menikah. Ada ruang untuk saling memperbaiki. Bukan saling mengeluhkan dan menyebut-nyebut kekurangannya.
Terimalah ia apa adanya. Terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati maka akan engkau temukan cinta yang bersemi indah. Sesudahnya, ada perbaikan yang bisa kita lakukan bersama. Bukan tuntutan untuk sempurna.
Menerima pendamping kita apa adanya dengan tidak berharap terlalu banyak, merupakan bekal untuk mencapai kemesraan rumah tangga dan kebahagiaan di akherat. Ini bukan berarti kita tidak boleh mempunyai keinginan untuk memperbaiki kehidupan kita, rumah tangga kita, serta pasangan kita. Akan tetapi, semakin besar harapan kita dalam pernikahan, semakin sulit kita mencapai kebahagiaan dan kemesraan. Sebaliknya, semakin tinggi komitmen pernikahan kita, akan semakin lebar jalan yang terbentang untuk memperoleh kebahagiaan dan kepuasan. Keluh kesah kita terhadap pasangan akan sedikit.
Apa yang membedakan antara harapan terhadap perkawinan dengan komitmen perkawinan? Harapan terhadap perkawinan menunjukkan apa yang ingin kita dapatkan dalam perkawinan. Bila kita memiliki harapan perkawinan yang sangat besar, sulit bagi kita untuk menerima dia apa adanya. Kita akan selalu melihat dia penuh kekurangan. Jika kita menikah karena terpesona oleh kecantikannya, kita akan segera kehilangan kemesraan sehingga tidak bisa berlemah lembut terhadap istri begitu kita mendapati bahwa istri kita sudah tidak memikat lagi. Betapa cepat berlalu dan betapa besar nestapa yang harus ditanggung. Sementara itu, komitmen perkawinan lebih menunjukkan rumah tangga seperti apa yang ingin kita bangun. Kalau boleh memilih, tentu kita mendambakan pasangan yang paling sempurna. Akan tetapi, jika ia memiliki banyak kekurangan, komitmen yang besar diatas pijakan yang kokoh akan membuat kita memiliki kekuatan untuk memperbaiki.
Sebaik apapun pasangan kita, bila ia selalu kita bandingkan dengan harapan sebelum dan sesudah menikah, ia tidak akan pernah mencapai keutamaan sedikitpun. Selalu saja ada yang membuat kita mengeluh dan kecewa sehingga akhirnya dapat membuat kita putus asa. Sebabnya bukan karena dia tidak memiliki keutamaan dan kesempurnaan. Bisa jadi, orang lain memandangnya dengan iri sambil diam-diam berdoa agar mendapatkan pasangan seperti dia. Akan tetapi, jika hati kita keruh dan jiwa kita keras, tidak ada lagi yang dapat membuahkan rasa syukur di hati kita.
Bila kita menuntut kesempurnaan – bukannya menguatkan komitmen untuk mencapai kesempurnaan – jiwa kita akan selalu gelisah. Apapun yang dilakukannya selalu tampak kurang dan penuh cacat., sekalipun orang berdecak kagum melihatnya begitu hebat. Ibarat minum air laut, semakin banyak kita meminumnya, semakin kita kehausan. Seperti itu pula jika rumah tangga ditegakkan dengan tuntutan agar pasangan kita sempurna. Semakin lama kita hidup bersamanya, semakin besar kekecewaan kita.
Jika kita mengalami lonjakan kekecewaan, masalah kecil saja dapat menggoncangkan rumah tangga. Semuanya bermula dari tuntutan kita agar pasangan kita sempurna, meski kita tak merasa menuntut. Tuntutan inilah yang menyebabkan kita kurang mampu merasakan kebaikan meskipun ia sangat baik. Tuntutan pula yang menyebabkan kita kurang bisa menerima dengan lapang dada meskipun ia begitu setia dan penuh perhatian. Sementara itu, penerimaan yang tulus disertai dengan komitmen yang kuat, akan melahirkan kehendak untuk memperbaiki.
No body’s perfect. Tak ada manusia yang sempurna. Akan tetapi, sangat banyak kekurangan yang bisa diperbaiki bersama apabila kita memiliki komitmen yang kuat, kesediaan untuk menerima apa adanya, termasuk mengikhlaskan hati untuk menerima kekurangannya. Kerelaan untuk menerima kekurangan, membuat kita lebih mudah menyukuri kekurangan. Lalu bagaimana caranya memperbaiki kekurangan? Mungkin bukunya Mohammad Fuazil Adhim yang berjudul Agar cinta bersemi indah dapat membantu.
Jika penerimaan yang tulus dan apa adanya akan membuat kita lebih bahagia, pengharapan yang terlalu besar akan membuat kita menuai kekecewaan demi kekecewaan. Pengharapan melahirkan tuntutan-tuntutan di satu sisi dan hambatan untuk bisa merasakan kebaikan di sisi lainnya. Sementara itu, tuntutan akan menjadi beban bagi jiwa kita. Tuntutan menghambat langkah kita dalam memperbaiki diri.
Alhasil, jika engkau menemukan kekurangan pada suami atau istrimu, janganlah engkau mengingat-ingatnya. Ketauhilah kekurangan itu dalam rangka memahami sehingga dapat berlaku baik pada pendamping hidupmu. Jangan pula engkau sibuk menyebut-nyebutnya dengan harapan agar ia segera memperbaiki diri, sebab menyebut-nyebut keburukan dan kekurangan tidak akan memperbaiki masalah. Justru, ia akan semakin sulit untuk dibenahi. Jika engkau sibuk berkeluh kesah terhadap kekurangan yang ada pada pendampingmu, dengan tidak mensyukuri kebaikannya, ia akan terhambat dan terbebani. Keluh kesah yang sering diperdengarkan, membuat orang mudah putus asa dalam menempuh jalan kebaikan.
