26 July 2014

Janganlah Hidup hanya Berdasarkan Angka Angka dan Hitungan

Gambaran dari masyarakat mukmin adalah masyarakat yang tenang dengan akidah tauhid, dan mereka ridha dengan ketentuan Allah dalam soal rezeki dan ajal, sehingga mereka tidak bisa digoyahkan oleh apapun dan tidak dapat digoncangkan dengan kekuatan apapun. Sebaliknya dengan gambaran masyarakat jahiliyah, syaraf mereka selalu tegang, hati mereka selalu cemas, pikiran mereka selalu bingung. Manusia manusia yang selalu khawatir dengan penghidupan mereka, tak seorangpun diantara mereka yang mampu membebaskan diri dari belenggu kematian yang selalu membayanginya ke manapun ia berjalan, kecemasan tak memperoleh rezeki senantiasa mengusik tidur mereka dan membuat kedua kelopak mata mereka tak bisa terpejam.

Pengangguran di dunia barat hari demi hari kian meningkat. Dan kamu dapati seseorang di antara mereka dari saat ke saat mendapat surat pemberitahuan PHK, oleh karena perusahaan bangkrut atau hampir bangkrut, tak ia dapati solusi kedepannya kecuali bunuh diri dan mati, karena seluruh hidupnya hanya bertalian dengan gajinya, maka jika gajinya terputus, ia berfikir kehidupannya telah putus pula. Ia tidak mendapatkan cara untuk memutus rasa sakitnya, mengakhiri duka citanya, dan mengendurkan ketegangan syarafnya selain akhiri kehidupannya.

Beda jauh dengan kehidupan seorang muslim, apabila ditimpa bencana dan himpit kesulitan, maka ia langsung berhubungan dengan Allah, merendahkan diri dan menghiba di hadapanNya, dan memohon agar disingkirkan kesusahannya, dihilangkan kesedihannya, dan di hapuskan penderitaannya.

Berhati hatilah terhadap rencana Yahudi dalam protokol ke empat :

“ Akan kita cabut kepercayaan kepada Allah dari benak orang orang kristiani, kemudian kita letakkan sebagai gantinya berupa angka angka hitung dan aktivitas aktivitas duniawi…”

Dan Yahudi berhasil menjadikan kristiani seperti itu, dan sekarang mereka mulai merusak umat Islam…

- Abdullah azzam -

20 July 2014

Monyet dan Genggamannya

Di Afrika, teknik atau cara berburu monyet begitu unik. memungkinkan sipemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun.
Cara menangkapnya sederhana saja – pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang & sempit. Toples itu diisi kacang yg telah diberi aroma. Tujuannya untuk mengundang monyet-monyet dtg. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dgn menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup. Para pemburu biasa melakukannya disore hari.

Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yg tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan.
Kok, bisa ?
Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yg keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yg ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana!

Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenamya kita mungkin sdg menertawakan diri sendiri.

Ya, kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu.
Kita mengenggam erat setiap permasalahan yg kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang.
Kita sering menyimpan dendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah mengampuni. Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada.

Kita tak pernah bisa melepasnya.?
Bahkan, kita bertindak begitu bodoh, membawa “toples-toples” itu ke mana pun kita pergi.Dengan beban berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan.

Tanpa sadar, kita sebenarnya sdg terperangkap penyakit kepahitan yg parah.?
Sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya & kita pun akan selamat dari sakit hati jika sebelum matahari terbenam kita mau melepas semua perasaan negatif terhadap siapapun…

Selamat Membuka Genggaman kawan & Selamat Beraktifitas. :)

Bunda Tuti

Menjemput atau Dijemput Maut

Seringkali saya melihat sebuah peristiwa di jalan raya yang sangat memilukan. Sebuah peristiwa kecelakaan lalu-lintas. Biasanya antara sebuah sepeda motor dan sebuah mobil. Baik mobil angkutan umum maupun kendaraan berat lainnya.

Peristiwa yang sering terjadi ini, karena si pengendara motor yang mengejar waktu, agar tidak terlambat ke tempat tujuannya. Atau juga sopir angkot yang tergesa-gesa langsung meminggirkan kendaraan di sebabkan adanya penumpang yang tiba-tiba minta di turunkan secara mendadak. Hingga kendaraan yang dari arah belakang mobil, harus berhenti atau mendadak mencari celah agar tidak menabrak angkot di depannya.

