Banyak orang yang lupa diri ketika mendapat rezeki atau harta yang
melimpah, baik berupa tanah yang luas, rumah yang megah, mobil yang
mewah dan lain sebagainya, sehingga menjadi sombong karenanya. Dan kalau
hal tersebut menimpa anda, sadarilah hal-hal berikut ini.
Apa yang anda miliki? Tidak ada! Semua adalah titipan dan amanat
Tuhan. Apa yang ada pada anda bukan milik anda, Anda hanya mengelolal
apa yang sudah diberikan Allah untuk anda. Istri, anak, harta benda
bukan milik anda. Semua itu memang bersama anda, tapi bukan milik anda,
dan anda tidak dapat mencegah sedikitpun bila sesuatu itu semua diambil
olehNya atau betapapun anda pertahankan.
Suatu saat semua itu anda tinggalkan atau anda ditinggalkan. Anda
hanya punya hak pakai, bukan hak memiliki, hak milik tetap ada pada
Tuhan. karena semuanya milik Tuhan, maka bila suatu saat Tuhan mengambil
semua yang ada pada anda, sampai menangis darahpun tidak bisa anda
mencegahnya.
Maka sikap menerima apa adanya yang datang dari Dia adalah dikap yang
amat positif. Karena menerima apa yang ada, berarti sudah suatu sikap
baik, sikap yang menyadari bahwa anda hanya dapat mencari dan menerima
karuniaNya dan tidak berlaku sebaliknya.
Ingat, anda tidak pernah sedikitpun memberi pada Tuhan dan memang
Tuhan tidak memerlukan apa-apa dari anda. Dia memberi karena cintaNya
pada anda, Dia tidak mengharap apa-apa dari anda. Dia memberi karena
kasih sayangNya pada anda 100 %,
Dia tidak perlu balasan apa-apa dari anda. Jikapun anda menyembahNya
dengan cara melakukan shalat, itu juga bukan untukNya, tapi hasil atau
buah dari shalat itu dikembalikan untuk diri anda sendiri. Untu anda jua
buah dari pohon keimanan, untuk anda jua balasan amal ibadah anda,
semua amal baik anda dikembalikan pada anda. Dia tidak memerlukan
apa-apa dari anda!
Termasuk rasa syukur yang anda ucapkan atau anda wajudkan dalam
ibadah. Jangankan nikmatNya yang besar, kikmat Allah walaupun sedikit,
bila disyukuri bertambah-tambah terasa nikmat tersebut. Semakin
disyukuri nikmat Allah itu, makin bertambah nikmaNYa. “ Lain syakartum
la adzinnnakum walain kafartum inna adzabi lasyadiid” , Jika kau
bersyukur atas nikmatKu, maka akan Aku tambahkan nikmat itu padamu,
namun jika kau kufur atas nikmatKu, ingat azabKu sangat pedih.
Mau jadi apa saja anda di dunia, silahkan, kecuali yang dilarang.
Allah SWT telah memberikan rambu-rambuNya melalui Al Qur’an dan Al
Hadist. Ingat, pekerjaan apapun di dunia itu mulia, asal yang halal. Dan
setiap pekerjaan dilandasi niat karena Allah SWT adalah ibadah. Dan
jangan pernah meremehkan pekerjaan yang halal, betapapun kecilnya, di
hadapanNya mulia. Namun kebalikannya pekerjaan yang menghasilkan gaya
hidup mewah dari hasil yang haram, di hadapanNya itu hina. Jadi jangan
pernah silau kepada orang yang berjas dan berdasi, kalau hasil korupsi.
Dan jangan lupa, hidup di dunia bagaimanapun pahitnya, mesti ada
batasnya yaitu kematian. Tapi bila sudah diakherat, hidup di neraka itu
abadi! Tak ada batas-batas kesengsaraan di neraka. Jangan pernah
menyerah pada kondisi yang pahit, luka, derita dan penuh tangis, itu
hanya sementara sipatnya.