Kita sendiri punya kekurangan, kenapa kita sibuk menuntut pasangan kita untuk sempurna? Ada amanat yang diemban bersama ketika menikah. Ada ruang untuk saling memperbaiki. Bukan saling mengeluhkan dan menyebut-nyebut kekurangannya.
Terimalah ia apa adanya. Terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati maka akan engkau temukan cinta yang bersemi indah. Sesudahnya, ada perbaikan yang bisa kita lakukan bersama. Bukan tuntutan untuk sempurna.
19 November 2012
Kisah Nyata Pengorbanan Orang Tua
Artikel ini benar-benar kisah nyata dari salah satu orang tua mahasiswa dari kampus saya, semoga dapat menjadi peringatan dan pembelajaran bagi kita semua, mahasiswa.
Kemarin ada Ayah mahasiswa yan
Kemarin ada Ayah mahasiswa yan
g datang dari daerah ke CDC.. Ayah mahasiswa tersebut datang karena kuliah anaknya berantakan, nyaris semua nilainya E karena anak tersebut tidak pernah datang kuliah.
Kedatangan Ayah mahasiswa itu benar2 membuat saya sedih.. Beliau bercerita bahwa agar anaknya dapat kuliah, beliau harus menjual truknya, hartanya yang paling berharga karena dipakai untuk mencari nafkah. Beliau tidak ingin anaknya bernasib sama seperti dirinya, yang tidak mengenyam bangku perkuliahan hingga akhirnya pilihan hidupnya menjadi terbatas. Beliau ingin anaknya kuliah agar memiliki kebanggaan dan hidup lebih baik darinya..
Beliau bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan anaknya. Laptop, tempat kost, dll… semua dipilihkan yang terbaik karena baginya kebahagiaan anak adalah yang utama walaupun terkadang di daerah beliau terpaksa harus menghemat bahkan untuk makan, akan tetapi selama ini hal tersebut tidak pernah diutarakan kepada sang anak. Anaknya hanya tahu beres, saat ingin laptop, maka laptop tersedia. Saat ingin ipad, ipad tersedia. Baginya yang penting anaknya bahagia. Beliau berkata “apapun akan saya berikan kepada anak saya, darah dan nyawa sayapun kalau dia minta akan saya berikan, saya tidak ingin uang, harta, apapun..biarlah apabila anak saya nantinya sukses itu untuk dia saja. Saat ini, saya hanya ingin melihatnya berhasil karena saya ingin dia lebih baik daripada saya”.. Aduh jujur saat itu terharu sekali sekaligus sedih saat mendengarnya, sampai susah sekali menahan emosi saat itu. Sedemikian besarnya pengorbanan orang tua demi anaknya.
Hmm.. bagi teman-teman yang sedang kuliah saat ini, kuliah dengan benar adalah salah satu hal yang dapat membuat orang tua kalian bahagia. Selagi masih bisa, selagi mereka masih ada mendampingi kalian, bahagiakanlah mereka.. Bagi teman-teman yang saat ini merasa kuliah masih belum serius, tolong coba hargai pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang tua kalian. Bertanyalah kepada diri kalian… Sudahkah kalian membahagiakan orang tua kalian?
Kedatangan Ayah mahasiswa itu benar2 membuat saya sedih.. Beliau bercerita bahwa agar anaknya dapat kuliah, beliau harus menjual truknya, hartanya yang paling berharga karena dipakai untuk mencari nafkah. Beliau tidak ingin anaknya bernasib sama seperti dirinya, yang tidak mengenyam bangku perkuliahan hingga akhirnya pilihan hidupnya menjadi terbatas. Beliau ingin anaknya kuliah agar memiliki kebanggaan dan hidup lebih baik darinya..
Beliau bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan anaknya. Laptop, tempat kost, dll… semua dipilihkan yang terbaik karena baginya kebahagiaan anak adalah yang utama walaupun terkadang di daerah beliau terpaksa harus menghemat bahkan untuk makan, akan tetapi selama ini hal tersebut tidak pernah diutarakan kepada sang anak. Anaknya hanya tahu beres, saat ingin laptop, maka laptop tersedia. Saat ingin ipad, ipad tersedia. Baginya yang penting anaknya bahagia. Beliau berkata “apapun akan saya berikan kepada anak saya, darah dan nyawa sayapun kalau dia minta akan saya berikan, saya tidak ingin uang, harta, apapun..biarlah apabila anak saya nantinya sukses itu untuk dia saja. Saat ini, saya hanya ingin melihatnya berhasil karena saya ingin dia lebih baik daripada saya”.. Aduh jujur saat itu terharu sekali sekaligus sedih saat mendengarnya, sampai susah sekali menahan emosi saat itu. Sedemikian besarnya pengorbanan orang tua demi anaknya.
Hmm.. bagi teman-teman yang sedang kuliah saat ini, kuliah dengan benar adalah salah satu hal yang dapat membuat orang tua kalian bahagia. Selagi masih bisa, selagi mereka masih ada mendampingi kalian, bahagiakanlah mereka.. Bagi teman-teman yang saat ini merasa kuliah masih belum serius, tolong coba hargai pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang tua kalian. Bertanyalah kepada diri kalian… Sudahkah kalian membahagiakan orang tua kalian?
18 November 2012
Tak Bisa Melihat Bukan Alasan Mengemis
Ada kesibukan di rumah kecil di Jalan Raya Otista Gg. H. Maung RT 11/03 Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan sejak subuh menjelang. Mansur (33) bersama isterinya mengepakkan bara
ng dagangannya, krupuk untuk dijualnya berkeliling kampung.
