Secara harfiah istidraj artinya adalah “menarik” atau mengulur”. dalam Kamus Al-Muhit karangan Al-Fairuz Abadi “istidraj” bermakna ia menipu dan ia merendahkannya”. Istilah ini dipakai dalam Al-Qur’an misalnya :
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat kami, maka kami akan menarik mereka (sanastadri-juhum), secara berangsur angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang mereka tidak ketahui” (Q.S. Al-A’raaf [7] : 182)
Sedangkan secara istilah (terminologis) Ibnu Katsir menjelaskan bahwa istidraj ialah Allah dibukakan pintu rizqi dan berbagai sumber penghidupan lainnya sampai mereka terperdaya olehnya dan beranggapan bahwa diri mereka di atas segala-galanya. Imam AlQurtubi Tafsir Jami’ Al-Ahkam berkata : ‘Add-Dhohhak’ menafsirkan ayat Al-a’raf ayat 182 di atas bahwa “Setiap kali mereka menambah/membuat/membaharui maksiat yg baru maka setiap ituAllah membaharui / menambah / membuat nikmat ke atas mereka”. Istidrajullah al-abda“(Allah menIstidrajkan hambanya) memiliki arti bahwa setiap kali hambaNya berbuat kesalahan maka setiap kali itu juga Allah justru menambah nikmatNya.
Abu Musa ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan mengulur-ulur waktu bagi orang yang zalim. Tetapi ketika Allah akan menyiksanya, maka Dia tidak akan melepaskannya. Kemudian beliau membaca firman Allah: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (H.R. Muslim No.4680)
Apakah Kesuksesan Di Dunia Tanda Kasih Sayang Allah?
Dalam berbagai training motivasi sering dikatakan bahwa jika hubungan kita beres dengan Allah, maka pasti dunianya akan sukses. Artinya jika dunia tidak sukses dan hidup susah itu pertanda hubungan nya dengan Allah tidak baik. Premis ini ada baiknya untuk memotivasi orang agar mau mendekati agama. Motovator perlu menyatakan seperti itu karena kebanyakan orang jaman sekarang tidak mau melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak menguntungkan. Dan semua itu diukur dengan materi.
Maka orang sering mengatakan ngapain belajar agama, emangnya agama bisa bikin kamu kaya? Ngapain belajar agama emangnya mau jadi ustad? Maka ketika motivator berkata bahwa agama bisa membawa kepada kemakmuran dan kesejahteraan di dunia, barulah orang mau mendekati agama.
Sebagian manusia mengira bahwa jika apa yang dicita-citakan tercapai, perdagangannya menguntungkan, karirnya sukses maka itu adalah tanda ia mendapatkan kasih sayang Allah. Sedangkan bila rejekinya sempit , perdagangannya merugi, musibah datang silih berganti itu adalah tanda Allah tidak menyayanginya.
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” Sekali-kali tidak (demikian) (Q.S. Al-Fajr [89] : 15-17)
Padahal belum tentu kesenangan dan kesuksesan yang selalu kita peroleh itu adalah sebuah kebaikan. Bisa jadi kesenangan dan kesuksesan itu justru sebuah ujian atau musibah.
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar (Q.S. Al-Mukminuun [23] : 55-56)
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibandingkan dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (Q.S. Ar-Ra’d [13] :26)
Perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperolehnya. (H.R. Muslim dan Ibnu Majah)
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat kami, maka kami akan menarik mereka (sanastadri-juhum), secara berangsur angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang mereka tidak ketahui” (Q.S. Al-A’raaf [7] : 182)
Sedangkan secara istilah (terminologis) Ibnu Katsir menjelaskan bahwa istidraj ialah Allah dibukakan pintu rizqi dan berbagai sumber penghidupan lainnya sampai mereka terperdaya olehnya dan beranggapan bahwa diri mereka di atas segala-galanya. Imam AlQurtubi Tafsir Jami’ Al-Ahkam berkata : ‘Add-Dhohhak’ menafsirkan ayat Al-a’raf ayat 182 di atas bahwa “Setiap kali mereka menambah/membuat/membaharui maksiat yg baru maka setiap ituAllah membaharui / menambah / membuat nikmat ke atas mereka”. Istidrajullah al-abda“(Allah menIstidrajkan hambanya) memiliki arti bahwa setiap kali hambaNya berbuat kesalahan maka setiap kali itu juga Allah justru menambah nikmatNya.
Abu Musa ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan mengulur-ulur waktu bagi orang yang zalim. Tetapi ketika Allah akan menyiksanya, maka Dia tidak akan melepaskannya. Kemudian beliau membaca firman Allah: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (H.R. Muslim No.4680)
Apakah Kesuksesan Di Dunia Tanda Kasih Sayang Allah?
Dalam berbagai training motivasi sering dikatakan bahwa jika hubungan kita beres dengan Allah, maka pasti dunianya akan sukses. Artinya jika dunia tidak sukses dan hidup susah itu pertanda hubungan nya dengan Allah tidak baik. Premis ini ada baiknya untuk memotivasi orang agar mau mendekati agama. Motovator perlu menyatakan seperti itu karena kebanyakan orang jaman sekarang tidak mau melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak menguntungkan. Dan semua itu diukur dengan materi.
Maka orang sering mengatakan ngapain belajar agama, emangnya agama bisa bikin kamu kaya? Ngapain belajar agama emangnya mau jadi ustad? Maka ketika motivator berkata bahwa agama bisa membawa kepada kemakmuran dan kesejahteraan di dunia, barulah orang mau mendekati agama.
Sebagian manusia mengira bahwa jika apa yang dicita-citakan tercapai, perdagangannya menguntungkan, karirnya sukses maka itu adalah tanda ia mendapatkan kasih sayang Allah. Sedangkan bila rejekinya sempit , perdagangannya merugi, musibah datang silih berganti itu adalah tanda Allah tidak menyayanginya.
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” Sekali-kali tidak (demikian) (Q.S. Al-Fajr [89] : 15-17)
Padahal belum tentu kesenangan dan kesuksesan yang selalu kita peroleh itu adalah sebuah kebaikan. Bisa jadi kesenangan dan kesuksesan itu justru sebuah ujian atau musibah.
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar (Q.S. Al-Mukminuun [23] : 55-56)
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibandingkan dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (Q.S. Ar-Ra’d [13] :26)
Perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperolehnya. (H.R. Muslim dan Ibnu Majah)
================
Sumber setetes hidayah
No comments:
Post a Comment