Jika kecelakaan itu mengakibatkan manusia kehilangan nyawanya, maka bisa dikatakan ada dua kesimpulan yang bisa diberikan pada si mayat. Bila dia mengendarai kendaraannya karena sifat ketergesaan dan tidak mematuhi peraturan lalu-lintas, maka tentu saya bisa memberikan kesimpulan bahwa dialah yang menjemput maut. Karena dia lalai untuk berjalan sesuai prosedur berlalu-lintas.

Lain lagi bila si korban adalah orang yang bersikap sebaliknya. Dia berusaha untuk patuh berlalu-lintas di jalan raya dan bersikap hati-hati dalam mengendarai kendaraannya. Maka kesimpulan yang bisa di berikan : dia di jemput oleh maut.

Menjemput dan di jemput maut, memang sama-sama berakhir pada hilangnya nyawa seseorang. Tapi perlu di waspadai, bila kitalah yang mendatangi maut, maka bisa saja itu berkonotasi bunuh diri.( terkecuali bila kita datang menjemput maut untuk meraih syahid di jalan Allah, ).

Seperti seseorang yang suka memakan sesuatu yang tidak boleh dimakannya, karena alasan penyakitnya. Penyakit seperti tekanan darah tinggi, yang harus memerhatikan kadar garam yang di konsumsinya, misalnya Ataupun seorang perokok yang tahu bahwa asap rokok membahayakan jiwanya sendiri dan orang di lingkungannya.

Hal-hal kecil yang nampak sepele untuk kita abaikan, mungkin akan berakibat fatal akan kesehatan kita. Memang sih urusan maut, Allah Swt. yang mempunyai wewenang. Tapi, kita sebagai manusia yang diciptakan dengan akal yang baik, tentu saja harus tahu apa yang boleh dilakukan untuk menjaga kesehatan.

Ada sebuah kisah yang menyedihkan. Seorang karyawan sebuah perusahaan yang bertugas sebagai sopir kendaraan mengangkut karyawan pagi dan sore hari. Pada suatu pagi ( mungkin masih jam enam ), dia memarkir mobilnya di sebuah pinggir jalan raya. Penempatan mobilnya sesuai aturan. Hingga ada seorang anak muda dari arah yang berlawan arah dengan arah mobil yang di parkir. Anak muda ini mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Apa yang terjadi? Dia menabrak mobil yang sedang diam tersebut, yang akhirnya membuat pengendara motor tersebut meninggal dunia, dan orang yang diboncengnya luka parah.

Bagaimana komentar orang? Mereka menyesalkan sikap anak muda tersebut. Terlihat baru pulang dari begadang. Ternyata motor yang dikendarainya pun adalah pinjaman. Tapi naas bagi sopir mobil tersebut. Dia tetap harus masuk penjara untuk beberapa bulan. Saya juga tidak tahu persis bagaimana proses hukumnya. Tapi yang jelas anak muda yang telah lalai menaati peraturan lalu lintas itu, selain menjemput mautnya sendiri ternyata membuat orang lain juga menderita.

Oleh karena menjemput dan di jemput maut adalah sama pada akhirnya, ternyata berbeda pada prosesnya. Yah sebuah proses yang terjadi tergantung pada manusianya. Apakah memang dia selalu berhati-hati, ataukah memang dia sendiri lalai..

Semoga tulisan ini dapat membuat kita dapat lebih berhati-hati dalam bersikap, terutama dalam hal mengendarai kendaraan. Karena yang kita inginkan adalah maut sendiri yang menjemput kita tentunya.

Ambe.mardiah@gmail.com

19 July 2014

Keajaiban 10 Malam Terakhir Ramadhan

Ramadhan memang bulan istimewa. Bulan penuh makna, hikmah dan “keajaiban”. Semua itu tidak terdapat pada bulan yang lain. Sehingga ramadhan diberi julukan sebagai sayyidus syuhur atau penghulunya bulan. Tidak heran, karena di dalam bulan suci itu terkandung kedalaman makna spiritual maupun sosial. Sebuah makna yang menyatukan antara aspek lahiriyah dan bathiniyah, spiritual dan material, serta aspek duniawi dan ukhrawi. Sehingga segala aktifitas di dalamnya memiliki keistimewaan tersendiri dibanding dengan bulan-bulan selainnya. Wajar kalau Rasulullah saw., para sahabat, dan orang-orang saleh terdahulu senantiasa menjadikan ramadhan sebagai momen untuk ‘mengeruk’ sebanyak-banyaknya keuntungan pahala dengan semakin meningkatkan kualitas maupun kuantitas ibadah. Apalagi pada 10 malam terakhir, Rasulullah saw. yang kemudian diikuti oleh para sahabat lebih menggiatkan lagi ibadahnya. Aisyah ra. mengatakan:

Rasulullah saw. sangat giat beribadah di bulan ramadhan melebihi ibadahnya di bulan yang lain, dan pada sepuluh malam terakhirnya beliau lebih giat lagi melebihi hari lainnya. (HR. Muslim)

Keajaiban-keajaiban yang terdapat pada 10 malam terakhir bulan ramadhan telah banyak disebutkan di dalam al-Qur’an maupun Sunnah. Diantaranya, pertama; terjadinya lailatul qadr yang merupakan malam di turunkannya al-Qur’an dan dicatatnya di lauhul mahfudz seluruh perkara yang akan terjadi di muka bumi pada tahun tersebut. Rasulullah saw. mewanti-wanti agar umatnya memperhatikan lailatul qadr pada 10 malam terakhir. Beliau bersabda:

Carilah lailatul qadr pada tanggal ganjil di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan. (HR. Bukhori)

Kedua; orang yang beribadah shalat pada malam lailatul qadr maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. “Dan barangsiapa yang berdiri (shalat sunat) pada malam lailatul qadr dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Allah maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Ibnu Abi Dunya dalam Fadhail Ramadhan)

Ketiga; segala kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya. Apalagi jika bertepatan dengan lailatul qadr maka satu amalan kebaikan pahalanya lebih baik dari amalan kebaikan yang dilakukan selama seribu bulan atau sekitar 83 tahun. Allah swt. berfirman:

“malam kemuliaan (lailatul qadr) itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr: 3)

Sayyid Thanthawi dalam Al-Wasith menjelaskan, lailatul qadr lebih utama dari seribu bulan karena pada saat itu diturunkan al-Qur’an yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dan karena ibadah pada malam itu lebih banyak pahalanya dan lebih besar keutamaannya dari ibadah berbulan-bulan tanpa lailatul qadr.

Keempat: Allah tidak mentaqdirkan selain keselamatan pada malam lailatul qadr itu. Dimana hal ini tidak terjadi pada malam-malam lainnya yang terdapat keselamatan dan bencana. Pada malam itu pula para malaikat menyampaikan ucapan selamat kepada orang-orang beriman sampai terbitnya fajar. Penjelasan tersebut disampaikan An-Nasafi dalam Madarikut Tanzil wa Haqaiqut Ta’wil dan Az Zamakhsyari dalam Al Kasysyaf, ketika keduanya menafsirkan ayat ke 5 dari surat al Qadr.

Dan masih banyak lagi keajaiban-keajaiban lainnya yang menegaskan keutamaan dan kelebihan bulan ramadhan khususnya pada 10 malam terakhir. Semua itu tentu akan semakin mengokohkan keimanan seorang mukmin dan lebih mendekatkan dirinya dengan Allah swt. karena berbagai ayat tersebut tentu sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan kemahahebatan dan keagungan-Nya. Dan bahwa Allah swt. sangat mencintai dan menyayangi hamba-Nya sehingga Dia sediakan satu bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang utama yang bisa dijadikan kesempatan oleh hamba-hamba-Nya untuk menambah pundi-pundi pahala untuk bekal hidup kelak di akhirat.

Menggapai Keajaiban

Berbagai kegiatan ibadah bisa dilakukan untuk mengisi ramadhan terutama pada sepuluh malam terakhir bulan suci itu. Dengan kegiatan itu kita akan menggapai keajaiban-keajaiban yang ada di dalamnya. Dan kita akan meraihnya secara penuh jika ada kesungguhan untuk melaksanakannya. Rasulullah saw. dan para sahabat ra. telah mencontohkan aktifitas ibadah yang penting dilakukan pada saat malam-malam tersebut diantaranya adalah:
I’tikaf. Yaitu diam di masjid dengan niat yang khusus dan disertai ibadah. Imam Nawawi dalam kitab An-Nihayah mengartikan i’tikaf sebagai menetapi sesuatu dan menempatinya. Maka orang yang menetap di masjid dengan melaksanakan ibadah di dalamnya disebut orang yang beri’tikaf. Rasulullah saw. biasa melakukan i’tikaf pada 10 hari terakhir ramadhan. Ibnu Umar ra. Berkata:

Rasulullah saw. beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan. (HR. Mutafaq ‘alaih)


Memperbanyak bersedekah. Ibnu Abas ra. berkata:

Rasulullah saw. adalah orang yang sangat dermawan kepada siapapun, dan pada bulan ramadhan beliau lebih dermawan lagi saat Jibril menemui beliau. (HR. Mutafaq ‘alaih)