Sepintas tidak banyak yang berbeda dengan pedagang-pedagang keliling lain seperti Mansur. Tapi ada kelebihan yang membedakannya dengan orang lain. Kelebihan di balik kekurangannya, Mansur adalah lelaki penyandang cacat tunanetra yang tidak mau berpangku tangan dan menyerah dengan kondisi yang dialaminya, sebaliknya keterbatasan itu dijadikannya modal untuk memupuk semangat.
Mengalami cacat penglihatan memang bukan bawaan sejal lahir. Sejak berusia 5 tahun, Mansur menderita sakit mata, hingga usianya menginjak 10 tahun Mansur benar-benar mengalami mimpi buruk, kebutaan permanen. Meski bukan peristiwa yang mengenakkan, Mansur malah termotivasi untuk tetap survive dan terus berusaha. Hingga pada akhirnya, Mansur mendapatkan jodohnya dan menikahi Iis Nurmayani (30) yang selalu setia menemaninya, dan memberikannya dua buah hati, Muhammad Ansori (11) dan Nova Reviandi (3).
Sebagai orang yang tidak bisa melihat, berkeliling dengan memikul barang dagangan dengan hanya ditemani tongkat sebagai penuntunnya, Mansur sangat menyadari bahaya yang bisa saja menimpanya setiap saat, mulai dari tersandung, terkena benda-benda keras, sampai ditipu pembeli pun bisa saja menghalanginya untuk berusaha. Namun semua itu, ia gantungkan kepada Allah dengan segala apa yang terjadi.
Pendapatannya sebagai pengasong krupuk kering tidaklah cukup jika dibandingkan dengan mahalnya kebutuhan pokok saat ini. Perharinya Rp 2000 ia dapatkan dari hasil penjualan yang rata-rata Rp 5 ribu. Mansur tetap bersyukur dengan keadaannya, dan bangga dengan kondisi yang dialaminya, Mansur masih bisa mencari rejeki yang halal.
Dengan kekurangannya, Mansur selalu berusaha menjadi orang yang bersyukur kepada Allah, “Nikmat Allah begitu besar,” katanya. Dua anak yang didapatkan dari pernikahannya dalam keadaan normal dan sempuna juga menjadi nikmat tersendiri. Ini pula yang menjadikan dia besar harapan di masa yang akan datang.
Selain itu, Mansur yang sebelumnya adalah pengemis jalanan mulai menyadari betapa kekurangan dalam dirinya bukan menjadi alasan untuk meminta-minta dan berharap iba dari orang lain. Mansur juga menyayangkan kawan-kawan sejawatnya yang senasib dengannya masih terus mengadahkan tangan dan meminta, karena baginya di saat ada kemauan untuk tidak bermanja dengan keterbatasan, pasti ada kelebihan di balik kekurangan.
“Kalau ada kemauan pasti pasti ada jalan” imbuhnya. “Kalaupun saya seperti ini, saya yakin di masa yang akan datang anak-anak saya berhasil dan bahagia dengan cita-citanya.”
Di rumah kecil berukuruan 2,5X3 meter dan hanya beralasakan tikar, Mansur merajut kebahagiaan dengan keluarga sederhananya, meski gubuk kecil itu juga bukan milik mereka sendiri. Menurutnya, hanya mata yang tidak melihat tapi anggota tubuh lain masih sempurna jadi belum layak jadi pengemis.
Sepintas tidak banyak yang berbeda dengan pedagang-pedagang keliling lain seperti Mansur. Tapi ada kelebihan yang membedakannya dengan orang lain. Kelebihan di balik kekurangannya, Mansur adalah lelaki penyandang cacat tunanetra yang tidak mau berpangku tangan dan menyerah dengan kondisi yang dialaminya, sebaliknya keterbatasan itu dijadikannya modal untuk memupuk semangat.
Mengalami cacat penglihatan memang bukan bawaan sejal lahir. Sejak berusia 5 tahun, Mansur menderita sakit mata, hingga usianya menginjak 10 tahun Mansur benar-benar mengalami mimpi buruk, kebutaan permanen. Meski bukan peristiwa yang mengenakkan, Mansur malah termotivasi untuk tetap survive dan terus berusaha. Hingga pada akhirnya, Mansur mendapatkan jodohnya dan menikahi Iis Nurmayani (30) yang selalu setia menemaninya, dan memberikannya dua buah hati, Muhammad Ansori (11) dan Nova Reviandi (3).
Sebagai orang yang tidak bisa melihat, berkeliling dengan memikul barang dagangan dengan hanya ditemani tongkat sebagai penuntunnya, Mansur sangat menyadari bahaya yang bisa saja menimpanya setiap saat, mulai dari tersandung, terkena benda-benda keras, sampai ditipu pembeli pun bisa saja menghalanginya untuk berusaha. Namun semua itu, ia gantungkan kepada Allah dengan segala apa yang terjadi.
Pendapatannya sebagai pengasong krupuk kering tidaklah cukup jika dibandingkan dengan mahalnya kebutuhan pokok saat ini. Perharinya Rp 2000 ia dapatkan dari hasil penjualan yang rata-rata Rp 5 ribu. Mansur tetap bersyukur dengan keadaannya, dan bangga dengan kondisi yang dialaminya, Mansur masih bisa mencari rejeki yang halal.
Dengan kekurangannya, Mansur selalu berusaha menjadi orang yang bersyukur kepada Allah, “Nikmat Allah begitu besar,” katanya. Dua anak yang didapatkan dari pernikahannya dalam keadaan normal dan sempuna juga menjadi nikmat tersendiri. Ini pula yang menjadikan dia besar harapan di masa yang akan datang.
