Jangan dulu gembira jika Anda terus menerus
dilimpahi harta, kesenangan, kesuksesan sementara hidup Anda dari dulu
tidak pernah diisi dengan ibadah. Shalat pun tidak,puasa tak pernah dan
zakat pun enggan. Sudah meninggalkan dunia hitam (alias rambut sudah
putih semua) namun tak pernah mengaji Al-Qur’an bahkan mengenal huruf
nya pun tidak.
Maka bisa jadi itu adalah istidraj. Yaitu sengaja Allah limpahi Anda
dengan kesenangan dan dibukakan dunia agar semakain terjerumus diri
kita. Cirinya : semakin maksiat justru semakin kaya rasa, semakin bejat
justru semakin sukses, walhasil semakin jahatlah orang itu..
Maka istidraj ini tidak datang dengan tiba-tiba. Keputusan Allah
memberikan istidraj disebabkan oleh perbuatan dan sikap diantaranya
adalah sebagai berikut :
- Tidak Beriman
Ketika Allah melimpahkan sebagian harta duniawi kepada hambanya tidak
serta merta itu menjadi istidraj kecuali jika ia memang kafir. Maka
salah satu penyebab Istidraj adalah penolakan terhadap keimanan yaitu
kekafiran. Oleh karena itu harta yang diperoleh orang kafir jelas
merupakan istidraj. Karena dengan harta itu orang kafir akan berbangga
dengan kekuatan yang ada dalam diri mereka dan saling tolong menolong
dalam kekafiran.
Adapun orang kafir sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain (Q.S. Al-Anfaal [8] : 73)
Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah
supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah:
“Bersenang-senanglah kamu (di dunia), karena sesungguhnya tempat
kembalimu ialah neraka (Q.S. Ibrahim [14] :30)
(Dikatakan kepada orang-orang kafir): “Makanlah dan
bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek;
sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa.” (Q.S. Al-Mursalat [77] : 46)
biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya (Q.S. Al-An’aam [6] :91)
- Syirik
Apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan
kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu
bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah:
“Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (Q.S. Az-Zumar [39] :8)
- Kemunafikan
Sebab lain terjadinya istidraj ialah kemunafikan. Kemunafikan di sini
adalah munafik haqiqi yaitu orang yang berpura-pura masuk Islam
sedangkan hatinya sebenarnya tidak menerima kebenaran Islam. Maka orang
munafik hakiki sama kedudukannya dengan orang kafir. Dan jika orang
munafik itu dilimpahi kelimpahan harta maka janganlah kita iri karena
hal itu merupakan istidraj.
Dan apabila kamu melihat mereka(orang munafik) , tubuh-tubuh
mereka menjadikan kamu kagum (karena keelokannya). Dan jika mereka
berkata kamu mendengarkan perkataan mereka (karena pandai bicara).
Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap
teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang
sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan
mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (Q.S. Al-Munafiquun [63 ] : 4)
Pada ayat di atas diisyaratkan bahwa istidraj tak hanya berupa harta,
namun bisa juga berupa tubuh yang elok dan kefasihan kata-kata atau
kepandaian berbicara di depan umum. Sehingga orang-orang menjadi
terkesima dan terpengaruh mendengar perkataan mereka. Sedangkan mereka
dihinggapi rasa narsis yang akut sehingga mengira bahwa setiap sorak
sorai itu ditujukan bagi dirinya. Orang seperti ini mengira setiap orang
memperhatikan dirinya, dan dimana saja ia merasa menjadi perhatian
orang.
Maka terhadap orang munafik seperti ini Allah justru sengaja
membiarkan saja mereka bersenang-senang di dunia dan dilimpahi harta
yang banyak, kepandaian, ketenaran, tubuh yang elok (karena banyak harta
wajar saja jika mereka mampu merawat tubuhnya dengan berbagai treatment
sehingga tubuhnya sangat elok).