Memperbanyak membaca al-Qur’an. Karena pahala membacanya akan dilipatgandakan melebihi pahala pada bulan selain ramadhan. Selain itu bulan ramadhan adalah bulan dimana al-Qur’an diturunkan pertama kali. Oleh karenanya para ulama terdahulu lebih banyak mengkhatamkan al-Qur’an dibulan ramadhan. Imam Syafi’i biasa mengkhatamkannya sebanyak 60 kali pada bulan ramadhan lebih banyak dari bulan lainya yang hanya satu kali dalam sehari semalam. Malaikat Jibril senantiasa mendatangi Rasulullah saw. pada bulan ramadhan untuk membacakan al- Qur’an kepada beliau. Ibnu Abas berkata: Jibril menemui Rasulullah saw. pada setiap malam dibulan ramadhan kemudian ia membacakan Qur’an kepada beliau saw. (HR. Mutafaq ‘alaih)
Melakukan ibadah umrah. Rasulullah saw. bersabda: “Umrahlah kamu pada bulan ramadhan, karena umrah pada bulan ramadhan sebanding dengan melaksanakan ibadah haji” (HR. An-Nasai)


Memperbanyak berdo’a. Dari Aisyah ra. ia berkata kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah, bagaimana jika suatu malam aku mengetahui bahwa itu malam lailatul qadar, apa yang harus aku baca? Beliau bersabda, bacalah;

Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pemaaf, Engkau menyukai permintaan maaf maka ampunilah aku. (HR. Tirmidzi)


Memperbanyak shalat sunnah.

Barangsiapa yang bangun (untuk shalat) pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Mutafaq ‘alaih)


Meraih Cinta Allah

Segala amal nafilah atau ibadah sunnah yang kita lakukan dengan penuh ketulusan akan mendekatkan kita dengan Allah swt. dengan itu kita akan mendapatkan cinta-Nya. Cinta Allah kepada seorang hamba adalah anugrah yang tidak terhingga. Karena ia akan menjadi orang yang paling diperhatikan Allah. Ia pun akan senantiasa diliputi kasih dan sayang-Nya yang akan mendatangkan kepada kebahagiaan yang tiada bandingannya. Allah akan selalu membimbing setiap langkahnya sehingga ia tidak akan terpeleset ke jurang kenistaan. Seluruh tubuhnya akan terjaga, karena Allah akan mengendalikannya. Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan Abu Hurairah, Allah swt. berfirman:

Dan tidak henti-hentinya hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah sunnah sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan penglihatannya yang ia melihat dengannya, dan tangannya yang ia memegang dengannya, dan kakinya yang ia melangkah dengannya. Jika ia meminta kepada-Ku maka Aku akan memberinya dan jika meminta perlindungan kepada-Ku maka Aku akan memberi perlindungan kepadanya. (HR. Bukhori)

Jika kita sudah tahu kehebatan sepuluh malam terakhir dan keutamaan yang ada di dalamnya maka apalagi yang membuat kita tidak tergerak untuk bersungguh-sungguh mendapatkannya? Masihkah kebiasaan berdesak-desakan di pasar dan pusat-pusat perbelanjaan akan terus kita lakukan? Padahal ada kegiatan yang seharusnya diprioritaskan dari hanya sekedar mempersiapkan hari raya dengan pakaian yang serba baru dan makanan yang beraneka ragam. Sementara ladang pahala yang lewat di hadapan kita dibiarkan berlalu tanpa perhatian. Mungkin kesempatan ini hanya tinggal sekarang diberikan Allah kepada kita. Kita tidak tahu apakah tahun depan kita masih bisa bertemu kembali dengan ramadhan? Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita untuk meraih cinta-Nya. Amin

15 July 2014

Hukum Mengamalkan Hadits Dhaif Dalam Pandangan Ulama Salaf

Kalau kita lacak dalam kitab-kitan ulama salaf, ternyata para salaf memposisikan hadits dhaif menjadi dua klasifikasi. Pertama, hadits dhaif tidak boleh dijadikan argumentasi pada persoalan akidah dan hokum halal-haram. Kedua, Para ulama hadits telah bersepakat bahwa hadits dha`if boleh diamalkan dalam konteks fadhail al-a`mal (amalan-amalan sunat), targhib (motivasi melakukan kebaikan) dan tarhib (peringatan meninggalkan larangan), manaqib dan sejarah.