Selain itu, Mansur yang sebelumnya adalah pengemis jalanan mulai menyadari betapa kekurangan dalam dirinya bukan menjadi alasan untuk meminta-minta dan berharap iba dari orang lain. Mansur juga menyayangkan kawan-kawan sejawatnya yang senasib dengannya masih terus mengadahkan tangan dan meminta, karena baginya di saat ada kemauan untuk tidak bermanja dengan keterbatasan, pasti ada kelebihan di balik kekurangan.
“Kalau ada kemauan pasti pasti ada jalan” imbuhnya. “Kalaupun saya seperti ini, saya yakin di masa yang akan datang anak-anak saya berhasil dan bahagia dengan cita-citanya.”
Di rumah kecil berukuruan 2,5X3 meter dan hanya beralasakan tikar, Mansur merajut kebahagiaan dengan keluarga sederhananya, meski gubuk kecil itu juga bukan milik mereka sendiri. Menurutnya, hanya mata yang tidak melihat tapi anggota tubuh lain masih sempurna jadi belum layak jadi pengemis.
17 November 2012
Anjing dan Pelacur yang Masuk Surga
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh, rupa luaran dan harta kamu, tetapi melihat kepada hati dan amalan kamu" (Riwayat Muslim)
Serahkan seluruh penilaian hanya kepada Alllah
Pada suatu hari, dalam suatu majelis, seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai, Rasulullah. Apakah hanya orang-orang ahli ibadah saja yang akan masuk surga?”
Dengan tegas Rasulullah menjawab, “Tidak. Sesungguhnya, seseorang itu masuk surga bukan semata-mata karena ibadahnya, melainkan karena ketulusan cintanya kepada Allah.”
Penasaran, orang itu bertanya lagi, “Apa itu berarti… hanya para aulia dan alim-ulama saja yang akan masuk surga?”
Rasulullah kembali menegaskan, “Tidak, bukan begitu. Karena sesungguhnya telah ada seorang pelacur yang masuk ke surga.”
Keruan saja semua yang hadir di majelis itu jadi kaget dan bertanya-tanya. Maka Rasulullah lalu menceritakan mengenai pelacur itu.
Suatu hari, di tengah suatu musim kemarau yang amat kering, tutur Rasulullah, ada seekor anjing liar yang hampir mati kehausan. Anjing ini amat buruk rupanya dan penuh kudis badannya. Karena amat hausnya, anjing itu sampai menjilat-jilat tanah lembab di depan rumah seorang ulama terkenal. Melihat makhluk menjijikkan itu, si ulama segera mengusirnya dan bahkan melemparinya dengan batu.
Pelacur dan anjing kurap adalah ciptaan Allah yang Maha Pengasih, maka kasihilah sebagaimana Allah juga mengasihi mereka.
Anjing itu lari ketakutan sampai ke luar desa, dan akhirnya – karena lelah dan kehausan – hewan malang itu ambruk di pinggir sumur. Nampaknya, tak ada harapan lagi buat anjing itu. Dia pasti mati kalau tidak segera mendapatkan minum.
Namun di saat kritis itu, lewat seorang pelacur. Ia melihat anjing itu, terbaring putus asa dengan lidah terjulur dan napas tersengal-sengal, dan ia merasa iba. Maka, ia lalu melepas terompahnya (alas kakinya) dan merobek gaunnya. Dengan sobekan gaun dan terompah itu ia lantas membuat timba untuk mengambil air dari sumur, lalu memberi anjing itu minum.
Setelah puas minum, anjing itu sehat kembali dan lantas pergi. Si Pelacur merasa gembira melihat anjing itu tidak jadi mati kehausan. Melihat apa yang telah diperbuat oleh hamba-Nya yang pelacur itu, Allah mengatakan kepada malaikatnya: “Catatlah hamba-Ku itu. Dia adalah salah satu hamba-Ku yang akan masuk surga pertama.”
“Subhanallah…!” puji orang-orang yang hadir dalam majelis itu, dengan harapan baru tumbuh dalam hati mereka akan kasih sayang Allah.
Serahkan seluruh penilaian hanya kepada Alllah
Pada suatu hari, dalam suatu majelis, seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai, Rasulullah. Apakah hanya orang-orang ahli ibadah saja yang akan masuk surga?”
Dengan tegas Rasulullah menjawab, “Tidak. Sesungguhnya, seseorang itu masuk surga bukan semata-mata karena ibadahnya, melainkan karena ketulusan cintanya kepada Allah.”
Penasaran, orang itu bertanya lagi, “Apa itu berarti… hanya para aulia dan alim-ulama saja yang akan masuk surga?”
Rasulullah kembali menegaskan, “Tidak, bukan begitu. Karena sesungguhnya telah ada seorang pelacur yang masuk ke surga.”
Keruan saja semua yang hadir di majelis itu jadi kaget dan bertanya-tanya. Maka Rasulullah lalu menceritakan mengenai pelacur itu.
Suatu hari, di tengah suatu musim kemarau yang amat kering, tutur Rasulullah, ada seekor anjing liar yang hampir mati kehausan. Anjing ini amat buruk rupanya dan penuh kudis badannya. Karena amat hausnya, anjing itu sampai menjilat-jilat tanah lembab di depan rumah seorang ulama terkenal. Melihat makhluk menjijikkan itu, si ulama segera mengusirnya dan bahkan melemparinya dengan batu.
Pelacur dan anjing kurap adalah ciptaan Allah yang Maha Pengasih, maka kasihilah sebagaimana Allah juga mengasihi mereka.
