30 November 2013

Maafkan Aku Bunda, Maafkan Aku Ya Allah...

Masa SMP, merupakan masa dimana Aku baru tumbunh menjadi anak yang sedikit mulai memperhatikan kehidupan yang sesungguhnya. Mungkin orang lain belum sempat memikirkan hal apa yang aku pikirkan, tapi karena kondisi kehidupankulah yang memaksa menjadi sewasa sebelum waktunya. Dimana aku sudah ikut memikirkan masalah-masalah yang terjadi di dalam keluargaku.

Aku, anak pertama dari 2 bersaudara. Adikku, laki - laki yang sangat pendiam. Saat aku duduk di bangku kelas 1 SMP, ibuku harus bekerja menjadi buruh pabrik, karena kondisi ayahku yang sedang sakit. Sekian lama ibu menjadi buruh pabrik dan Aku pun menggantikan posisi ibu rumah untuk mengurus rumah dan keluarga.

Akhirnya, ibuku keluar dari tempat kerjanya, dengan alasan terlalu lelah. Tapi aku merasa, ada hal yang dirahasiakan dariku. Tapi, sebisa mungkin aku membuang jauh-jauh rasa itu. Satu hari, ibu merasa mual-mual dan aku pun mulai merasa ada yang janggal dengan kejadian itu. Semakin hari kecurigaan pun mulai terjawab. Ternyata, ibuku sedang hamil 2 bulan.

Aku sedih dan marah, karena aku sungguh sangat tak menginginkan ibu hamil lagi. Aku sangat menolak kehadiran janin di dalam rahim ibu. Sampai-sampai aku tidak menegur ibu. Suatu pagi Aku mengemas pakaian, aku berniat untuk kabur, dan niat buruk itupun akhirnya aku lakukan.

Ternyata bukan hanya Aku yang menolak kehadiran sang jabang bayi. Ternyata secara diam-diam ibuku pun berniat untuk menggugurkan sang janin yang sedang dikandungnya. Tapi, semua usahanya tidak berhasil. Kandungan ibu pun semakin hari semakin membesar, walaupun pun aku sempat menolak kehadiran si jabang bayi. Tepat pada tanggal 6 september 2005, di malam harinya aku tidur bersama ibu adikku, suara adazan pun berkumandan begitu merdunya dan membangun kami sekeluarga untuk sahalat suhubuh. Sat aku turun dari tempat tidur, rasanya aku seperti menginjak cairan tapi aku tak tahu itu cairan apa? Ternyata setelah aku lihat diruang tengah, ibu sedang menangis kesakitan, ternyata cairan yang aku injak ketuban ibu, aku pun berlari untuk memanggil nenek yang biasa ku panggil emak, yang tinggal tidak jauh dari kami.

"Emak.........! ibu mau ngelahirin itu!" sambil terengah-engah aku bicara

"Sekrarang ibu mu dimana?"

"Dikamar Ma,"

Kamipun segera berjanjak ke rumahku, setelah mengetahui bahwa ibuku segera melahirkan ayahku pun segera memanggil maparaji atau ma berang ( dukun beranak ) dan bidan dekat rumah ku. Mendengar suara jeritan ibu, aku tak kuasa untuk menahan air mata. Aku takut ibu tak selamat karena betapa mengrikannya saat melahirkan, walau aku tak melihat hanya mendengar suaranya. Aku pergi ke belakang rumah dan di situ aku menangis lalu berdia'a agar ibu dan adikku selamat.

Tepat pukul 9.00 adik baruku lahir ke dunia, laki- laki. Dalam hatiku Aku membatin"ko laki-laki lagi si, kan adik pertamaku laki -laki' Tak ada rasa syukur dalam diriku, padahal ibu dan adikku sudah selamat, sudah merupakan hal yang sangat disyukuri. Setelah mendengar suara tangisan sang bayi aku merasa lega dan sangat senang. Selang beberaoa menit tidak sampai 3 menit, aku mendengar suara tangisan bayi lagi, aku pun kaget dan tercengang,

" Loh...... ko ada suara bayi lagi, anak siapa yang ikut nangis?"

Aku pun segera mendatangi ema dan,

"Ma..... ko suara bayinya banyak banget si?"

" Kamu punya anak kembar "

Betapa kagetnya aku setelah mendengar bahwa aku mempunyai adik kembar, jangankan kembar satu saja aku tak mau. Dari situlah aku menyadari bahwa apa yang terbaik menurut kita belum tentu baik menurut Allah SWT, dan apa yang menurut Allah SWT baik itu sudah pasti yang terbaik untuk kita. Dan janganlah kita membenci hal dengan telalu, arena bisa jadi kita bisa mennyukainya. Begitupun sebaliknya, janganlah kita menyukai sesuatu dengan terlalu maka bisa jadi kita membencinya. Seperti dalam hadits : " Cintailah sesuatu sekedarnya saja karena jika kamu mencintainya berlebihan maka suatu saat kamu akam membencinya dan benclah sesuatau sekedarnya saja karena jika kamu membencinya berlebihan maka suatu saat kamu akam mencintainya "

Seberapa ketas pun usaha manusia allah lah yang menentukan. Seperti usaha ibuju untuk mengugurkan kandungannya. Tapi, allah berkehendak lain, dan saking benci dan menolaknya terhadap kedatangan sang adik. Akhirnya, aku mendapatkan dua adik sekaligus. Memang sungguh besar kekuasaan Allah SWT.

Subhanallah.

No comments:

Post a Comment