Karena tak ada duka yang abadi, dan tak ada bahagia yang abadi selam
masih hidup di dunia, keduanya silih berganti, suka dan duka terus saja
berputar seperti roda, dan uniknya yang namanya duka bukan hanya milik
orang yang tak punya, begitu juga suka atau bahagia tak melulu milik
orang kaya. Dan itu semua berada di bawah pengawasanNya.
Allah SWT akan selalu ada dimanapun kamu berada dan Allah tetap
selalu ada, walaupun anda telah tiada. Jadi di manapun kita berada, di
manapun tempatnya, sampai ke ujung duniapun tetap ada Dia, yang Maha
Pengawas! Dan jangan lupa juga, di Negara bekas komunis, Rusia, Allah
SWT pun ada, dan disembah oleh penduduk Rusia, Islam menjadi agama
terbesar di Rusia ke dua, setelah Kristen Ortodok!
Dengan demikian nikmat dan karunia Allah SWT pun tersebar di Rusia,
sebagai tersebar di seluruh penjujur dunia, termasuk di Indonesia. Dan
wajud nikmat itu bermacam-macam, tidak hanya udara, matahari, air,
tanah, sumber daya alam, rezeki yang melimpah dan lain sebagainya.
Adanya manusia lain juga termasuk karuniaNya, bayangkan bila hidup
sendiri tanpa manusia lain, seperti yang pernah terjadi pada Nabi Adam
AS.
Namuan kesendirianpun adalah nikmat Allah yang sangat besar. Coba
anda perhatikan, orang-orang populer menghabiskan biaya jutaan hanya
untuk mencari suasana sepi, hening tanpa hiruk pikuk suara bising.
Mereka butuh ketenangan hidup, mereka ingin yang sepi lalu menyendiri,
tanpa gangguan dari apa dan siapapun. Mereka terganggu dengan keramaian
dan kebisingan dunia, hingga mereka jauh-jauh berlibur, sampai-sampai
kalau bisa ke ujung dunia atau masuk ke pulau-pulau yang sangat sepi
yang tak berpenghuni.
Kesendirian bukan siksaan Allah, kesendirian adalah nikmat Allah dan
jika dipergunakan kesendirian dengan selalu mendekatkan diri kepada
Allah SWT, mjaka akan anda dapatkan ketenangan, kebahagiaan yang sangat
meresap kedalam kalbu. Dan jiiwa anda akan terasa sangat lapang.
Perlu juga diingat, Nabi Muhammad SAW, Nabi Musa AS, dan Nabi Ibrohim
AS ketika mendapat wahyu dari Allah SWT, Beliau-beliau pada saat itu
sedang sendirian, jauh dari keramaian manusia. Jadi keduanya, di tengah
keramaian atau sendirian, juga karunia Allah SWT, tergantung bagaimana
kita mensyukurinya.
Allah SWT sangat menyintai dan menyayangi anda, kalau tidak, buat apa
Allah memberikan petunjuk-petunjuk-Nya memalui Al Qur’an dan Al Hadist?
Buat apa Allah memberikan rezeki yang baik, yang begitu banyak pada
anda? Buat apa Allah memberikan jiwa dan raga pada anda? Semua itu
menunjukkan bahwa Allah menyayangi dan menyintai anda.
Maka bersyukurlah padaNya atas rasa sayang dan rasa cinta-Nya.
Balaslah rasa sayang dan cinta-Nya dengan tunduk dan pasrah atas setiap
kehendak, perintah maupun larangan-NYa. Jadi bukan sombong karena
dicintaiNya atau mendapat limpahan rezeki dariNya. Ingat, rezeki semakin
disukuri, makin ditambah olehNya, rezeki yang dikufuri justru
mendatangkan azabNya, mau pilih mana ditambah rezeki atau diazab? Itu
terserah anda.
============================
Oleh: Syaripudin Zuhri
Moskow, 24 Oktober 2014
No comments:
Post a Comment