Anjing itu lari ketakutan sampai ke luar desa, dan akhirnya – karena lelah dan kehausan – hewan malang itu ambruk di pinggir sumur. Nampaknya, tak ada harapan lagi buat anjing itu. Dia pasti mati kalau tidak segera mendapatkan minum.
Namun di saat kritis itu, lewat seorang pelacur. Ia melihat anjing itu, terbaring putus asa dengan lidah terjulur dan napas tersengal-sengal, dan ia merasa iba. Maka, ia lalu melepas terompahnya (alas kakinya) dan merobek gaunnya. Dengan sobekan gaun dan terompah itu ia lantas membuat timba untuk mengambil air dari sumur, lalu memberi anjing itu minum.
Setelah puas minum, anjing itu sehat kembali dan lantas pergi. Si Pelacur merasa gembira melihat anjing itu tidak jadi mati kehausan. Melihat apa yang telah diperbuat oleh hamba-Nya yang pelacur itu, Allah mengatakan kepada malaikatnya: “Catatlah hamba-Ku itu. Dia adalah salah satu hamba-Ku yang akan masuk surga pertama.”
“Subhanallah…!” puji orang-orang yang hadir dalam majelis itu, dengan harapan baru tumbuh dalam hati mereka akan kasih sayang Allah.
15 November 2012
Jangan Ajak Aku Pacaran !
Cowok : Aku mencintaimu. Aku jatuh cinta kepadamu. Maukah engkau jadi pacarku?
Cewek : Kalau engkau memang mencintaiku, kenapa hanya mengajakku jadi pacarmu?
Cewek : Kalau engkau memang mencintaiku, kenapa hanya mengajakku jadi pacarmu?
Cowok : Lho.. Benar kan? Karena aku mencintaimu maka kuingin menjadikanmu sebagai pacarku?
Cewek : Maaf aku bukanlah gadis yang bodoh. Jika engkau mencintaiku, kenapa mengajakku pada sesua
tu yang tak berguna untuk
masa depanku?
Cowok : Yang tidak berguna? Bukankah pacaran merupakan sebuah jalan untuk saling mengenal pribadi masing-masing antara engkau dan aku?
Cewek : Maaf, Aku tidak sependapat denganmu.
Cowok : Ok.. Tidak apa-apa.
Cewek : Apa engkau masih ingin menjadikanku sebagai pacarmu?
Cowok : Yup, yakin! Dan aku tidak akan menyerah begitu saja.
Cewek : Baiklah kalau begitu. Dengar, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menerimamu!
Cowok : Tapi aku mencintaimu.
Cewek : Tidak! Aku tidak percaya engkau mencintaiku. Kita sudah sama-sama dewasa. Sudah bisa membedakan mana yang baik dan tidak. Aku tidak ingin menghabiskan banyak waktuku untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagiku.
Cowok: Aku serius! Akan aku buktikan cintaku padamu.
Cewek: Akan engkau buktikan dengan apa? Dengan menungguku sampai aku mau? Lagu lama tuh. Terlalu banyak lelaki mengungkapkan begitu, dan banyak pula wanita yang berhasil dibodohi. Dan aku tak mau menjadi wanita yang mudah dibodohi.
Cowok : Lalu dengan apa aku harus membuktikannya?
Cewek : Serius engkau ingin membuktikannya?
Cowok : Iya... Aku serius..!
Cewek : Baiklah. Kalau engkau serius, datanglah kepada kedua orang tuaku. Mintalah ijin kepada mereka untuk melamarku dan segera menikahiku. Bukan hanya memacariku. Engkau sanggup?
Cowok: Hmm.. Baiklah. Aku pikir-pikir dulu ya..
Nah lho.. Kok masih pakai pikir-pikir? ^^
Cewek : Maaf aku bukanlah gadis yang bodoh. Jika engkau mencintaiku, kenapa mengajakku pada sesua
tu yang tak berguna untuk
masa depanku?
Cowok : Yang tidak berguna? Bukankah pacaran merupakan sebuah jalan untuk saling mengenal pribadi masing-masing antara engkau dan aku?
Cewek : Maaf, Aku tidak sependapat denganmu.
Cowok : Ok.. Tidak apa-apa.
Cewek : Apa engkau masih ingin menjadikanku sebagai pacarmu?
Cowok : Yup, yakin! Dan aku tidak akan menyerah begitu saja.
Cewek : Baiklah kalau begitu. Dengar, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menerimamu!
Cowok : Tapi aku mencintaimu.
Cewek : Tidak! Aku tidak percaya engkau mencintaiku. Kita sudah sama-sama dewasa. Sudah bisa membedakan mana yang baik dan tidak. Aku tidak ingin menghabiskan banyak waktuku untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagiku.
Cowok: Aku serius! Akan aku buktikan cintaku padamu.
Cewek: Akan engkau buktikan dengan apa? Dengan menungguku sampai aku mau? Lagu lama tuh. Terlalu banyak lelaki mengungkapkan begitu, dan banyak pula wanita yang berhasil dibodohi. Dan aku tak mau menjadi wanita yang mudah dibodohi.
Cowok : Lalu dengan apa aku harus membuktikannya?
Cewek : Serius engkau ingin membuktikannya?
Cowok : Iya... Aku serius..!
Cewek : Baiklah. Kalau engkau serius, datanglah kepada kedua orang tuaku. Mintalah ijin kepada mereka untuk melamarku dan segera menikahiku. Bukan hanya memacariku. Engkau sanggup?
Cowok: Hmm.. Baiklah. Aku pikir-pikir dulu ya..