- Sombong Terhadap Kebenaran
Sombong yang dimaksud di sini adalah sombong yang menyebabkan ia
menolak kebenaran. Maka orang seperti ini mungkin saja akan tertimpa
istidraj. Maka harta yang ada padanya hanya akan menyebabkan dirinya
semakin sombong dan jauh dari kebenaran.
Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan
duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada
hari ini kamu diba lasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah
menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik (Q.S. Al-Ahqaaf [46] :20)
Ibnu mas’ud ia memarfukannya : “Tidak akan masuk surga orang yang di
dalam hatinya ada seberat biji dari kesombongan” Ada seseorang yang
bertanya : Sesungguhnya seseorang suka kalau pakaiannya bagus dan
terompahnya bagus” Ia (Rasulullah SAW) bersabda : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menghina manusia” (H.R. Muslim, Tirmidzi dan Abu Daud)
- Hamba Dunia dan Cinta Dunia
dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan (Q.S. Al-Al-Fajr [89] : 15-17)
Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik. (Q.S. At-Taubah [9] : 24)
Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan
seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka. (Q.S. Muhammad [47] :12)
Dan pada (kisah) kaum Tsamud ketika dikatakan kepada mereka: “Bersenang-senanglah kalian sampai suatu waktu.” (Q.S. Adz-Dzaariyat [51] :43)
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata : “Begitulah manusia, bila dunia
telah menjadi besar di penglihatnnya, dan mendiami reuang yang luas
dalam relung hatinya, niscaya ia akan menilainya lebih besar dari
Tuhannya, lalu menjadikan dirinya hamba yang amat patuh padanya..” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 27)
- Memohon Dunia Saja
Sebagian orang ada yang pikirannya terfokus pada keinginan dunia
saja. Siang malam ia berusaha mati-matian untuk meraih dunia. Segenap
pikiran dan waktunya dicurahkan untuk memperoleh dunia. Akhirat sama
sekali terlewat dari pikirannya. Kalaupun ia ingat berdoa, semata
memohon keberhasilan dunia.
Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. (Q.S. An-Nisaa[4] : 134)
Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami
tambah keuntungan itu (di dunia) baginya, dan barang siapa menghendaki
keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan
dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat (Q.S. Asy-Syuura [42] :20)
Perhatikanlah ayat di atas, jika Anda mengharapkan akhirat maka Allah
akan memberikan akhirat plus ditambah keuntungannya yaitu sebagian
nikmat dunia. Sedangkan bagi orang yang hanya mengharapkan dunia, maka
hanya sebagian nikmat dunia yang dibukakan sedangkan tak mendapat
kenimatan akhirat.
Maka orang seperti ini akan ditimpa istidraj. Yaitu mungkin saja
Allah mengabulkan jerih payahnya siang malam meraih dunia itu sehingga
tercapailah apa yang dia rencanakan dan dia idam-idamkan. Namun hal itu
sama sekali tidak baik baginya. Mengapa? Karena dengan tercapainya apa
yang dia inginkan itu akan semakin membuat dirinya lupa pada akhirat dan
semakin banyak hartanya semakin sibuk ia dibuatnya.
Ali bin Abi Thalib pernah menasehati Kumail bin Ziyad An-Nakha’iy berkata : “Wahai Kumail ilmu lebih utama dariapada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan harta, engkau harus menjaga hartamu” (Nahjul Balaghoh Mutiara Hal 35)
Dari Uqbah bin Amir r.a. Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya
demi Allah, aku tidak khawatir kalian akan kembali musyrik sepeninggalku
tetapi aku khawatir kalian akan berlomba-lomba dalam kehidupan dunia. (H.R. Muslim No.4248)
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.: Bahwa Rasulullah saw. pada satu hari berada di atas mimbar lalu beliau bersabda: Ada
seorang hamba yang diberikan pilihan oleh Allah antara Allah akan
memberinya kemewahan dunia atau memberi sesuatu yang ada di sisi-Nya.