Pakar Hadits dan Fiqh, Imam Nawawi berkata: “Menurut ahli hadits dan lainnya, boleh memperlonggar (tasahul) dalam menyampaikan sanad-sanad yang lemah (dha`if) dan meriwayatkan hadits dha`if yang tidak maudhu` serta mengamalkannya tanpa menjelaskan kedha`ifannya, dalam hal yang tidak berkaitan dengan sifat-sifat Allah, hukum-hukum halal dan haram, dan yang tidak berkaitan dengan akidah dan hukum-hukum.” (Tadrib al-Rawi, 1/162).

Seorang ulama hadits kenamaan setelah generasi Imam Nawawi, Ibnu Hajar mengutip pendapat ulama, mengatakan bahwa:“Imam Ahmad dan Imam yang lain (seperti Ibnu Mubarak) berkata: Jika kami meriwayatkan hadits tentang halal-haram (hukum), maka kami sangat selektif (dalam hal sanad), dan jika kami meriwayatkan hadits yang berkaitan dengan keutamaan-keutamaan, maka kami tidak begitu selektif (tetapi tidak sampai pada taraf hadits palsu)” (IbnuHajar, al Qaul al Musaddad I/11, dan al Baihaqi, Dalail an Nubuwwah I/34)

Namun kebolehan mengamalkan hadits dhaif dalam fadailal`ama l tidaklah mutlak. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi:

1). Dhaif-nya tidak terlalu parah. misalnya, hadits palsu, hadits makruh, dan hadits munkar. 2), Ada dalil lain baik Alquran maupun hadits yang mendukung substansi dari hadits dhaif itu. 3), Ketika mengamalkan hadits tidak menyebutkan nabi bersabda (shighatjazm), tapi cukup disebutkan dengan ada hadits atau ada riwayat (Shighattamridh).

Oleh karena itu, menurut Idrus Romli, tidak mengherankan kalau kita temukan kitab-kitab hadits ulama terdahulu karya-karya al-Bukhari (selain Shahih-nya), al-Tirmidzi, al-Nasa`i, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad bin Hanbal dan lain-lain banyak mengandung hadits-hadits dha`if. Hal ini juga diikuti oleh ulama-ulama berikutnya seperti al-Thabarani, Abu Nu`aim, al-Khathib al-Baghdadi, al-Baihaqi dan lain-lain.

Tidak aneh juga apabila kitab-kitab tashawuf dan adzkar yang memang masuk dalam wilayah fadha`il al-a`mal seperti Ihya` `Ulum al-Din, karya al-Ghazali, al-Adzkarkarya al-Nawawi dan sejenisnya banyak mengandung hadits-hadits dha`if. Bahkan kalau mau jujur, kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama panutan Wahhabi seperti Ibn Taimiyah, Ibn al-Qayyim dan Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi jugap enuh dengan hadits-hadits dha`if dan terkadang pula hadits-hadits maudhu`.

Walhasil hadits dha`if boleh diamalkan berdasarkan pendapat seluruh ulama salaf dan khalaf dalam konteks fadha`il al-a`mal dan sejenisnya.Maka mengamalkan hadits dha`if dalam fadha`il tidak bias dihukumi bid`ah. Terakhir hadits dha`if sama sekali berbeda dengan hadits maudhu. Adalah sebuah kesalahan fatal menyamakan status hadits dhaif dengan maudhu! Wallahu `alam

13 July 2014

Keajaiban Seorang Rasul

Anas bin Malik ra bercerita: Pada suatu hari, Nabi Muhammad Saw mendatangi rumah Fathimah ra. Fathimah pun mengadukan rasa lapar yang dialaminya, "Ayahku! Sudah tiga hari aku tidak merasakan makanan."

Lalu Nabi membuka penutup perut beliau, ternyata di perut beliau ada batu yang diikatkan untuk menahan lapar. Beliaupun bersabda, "Wahai Fathimah! Kalau kamu belum makan selama tiga hari, ayahmu ini sudah empat hari belum makan!"

Lalu Nabi Saw keluar dari rumah Fathimah sambil berkata, "Kasihan Hasan dan Husain kelaparan." Nabi pun terus berjalan sampai akhirnya beliau sampai di sebuah gang kecil di kota Madinah. Lalu beliau bertemu dengan orang Arab pedalaman, sedang orang itu tidak tahu bahwa itu adalah Nabi. Nabi Saw berkata, "Wahai, orang Arab pedalaman! Apakah kamu perlu tenaga untuk membantumu?"

"Ya," jawab orang itu.

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Nabi Saw lagi.