Nah lho.. Kok masih pakai pikir-pikir? ^^
14 November 2012
12 Indikasi Hati Yang Mati
1."Tarkush sholah" Berani meninggalkan sholat fardhu,
2. "Adzdzanbu bil farhi" Tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar (QS 7:3),
3. "Karhul Qur'an" Tidak mau membaca bahkan menjauih dengan ayat-ayat Alqur'an,
2. "Adzdzanbu bil farhi" Tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar (QS 7:3),
3. "Karhul Qur'an" Tidak mau membaca bahkan menjauih dengan ayat-ayat Alqur'an,
4. "Hubbul ma'asyi" Terus menerus ma'siyat,
5. "Asikhru" Sibuknya hanya mempergunjing & buruk sangka & merasa dirinya selalu lebih suci,
6. "Ghodbul ulamai" Sangat benci dg nasehat baik & ulama,
7. "Qolbul hajari" Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan & akhirat,
8. "Himmatuhul buthnu" Gilanya pada dunia tanpa peduli halal haram yang penting kaya,
9. "Anaaniyyun" sama sekali masa bodoh keadaan orang lain, saudara bahkan bisa jadi keluarganya sekalipun menderita,
10. "Al intiqoom" Pendendam hebat,
11. "Albukhlu" sangat pelit,
12, "Ghodhbaanun" cepat marah karena keangkuhan & dengki.
Hidupkan hati dengan banyak dzikir, banyak baca kisah para shalihin terdahulu, kisah ibadah keshalihan bagaimana Islam diterapkan dizaman kenabian, para shahabat tabiin, merenung kejadian dalam kehidupan yang merupakan tanda keberadaan Allah SWT yang mutlak berada diatas semuanya, banyak menyebut "Laa ilaaha ilallaah" akrab dengan ilmu, penyampai ilmu Risalah Agama yang mulia ini, perbanyak do'a dekat dengan orang shalih dan lingkungan shalih bukan lingkungan salah, atau lingkungan maksiat, semoga Allah melindungi dan merahmati usaha kita.
5. "Asikhru" Sibuknya hanya mempergunjing & buruk sangka & merasa dirinya selalu lebih suci,
6. "Ghodbul ulamai" Sangat benci dg nasehat baik & ulama,
7. "Qolbul hajari" Tidak ada rasa takut akan peringatan kematian, kuburan & akhirat,
8. "Himmatuhul buthnu" Gilanya pada dunia tanpa peduli halal haram yang penting kaya,
9. "Anaaniyyun" sama sekali masa bodoh keadaan orang lain, saudara bahkan bisa jadi keluarganya sekalipun menderita,
10. "Al intiqoom" Pendendam hebat,
11. "Albukhlu" sangat pelit,
12, "Ghodhbaanun" cepat marah karena keangkuhan & dengki.
Hidupkan hati dengan banyak dzikir, banyak baca kisah para shalihin terdahulu, kisah ibadah keshalihan bagaimana Islam diterapkan dizaman kenabian, para shahabat tabiin, merenung kejadian dalam kehidupan yang merupakan tanda keberadaan Allah SWT yang mutlak berada diatas semuanya, banyak menyebut "Laa ilaaha ilallaah" akrab dengan ilmu, penyampai ilmu Risalah Agama yang mulia ini, perbanyak do'a dekat dengan orang shalih dan lingkungan shalih bukan lingkungan salah, atau lingkungan maksiat, semoga Allah melindungi dan merahmati usaha kita.
13 November 2012
Cara Nabi Muhammad Menghadapi Penghinaan
Kita sering menjumpai penghinaan dan perlakuan yang tidak menyenangkan yang ditujukan kepada Nabi Muhammad dan Alquran, baik melalui kartun maupun fitnah terhadap ayat-ayat Alquran. Kasus terbaru dilakukan Sam Bacile lewat filmnya "Innocence of Muslims". Kita mesti meneladani sikap Rasulullah saw., dalam menghadapi berbagai penghinaan dan fitnah.
Suatu hari di tengah teriknya matahari, Nabi Muhammad saw. mendatangi Kota Thoif untuk mengabarkan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Namun, belum lagi ia selesai menyampaikan risalahnya, para penduduk Thoif melempari beliau dengan batu. Nabi Muhammad pun berlari dengan menderita luka cukup parah. Giginya patah dan berdarah terkena lemparan batu.
Malaikat Jibril segera turun dan menawarkan bantuan kepada Nabi Muhammad. "Wahai kekasih Allah, apa yang kau ingin aku lakukan terhadap mereka. Jika kau mau aku akan membalikkan tanah yang menopang mereka sehingga mereka hilang tertelan bumi."
Bukan hanya kita yang sedih mendengar kisah ini, Jibril pun harus turun tangan melihat Nabi Muhammad dihina dan dianiaya begitu rupa. Namun, apa kata Nabi Muhammad.
"Jangan wahai Jibril. Mereka melakukan itu karena mereka belum tahu. Mungkin hari ini mereka menolak ajaranku, tapi aku berharap anak cucu mereka di kemudian hari akan menjadi pengemban risalahku." Dan doa beliau pun terkabul. Banyak di antara penduduk Thoif di kemudian hari yang menjadi ulama penerus risalah Nabi Muhammad. Begitu mulianya akhlak Rasulullah terhadap orang-orang yang menghina dan menganiayanya. Dan beliau pun ingin umatnya mewarisi akhlak mulia tersebut.
Suatu ketika di dalam Kota Mekah ada seseorang yang sangat membenci Nabi Muhammad. Jika Nabi Muhammad lewat di depan rumahnya, ia melempari beliau dengan batu, tidak jarang pula ia meludahi beliau dari atas rumahnya. Tidak cukup dengan itu, ia pun melempari Nabi dengan kotoran manusia.