Ternyata hamba itu memilih sesuatu yang ada di sisi-Nya. (H.R. Muslim No.4390)
- Bakhil dan Kikir
Istidraj juga dapat menimpa orang muslim yang kikir. Bagi orang
muslim, berlimpahnya harta adalah sebuah ujian. Dengan kelimpahan harta
itu Allah menyuruh untuk menafkahkan sebagian harta tersebut. Tidak
seluruhnya namuan hanya “sebagian”.
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya (Q.S. Al-Hadiid [57] :7)
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al-Baqarah [2] : 261)
Namun sebagian manusia memang cenderung kikir. Dan bagi orang yang
kikir maka kelimpahan harta itu bisa berubah menjadi istidraj yang
menjerumuskannya kepada murka Allah.
Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari
karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah
menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka
menemui Allah (Q.S. At-Taubah [9] : 76-77)
Sekiranya manusia memiliki emas sepenuh dua lembah niscaya ia akan mencari yang ketiganya (H.R. Bukhari Muslim)
Dan manusia itu bersifat kikir (Q.S. An Nisaa’ [4] ; 128, Al Israa’ [17] : 100)
- Tamak dan Rakus Pada Dunia
Dari Ibnu Umar r.a.berkata : berkata Nabi SAW : Sesungguhnya seorang mukmin makan dengan satu ususu sedangkan si kafir makan dengan tujuh usus (H.R. Bukhari Muslim dalam Alu’lu wal marjan Jilid 2 No 1334)
Dari Abu Hurairah r.a. berkata Rasulullah SAW bersabda : “Dunia
ini adalah penjara bagi mukmin dan surga bagi orang kafir. Sedangkan
akhirat adalah surga bagi mukmin dan penjara bagi kafir (H.R. Tirmidzi No. 2246 Disahihkan oleh Albani)
- Tidak Bersyukur
Sebagian orang ditimpa istidraj karena mereka lupa kacang dengan
kulitnya dan lupa bersyukur kepada Allah setelah Allah kabulkan doa
mereka dan Allah limpahkan apa yang mereka inginkan. Hal ini sebagaimana
digambarkan pada ayat berikut ini :
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam
keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan
bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat),
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan)
bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas
itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan (Q.S. Yunus [10] : 12)
Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka (Q.S. Yunus [10] : 11)
Biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada
mereka; maka bersenang-senanglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui
(akibatnya). (Q.S. An-Nahl [16] :55)
Ali bin Abi Thalib pernah berkata mengenai ciri-ciri orang yang tidak bersyukur yaitu :
Ia tidak mampu mensyukuri apa yang dikaruniakan kepadanya dan selalu
menghendaki tambahan dari apa yang ada pada dirinya. Bila jatuh sakit ia
menyesali dirinya tapi bila telah kembali sehat ia merasa aman berbuat
sia-sia. (Mutiara Nahjul balaghoh Hal 37)
- Tidak Amanah Terhadap Harta
Sebagian orang ditimpa istidraj karena ia tidak amanah dengan harta
yang dilimpahkan Allah padanya. Dia membelanjakan harta itu untuk
hal-hal kemaksiatand an tidak digunakan untuk kebaikan.
mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka
dan agar mereka (hidup) bersenang-senang (di dunia). Kelak mereka akan
mengetahui (akibat perbuatannya). (Q.S. Al-Ankabut [29] :66)
mereka mengingkari rahmat yang telah Kami berikan kepada mereka.