"Mengambilkan air dari sumur," jawab orang itu sembari memberikan timbanya kepada Nabi Saw.

Maka Nabi Saw pun menimba air untuk orang itu. Setelah selesai, orang Arab pedalaman itu memberi Nabi Saw tiga butir kurma sebagai upah. Nabi Saw pun memakan kurma tersebut. Sudah delapan kali Nabi Saw menimba air. Ketika beliau hendak menimba yang kesembilan kalinya, tiba-tiba timbanya terlepas, maka beliau pun berdiri diam terpaku. Lalu orang itu marah-marah menghampiri Nabi Saw sambil menampar muka Nabi. Lalu ia memberi delapan belas butir kurma kepada Nabi Saw. Nabi Saw pun menerimanya. Lalu dengan hanya menggunakan tangan, Nabi Saw mengambil timba dari dalam sumur dan melemparkanya ke arah orang peradalam itu, lalu beliau pergi meninggalkannya.

Untuk beberapa saat, orang Arab pedalaman itu berpikir dan membatin, "Ini adalah benar-benar keajaiban seorang Nabi. Ya, Nabi Muhammad."

Kemudian ia mengambil golok dan segera memotong tangan kanannya yang tadi telah digunakan menampar Nabi Saw, lalu ia terjatuh dan tak sadarkan diri. Beberapa saat kemudian, lewatlah serombongan orang, lalu mereka menyiramkan air ke tubuh orang itu, maka ia pun siuman. Lalu ia ditanya, "Apa yang terjadi padamu?"

Ia menjawab, "Aku telah menampar wajah seseorang. Aku tidak menyangka bahwa orang tersebut adalah Muhammad Saw. Aku takut terkena siksa, maka aku memotong tangan yang aku gunakan menamparnya."

Kemudian dengan tangan kirinya, orang Arab pedalaman itu mengambil potongan tangannya, dan ia pun menunju Masjid Nabawi dan berkata, ``Wahai para Sahabat Muhammad, di mana Muhammad?"

Di dalam Masjid itu ada Abu Bakar, Umar dan Usman. Mereka balik bertanya, "Ada apa engkau menanyakanya?"


"Aku ada kepentingan dengan beliau," jawabnya.

Lalu Salman Al-Farisy mendatangi orang itu dan mengajaknya ke rumah Fathimah. Sementara Nabi sendiri setelah menerima kurma darinya, beliau langsung menuju rumah Fathimah. Beliau kemudian memangku Hasan di sebelah kanan dan Husain di sebelah kiri. Nabi menyuapi Hasan dan Husain dengan kurma yang beliau dapat dari orang pedalaman tersebut. Setelah sampai di rumah Fathimah, orang Arab pedalam itu memanggil Nabi Saw, ``Hai Muhammad!"

Nabi Saw berkata kepada Fathimah, "Lihatlah siapa yang datang?"

Fathimah lalu melihat dari pintu, dan didapatinya ada seorang Arab pedalaman di luar. Dia masih memegangi potongan tangannya yang masih meneteskan darah segar. Fathimah kembali lagi pada Nabi dan menceritakan apa yang dia lihat.

Nabi Saw pun keluar. Ketika beliau telah keluar, maka berkatalah orang itu, "Hai, Muhammad! Maafkanlah aku, karena sesungguhnya aku tidak mengenalimu."

Lalu Nabi Saw bertanya, "Mengapa kamu memotong tanganmu?"

Orang itu menjawab, "Tidak pantas bagiku membiarkan tangan yang telah menampar wajahmu."

Nabi berkata lagi, "Masuklah Islam, maka kamu akan selamat!"

Orang itu berkata, "Wahai, Muhammad! Kalau kamu memang seorang Nabi, maka kembalikanlah tanganku seperti semula!"

Lalu Nabi mengambil tangan tersebut dan meletakkan pada tempatnya semula, melekatkanya, mengusapnya, meludahinya dengan menyebut asma Allah, maka tersambunglah kembali tangan orang Arab pedalaman itu atas izin Allah. Kemudian orang itu pun masuk Islam.
 
=================

Sumber: Jangan Bersedih! 150 cerita Hikmah Penyejuk Hati, Penulis: Mohammad A. Syuropati
 
 

07 July 2014

Makan Kurma …? Ada Caranya…


وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّـتٍ مِّن نَّخِيلٍ وَأَعْنَـبٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ 
          

“Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air.” (Yaasiin : 34)

Dalam Thibbun Nabawi disebutkan oleh Ibnu Qoyyim, kurma bisa termasuk ke dalam jenis makanan, obat atau buah-buahan. Kurma matang bersifat panas pada tingkatan kedua dan kering pada tingkatan pertama, ia dapat meningkatkan hasrat seksual dan memperkuat lambung yang dingin.