Suatu hari orang tersebut jatuh sakit. Ketika Nabi Muhammad melewati rumah itu, ia heran dan bertanya-tanya ke mana orang yang biasanya melemparinya. Setelah diketahuinya orang tersebut sedang sakit, Nabi Muhammad pun mengunjunginya.
Orang tadi seakan tidak percaya jika Muhammad yang selama ini ia caci maki dan ia lempari dengan batu dan kotoran masih mau menengoknya di kala sakit, saat orang lain tidak memedulikannya. Ia pun menangis di hadapan Nabi Muhammad dan saat itu pula ia mengakui kemuliaan Nabi Muhammad dan mengucapkan syahadat.
Nabi Muhammad dengan baik sekali mencontohkan apa yang tertera dalam Alquran, Surat Fushshilat Ayat (34): Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Meskipun penghinaan adalah perbuatan yang tercela, Alquran tidak pernah memuat hukuman bagi pelaku penghinaan atau memberikan wewenang kepada siapa pun untuk melakukan penghakiman. Yang ada adalah seruan untuk meninggalkan orang-orang yang menghina agar penghinaan itu tidak terus berlanjut.
"Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, Maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)". (Qs. Al An'am [6]: 68).
Dalam Qs. Annisaa (4): 140 juga menerangkan hal yang sama. Ayat tersebut bisa menjadi pegangan dalam menyikapi orang-orang yang memfitnah dan memutarbalikkan ayat-ayat Alquran.
Jika hinaan dibalas dengan hujatan, lalu apa bedanya antara orang yang dihina dan orang yang menghujat. Reaksi yang berlebihan terhadap penghinaan akan membuat stigma yang lebih buruk terhadap umat Islam. Jika stigma kekerasan itu mencuat, yang bertepuk tangan adalah para provokator yang tidak senang dengan perdamaian.
Tidak sedikit orang yang menginginkan terciptanya permusuhan antara umat beragama. Daripada membalas hujatan dengan kecaman atau bahkan dengan pembunuhan akan lebih baik jika kita mengajak berdialog orang yang melakukan penghinaan. Dalam dialog kita bisa memperkenalkan pribadi Muhammad yang sesungguhnya. Dengan begitu, bukan mustahil orang yang tadinya menghina akan berbalik menjadi sahabat yang setia seperti yang tertera dalam Alquran surat Fushshilat (41): 34.
Nabi Muhammad sebagai sosok yang berkpribadian mulia menginginkan umatnya memiliki akhlak yang mulia pula. Banyak sekali hujatan dan penganiayaan yang beliau terima, tapi Nabi Muhammad mampu mengatasinya tanpa harus kehilangan kemuliaannya.
Di sudut pasar di Kota Madinah ada seorang buta yang setiap harinya selalu meneriakkan Muhammad orang gila. Setiap hari ada orang yang menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Suatu hari orang buta tersebut merasakan jika orang yang menyuapinya kali ini bukanlah orang yang biasa menyuapinya. Berkatalah orang buta dan tua itu, "Kau bukanlah orang yang biasanya menyuapiku, ke manakah gerangan orang yang biasa menyuapiku."
Orang yang ada di hadapannya bertanya, "Bagaimana kau tahu aku bukanlah orang yang biasa menyuapimu sedangkan engkau adalah orang yang tidak bisa melihat?"
Orang tua itu pun menerangkan, "Orang yang setiap harinya menyuapiku akan mengunyah makanan itu lebih dahulu sebelum memasukkan ke mulutku karena ia tahu gigiku sudah tidak kuat lagi mengunyah makanan."
Orang yang ada di hadapannya yang ternyata adalah Abu Bakar menahan tangis dan bertanya kembali, "Tahukah engkau siapa yang biasa menyuapimu setiap hari?"
Orang tua dan buta itu pun menggelengkan kepala. Abu Bakar barkata, "Orang yang menyuapimu setiap hari adalah Muhammad yang biasa engkau caci maki dan sekarang ia telah tiada."
Betapa terkejutnya orang tua itu mengetahui akan hal itu. Ia pun tersungkur menangis dan seketika itu juga mengucapkan kalimat syahadat sebagai sebuah pengakuan atas ke-Esa-an Tuhan dan kemulian Nabi Muhammad.
Suatu hari di tengah teriknya matahari, Nabi Muhammad saw. mendatangi Kota Thoif untuk mengabarkan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Namun, belum lagi ia selesai menyampaikan risalahnya, para penduduk Thoif melempari beliau dengan batu. Nabi Muhammad pun berlari dengan menderita luka cukup parah. Giginya patah dan berdarah terkena lemparan batu.
Malaikat Jibril segera turun dan menawarkan bantuan kepada Nabi Muhammad. "Wahai kekasih Allah, apa yang kau ingin aku lakukan terhadap mereka. Jika kau mau aku akan membalikkan tanah yang menopang mereka sehingga mereka hilang tertelan bumi."
Bukan hanya kita yang sedih mendengar kisah ini, Jibril pun harus turun tangan melihat Nabi Muhammad dihina dan dianiaya begitu rupa. Namun, apa kata Nabi Muhammad.
"Jangan wahai Jibril. Mereka melakukan itu karena mereka belum tahu. Mungkin hari ini mereka menolak ajaranku, tapi aku berharap anak cucu mereka di kemudian hari akan menjadi pengemban risalahku." Dan doa beliau pun terkabul. Banyak di antara penduduk Thoif di kemudian hari yang menjadi ulama penerus risalah Nabi Muhammad. Begitu mulianya akhlak Rasulullah terhadap orang-orang yang menghina dan menganiayanya. Dan beliau pun ingin umatnya mewarisi akhlak mulia tersebut.