Maka bersenang-senanglah kamu sekalian, kelak kamu akan mengetahui
(akibat perbuatanmu). (Q.S. Ar-Ruum [30] :34)
Dunia dihuni empat ragam manusia. Pertama, seorang hamba diberi
Allah harta kekayaan dan ilmu pengetahuan lalu bertakwa kepada Robbnya,
menyantuni sanak-keluarganya dan melakukan apa yang diwajibkan Allah
atasnya maka dia berkedudukan paling mulia. Kedua, seorang yang diberi
Allah ilmu pengetahuan saja, tidak diberi harta, tetapi dia tetap
berniat untuk bersungguh-sungguh. Sebenarnya jika memperoleh harta dia
juga akan berbuat seperti yang dilakukan rekannya (kelompok yang
pertama). Maka pahala mereka berdua ini adalah (kelompok pertama dan
kedua) sama. Ketiga, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan tetapi
tidak diberi ilmu pengetahuan. Dia membelanjakan hartanya dengan
berhamburan (foya-foya) tanpa ilmu (kebijaksanaan). Ia juga tidak
bertakwa kepada Allah, tidak menyantuni keluarga dekatnya, dan tidak
memperdulikan hak Allah. Maka dia berkedudukan paling jahat dan keji.
Keempat, seorang hamba yang tidak memperoleh rezeki harta maupun ilmu
pengetahuan dari Allah lalu dia berkata seandainya aku memiliki harta
kekayaan maka aku akan melakukan seperti layaknya orang-orang yang
menghamburkan uang, serampangan dan membabi-buta (kelompok yang ketiga),
maka timbangan keduanya sama. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
- Melakukan Kezhaliman Terus Menerus
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang
mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu
dapat mengkekalkannya (Q.S. Al-humazah [104] :1-3)
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan,
yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; maka itulah tempat
kediaman mereka yang tiada di diami (lagi) sesudah mereka, kecuali
sebahagian kecil (Q.S. Al-Qashash [28] :58)
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah ke-
nikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah
adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya? (Q.S. Al-Qashash [28] :60)
Malaikat Jibril datang kepada Nabi Saw, lalu berkata, “Hai
Muhammad, hiduplah sesukamu namun engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu
namun engkau pasti akan diganjar, dan cintailah siapa yang engkau sukai
namun pasti engkau akan berpisah dengannya. (H. Ath-Thabrani)
- Lupa Diri
Harta dan kenikmatan dunia itu pada asalnya adalah sesuatu yang
dibolehkan, dan merupakan salah satu nikmat dari Allah. Tak ada yang
mengharamkan perhiasan dunia dan menghalangi orang dari meraihnya.
Namun harta dan kenikmatan dunia itu berpotensi membuat orang lupa
diri dan hanya sedikit sekali orang yang selamat dari godaan dunia.
Maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku (Q.S. Shaad [38] : 32)
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba, maka ketika
itu mereka terdiam berputus asa (Q.S. Al-An’aam [6] : 44)
Demi Allah, bukanlah kemelaratan yang aku takuti bila menimpa
kalian, tetapi yang kutakuti adalah bila dilapangkannya dunia bagimu
sebagaimana pernah dilapangkan (dimudahkan) bagi orang-orang yang
sebelum kalian, lalu kalian saling berlomba sebagaimana mereka berlomba,
lalu kalian dibinasakan olehnya sebagaimana mereka dibinasakan. (H.R. Ahmad)
- Merasa Semua Berjalan Sesuai Planning
Sebagian orang diberi harta, kedudukan, dan dibukakan berbagai
kenikmatan dan keleluasaan di dunia pada mulanya sebagai ujian. Dan
sebagian orang diwujudkan oleh Allah segala apa yang direncanakannya
dan segala apa yang dicita-citakannya. Maka orang itu kemudian merasa
tidak ada campur tangan Allah dalam hal ini dan semua terwujud berkat
upaya dirinya dan berkat kepandaiannya.
Qarun berkata : Sesungguhnya aku memiliki harta itu karena ilmu yang ada padaku (Q.S. Al-Qashash : 78)
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Q.S. An-Nisaa’ [4] : 115)
Dan apakah ia (Qorun) tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh
telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan
lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada
orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Q.S. Al-Qashash [28] : 78)
============