Namun di antara berbagai manfaatnya dijelaskan oleh imam Ibnu Qoyyim, kurma yang telah masak (ruthob) juga cepat membusuk (dalam lambung), menyebabkan rasa haus, dapat merusak gigi, merusak darah dan menyebabkan sakit kepala, berbagai penyumbatan serta nyeri di prostat. Lalu bagaimana jika ingin menghindari efek yang tidak menyenangkan ini?

Salah satu resep kesehatan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah mencegah bahaya makanan dan menghindari efek sampingnya dengan mengkonsumsinya bersama makanan lain sehingga dapat meredam bahaya makanan tersebut.

Dalam satu riwayat disebutkan,

“وَكَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَأْكُلُهُ مَعَ الرُّطَبِ” خ

“Nabi SAW pernah memakannya (mentimun) bersama kurma segar.” (H.R. Al-Bukhari).

Mengenai hadits ini Ibnu Qoyyim mengemukakan bahwasannya mentimun itu bersifat dingin pada tingkatan kedua, bisa meredam rasa haus, memiliki aroma yang menyegarkan dan mendinginkan lambung.

Kesimpulannya, kurma bersifat panas sementara mentimun adalah dingin, dan masing-masing akan sesuai dengan yang lainnya, di samping itu akan menetralisir bahaya di antara keduanya.

Pendeknya, menetralisir efek makanan yang bersifat panas dilakukan dengan substansi yang dingin dan juga sebaliknya atau makanan yang bersifat kering dengan yang bersifat lembab dan begitu sebaliknya. Cara ini akan menghasilkan substansi lebih lembut, ini juga dianggap sebagai salah satu metode pengobatan dan tindakan pencegahan terbaik.

Maka berangkat dari teori penyeimbangan unsur, dapat diketahui landasan terhadap kebiasaan makan Rasulullah SAW. Hadits lain yang mengungkapkan hal serupa adalah,



أَنَّهُ كَانَ يَأْكُلُ الْبِطِّيْخَ بِالرُّطَبِ وَيَقُوْلُ : يَدْفَعُ حَرُّ هَذَا بَرْدُ هَذَا، وَبَرْدُ هَذَا حَرُّ هَذَا. رواه ت ود.

“Bahwa beliau pernah makan semangka dengan kurma ruthab, beliau berkata, ‘Menolak yang panas ini dengan yang dingin ini, dan menolak yang dingin ini dengan yang panas ini’.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud).

Maka dengan berlandaskan tuntunan yang ada, teori penyeimbangan unsur makanan akhirnya menjadi kajian yang menarik di mata para ulama yang diberikan petunjuk oleh Allah SWT.

Ibnu Qoyyim menyebutkan dalam Ath-Thibbun Nabawibahwasannya diriwayatkan dengan shahih bahwa Rasulullah SAW biasa menyantap kurma dengan keju, atau menyantapnya dengan roti.

Ibnu Qoyyim juga menyarankan mengkonsumsi sakanjabin(sirup yang terbuat dari madu dan cuka) untuk menetralisir efek samping akibat banyak mengkonsumsi ruthob yang berupa sakit kepala, kelebihan empedu hitam dan merusak gigi.

Selain itu metode peyeimbangan sifat makanan dengan menggunakan makanan lain yang memiliki sifat berlawanan dapat menguatkan potensi (bersifat sinergis) atau menambah manfaat makanan tersebut, sebagai contoh adalah terjadi pada jenis kurma terbaik, yaitu kurma ajwa.

Imam Adz-dzahabi menjelaskan dalam Ath-Thibbun Nabawi,“Kurma ajwa adalah makanan yang bagus lagi mencukupi, jika ditambahkan minyak samin padanya sempurnalah kecukupannya.”

Sedangkan Al-Maqdisi mengatakan tamr (kurma kering) dapat menetralisir Jummar (jantung pohon kurma), juga mengkonsumsibusr (kurma yang hampir masak) diiringi dengan sakanjabin.Wallahu ‘Alam.

====================================

Joko Rinanto

06 July 2014

Tahukah Anda Ajaibnya Buka Puasa Bersama Kurma…?