Suatu ketika di dalam Kota Mekah ada seseorang yang sangat membenci Nabi Muhammad. Jika Nabi Muhammad lewat di depan rumahnya, ia melempari beliau dengan batu, tidak jarang pula ia meludahi beliau dari atas rumahnya. Tidak cukup dengan itu, ia pun melempari Nabi dengan kotoran manusia.
Suatu hari orang tersebut jatuh sakit. Ketika Nabi Muhammad melewati rumah itu, ia heran dan bertanya-tanya ke mana orang yang biasanya melemparinya. Setelah diketahuinya orang tersebut sedang sakit, Nabi Muhammad pun mengunjunginya.
Orang tadi seakan tidak percaya jika Muhammad yang selama ini ia caci maki dan ia lempari dengan batu dan kotoran masih mau menengoknya di kala sakit, saat orang lain tidak memedulikannya. Ia pun menangis di hadapan Nabi Muhammad dan saat itu pula ia mengakui kemuliaan Nabi Muhammad dan mengucapkan syahadat.
Nabi Muhammad dengan baik sekali mencontohkan apa yang tertera dalam Alquran, Surat Fushshilat Ayat (34): Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Meskipun penghinaan adalah perbuatan yang tercela, Alquran tidak pernah memuat hukuman bagi pelaku penghinaan atau memberikan wewenang kepada siapa pun untuk melakukan penghakiman. Yang ada adalah seruan untuk meninggalkan orang-orang yang menghina agar penghinaan itu tidak terus berlanjut.
"Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, Maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)". (Qs. Al An'am [6]: 68).
Dalam Qs. Annisaa (4): 140 juga menerangkan hal yang sama. Ayat tersebut bisa menjadi pegangan dalam menyikapi orang-orang yang memfitnah dan memutarbalikkan ayat-ayat Alquran.
Jika hinaan dibalas dengan hujatan, lalu apa bedanya antara orang yang dihina dan orang yang menghujat. Reaksi yang berlebihan terhadap penghinaan akan membuat stigma yang lebih buruk terhadap umat Islam. Jika stigma kekerasan itu mencuat, yang bertepuk tangan adalah para provokator yang tidak senang dengan perdamaian.
Tidak sedikit orang yang menginginkan terciptanya permusuhan antara umat beragama. Daripada membalas hujatan dengan kecaman atau bahkan dengan pembunuhan akan lebih baik jika kita mengajak berdialog orang yang melakukan penghinaan. Dalam dialog kita bisa memperkenalkan pribadi Muhammad yang sesungguhnya. Dengan begitu, bukan mustahil orang yang tadinya menghina akan berbalik menjadi sahabat yang setia seperti yang tertera dalam Alquran surat Fushshilat (41): 34.
Nabi Muhammad sebagai sosok yang berkpribadian mulia menginginkan umatnya memiliki akhlak yang mulia pula. Banyak sekali hujatan dan penganiayaan yang beliau terima, tapi Nabi Muhammad mampu mengatasinya tanpa harus kehilangan kemuliaannya.
Di sudut pasar di Kota Madinah ada seorang buta yang setiap harinya selalu meneriakkan Muhammad orang gila. Setiap hari ada orang yang menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Suatu hari orang buta tersebut merasakan jika orang yang menyuapinya kali ini bukanlah orang yang biasa menyuapinya. Berkatalah orang buta dan tua itu, "Kau bukanlah orang yang biasanya menyuapiku, ke manakah gerangan orang yang biasa menyuapiku."
Orang yang ada di hadapannya bertanya, "Bagaimana kau tahu aku bukanlah orang yang biasa menyuapimu sedangkan engkau adalah orang yang tidak bisa melihat?"
Orang tua itu pun menerangkan, "Orang yang setiap harinya menyuapiku akan mengunyah makanan itu lebih dahulu sebelum memasukkan ke mulutku karena ia tahu gigiku sudah tidak kuat lagi mengunyah makanan."
Orang yang ada di hadapannya yang ternyata adalah Abu Bakar menahan tangis dan bertanya kembali, "Tahukah engkau siapa yang biasa menyuapimu setiap hari?"
Orang tua dan buta itu pun menggelengkan kepala. Abu Bakar barkata, "Orang yang menyuapimu setiap hari adalah Muhammad yang biasa engkau caci maki dan sekarang ia telah tiada."
Betapa terkejutnya orang tua itu mengetahui akan hal itu. Ia pun tersungkur menangis dan seketika itu juga mengucapkan kalimat syahadat sebagai sebuah pengakuan atas ke-Esa-an Tuhan dan kemulian Nabi Muhammad.
07 November 2012
13 Kendaraan Menuju Syurga
- Hormat dan khidmat kepada kedua orang tua
- Menolong,menyantuni anak yatim fakir dan miskin
- Membantu orang orang yang sedang mendapat kesulitan dan kepahitan hidup
- Berbuat baik pada tetangga,tamu,dan kerabat
- Memantapkan silaturahmi dengan semua umat manusia
- Infaq,shadaqah untuk agama dan kemanusiaan
- Rajin menghadiri majlis ta'lim untuk menambah pengetahuan dan keagamaan.
- Banyak melangkahkan kaki ke mesjid untuk shalat jama'ah
- Berdakwah untuk menyampaikan pesan pesan Islam pada orang lain.
- Mengajak keluarga dan oranglain pada kebaikan dan mencegah orang lain pada kejahatan dan kemunkaran
- Membina suasana keakraban dan keharmonisan dalam rumah tangga dan masyarakat
- Tekun dan sungguh sungguh dalam mencari nafkah dan menambah ilmu pengetahuan
- Melakukan perbuatan perbuatan yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
Subscribe to:
Posts (Atom)