25 April 2013

Aku Tidak Akan Shalat

Suatu hari, aku turun dari rumah sakit menuju sebuah masjid di luar kawasan rumah sakit. Di salah satu lorong, aku bertemu dengan seorang perempuan yang meminta tolong, di tangannya ada beberapa kertas, ``Apakah Anda melihat suami saya?`` tanyanya. Aku melihat di sekeliling, aku tidak melihat siapa pun.

Dia berkata lagi, ``Itu dia, di pintu kaca.`` Di sana, kulihat seorang pria, tampangnya menjijikkan, air liurnya meleleh, dia hampir tidak tegak berdiri, tubuhnya gemetar, dia membenturkan kepalanya ke pintu, berhenti beberapa jenak, kemudian menampar wajahnya. ``Dia itu adalah suamiku, dia memiliki sebuah obat, jika dia tidak meminumnya, dia akan seperti ini, air liurnya menetes dan membenturkan kepalanya ke tembok. Jika Anda berkenan, tolong ambilkan obat itu di apotek,`` minta wanita itu.

Kami pun berangkat ke apotek. Ketika urusannya selesai, saat aku hendak pergi ke masjid, tiba-tiba wanita itu berkata, ``Semoga Allah membalas Anda dengan yang lebih baik. Aku ingin bercerita kepada Anda. Suamiku ini adalah laki-laki yang kuat. Ketika aku menikah dengannya, dia tidak seperti ini. Dia berakhlak baik, namun dia tidak shalat kecuali kalau sedang ingin saja. Shalat subuh dia lakukan pada jam sepuluh atau jam sebelas. Jika dia ingin, dia shalat.

Pada suatu hari, sekitar pukul 14.30, kita makan siang bersama. Setelah selesai makan dan belum mencuci tangan, dia duduk bersandar di kursi. ``Hei dengar. Itu suara azan,`` kataku kepada suamiku mengingatkan. ``Insya Allah,`` jawabnya. Aku berdiri, mengangkat perabotan. ``Hei dengar. Itu sudah iqamah,`` kataku lagi. ``Insya Allah, sudah insya Allah,`` jawabnya santai. Shalat didirikan di masjid, aku berkata kepadanya, ``Hei... kamu akan ketinggalan shalat,`` kataku mengingatkan. Namun apa jawabnya? Dia berteriak di mukaku, ``Aku tidak akan shalat!`` Dia bangga melakukan dosa.

Shalat sudah selesai. Ketika dia akan berdiri, wajahnya terjatuh ke piring yang belum aku ambil. Dia gemetaran, mulutnya berbusa dan menggelepar. Demi Allah, pemandangannya tidak bisa dilukiskan. Sampai aku sendiri, istrinya tidak bisa mendekatinya.

``Dan apabila dikatakan kepadanya, `Bertakwalah kepada Allah,` bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa....`` (al-Baqarah [2]: 206)

Aku segera turun menemui saudara-saudaranya di lantai dasar. Mereka berlarian mengikutiku menuju lantai atas. Mereka membawanya ke rumah sakit dalam kondisi seperti itu. Beberapa saat, dia dibantu dengan alat napas buatan. Kemudian kondisinya seperti ini. Apabila dia tidak meminum obat, dia akan berbuat seperti tadi. Dia memukuli anak kecil yang tak berdosa, menjambak rambutnya. Sejak saat itu, dia tidak mempunyai pekerjaan dan pendapatan. Betapa banyak nikmat yang Allah limpahkan kepadanya, tetapi dia tidak memanfaatkan, bahkan dia berani mengatakan, ``Apakah dia (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang berkuasa atasnya ? `` (al-Balad [90]: 5)

Akan tetapi Allah mengajarinya shalat, namun dia tidak pernah shalat. Betapa banyak manusia yang memiliki nama Abdul Aziz (hamba Allah yang Mahaperkasa), tetapi dia kafir kepada Yang Mahaperkasa, dia tidak shalat dan tidak mengikuti jalan umat Islam. Apa yang akan dia katakan kepada Allah, jika orang buta saja tidak diberi keringanan untuk shalat di rumahnya. Apa yang akan kamu katakan kepada Allah?`` Kata wanita itu mengakhiri ceritanya.

No comments:

Post a Comment