Diriwayatkan dari Lukman al-Hakim, seorang lelaki yang di sebut dalam Al-Quran karena kesalehannya. Ia juga di sebut dalam kitab suci sebagai teladan pendidik anak.
Suatu ketika Lukman al-Hakim memberikan pelajaran kepada anaknya dengan mengajaknya melakukan perjalanan dari desa satu ke desa lainnya. Itu dilakukan untuk melihat keadaan masyarakat, sehingga diharapkan anaknya bisa mengambil hikmah, meneladani keberhasilan masyarakat, dan mengetahui kekurangan mereka.
Pada awal perjalannnya, lukman mengendarai keledainya, sedang anaknya menuntun dengan berjalan kaki. Sembari Lukman menuturkan beberapa nasihat, keduanya melewati sekelompok orang, terdengarlah oleh keduanya suara orang - orang itu berkata satu sama lain, "Hai lihat, orang tua itu tidak punya belas kasihan. Ia enak duduk di punggung keledai, sedang anaknya berjalan kaki."
Mendengar itu Lukman kemudian turun, dan menyuruh anaknya naik keledai agar tidak digunjing orang-orang lagi. Keduanya pun melanjitkan perjalanan melewati kota berikutnya. Keduanya melewati sekerumunan orang di pasar. Mereka pun berkata satu sama lain, "Hai lihat, anak itu tidak punya sopan santun, ia enak duduk di atas, sedang bapaknya berjalan kaki."
Mendengar itu, Lukman pun berpikir sejenak, kemudian ia memutuskan untuk naik di atas keledai bersama anaknya, kemudian mereka meneruskan perjalanan ke kota selanjutnya dengan keduanya menunggang keledai. Setelah tiba di kota, ketika melewati penduduk setempat, keduanya kembali digunjing, "Hai lihat, kedua orang itu tidak menaruh belas kasihan dengan binatang lemah, hewan kecil di tunggangi dua orang."
Lukman tersenyum kemudian memutuskan untuk turun dari keledai dan menyirih anaknya turun pula. Kini keduanya sama-sama berjalan dan menuntun keledai. Sesampainya di kota berikutnya, keduanya pun kembali melewati sekelompok orang dan orang-orang itu berkata, "hai lihatm kedua orang itu bodoh sekali punya hewan tunggangan namun tidak ditunggangi."
Lukman akhirnya berhenti dan beristirahat. Ia pun menasehati anaknya, "Wahai anakku, jika kau mengarungi dunia ini tanpa prinsip matang hatimu, niscaya engkau akan terombang-ambing oleh ucapan manusia".
Hikmah : Tanpa prinsip dan pegang hidup, kita tak akan pernah menemukan jati diri. Kita hita hanya akan menjadi sampah yang mengikuti air mengalir.
dikutip dari 30 Kisah Islami Sumber Kebijaksanaan Hidup karya syarif yahya
No comments:
Post a Comment