Tidak salah lagi, kurma sudah pasti jadi makanan favorit khas Ramadhan. Sebagai makanan pembuka, kurma memang berada di urutan paling atas yang dianjurkan oleh Rasulullah saw. Tapi kita mungkin belum begitu mengetahui ada apa di balik buah kurma itu sebenarnya. Manfaat apa saja yang ada dalam buah kurma sehingga Rasul yang menganjurkan kurma sebagai salah satu menu buka puasa kita?

Sejarah kurma

Kurma berasal dari jazirah Arab (Timur Tengah), dan nama latinnya adalah Phoenix dactilyfera. Dinamakan begitu konon karena memang ada hubungannya dengan burung Phoenix yang bisa bereinkarnasi setiap kali ingin mati—Ini kepercayaan orang Mesir dan Yunani kuno.

Beberapa tahun ini, beberapa peneliti Israel mulai melirik untuk membudidayakan pohon kurma (seperti dilansir LiveScience.com). Israel menanam biji kurma yang usianya sampai 2000 tahun. Sampai sekarang, nih pohon baru setinggi 30 cm. Rencananya sih mereka bakal meneliti DNA pohon itu biar tahu bisa tidak pohon zaman purba memberikan manfaat buat kehidupan modern.

Manfaat kurma

Banyak manfaat kurma yang baru terkuak di zaman ini, khususnya buat kesehatan. Dari Salman ibn ‘Aamir, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian akan berbuka puasa, maka berbukalah dengan kurma sebab kurma itu berkah, kalau tidak ada, maka dengan air karena air itu bersih dan suci.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Kenapa mesti kurma? Jika kita berbuka puasa, organ pencernaan kita (khususnya lambung) butuh sesuatu yang lembut biar bisa bekerja lagi dengan baik. Jadi makanannya harus yang mudah dicerna dan juga mengandung gula dan air dalam satu makanan. Tidak ada makanan yang mengandung gula dan air yang lebih baik daripada yang disebutkan oleh hadits Rasul. Nutrisi makanan yang paling cepat bisa dicerna dan sampai ke darah itu adalah zat gula, terlebih makanan yang mengandung satu atawa dua zat gula (kalau tidak glukosa, ya sukrosa).

Nah, untuk hal ini kurma adalah makanan yang paling baik. Kurma mengandung zat gula yang tinggi yaitu antara 75-87% dan glukosanya sebanyak 55%, fructose (fraktosa) 45% lebih tinggi dari jumlah protein, minyak dan beberapa vitamin (seperti vitamin A, B2, B12), dan sejumlah zat penting laen kayak kalsium, phosphor, potassium, sulfur, sodium, magnesium, cobalt, seng (zinc), florin, nuhas (tembaga), salyolosa, dan sebagainya. Fraktosa bakal diubah jadi glukosa dengan cepat dan langsung diserap oleh organ pencernaan, lantas dikirim ke seluruh tubuh, khususnya ke organ-organ inti seperti otak, syaraf, sel darah merah, dan sel pembersih tulang.

Seperti yang kita ketahui, di ujung puasa kita setiap harinya, glukosa dan insulin dalam darah yang datang ke katup hati akan bergetar. Artinya proses buka puasa kita bakal meminimalisir pemakaian glukosa yang diambil dari organ hati dan sel-sel ujung (seperti otot-otot en sel syaraf) jadi sesuatu yang bisa menghilangkan setiap zat yang terkandung dalam gelokogen hati. Saat-saat seperti ini, organ-organ sangat bergantung untuk mendapatkan energi dari CO2 (karbondioksida) kimiawi dan oksida glukosa yang terbentuk dalam hati dari asam amino dan gleserol.

Jadi, melentur dan memanjangnya organ penyerap makanan jadi sangat berarti. Maksudnya, penyerapan glukosa yang cepat di dalam katup pembuluh darah vena di hati akan masuk ke dalam organ hati untuk pertama kalinya, kemudian masuk ke sel otak, organ pencernaan, otot-otot, dan seluruh jaringan tubuh yang laen. Makanya, zat gula itu makanan terbaik buat tubuh karena bisa menghentikan oksidasi karbon kimiawi, memangkas zat-zat berbahaya dalam tubuh, dan bisa meminimalisir lemahnya serta gemetarnya organ pencernaan. Cukup rumit ya?

Dr. Hissam Syamsi Basya dalam tulisannya menjelaskan berdasarkan penelitian biokimia, satu kurma yang kita makan itu mengandung air 20-24%, gula 70-75%, 2-3% protein, 8,5% serat, dab sedikit sekali kandungan lemak jenuhnya (lecithine). Lain lagi dengan kurma mengkel (atau Ruthab) yang mengandung 65-70% air, 24-58% zatgula, 1,2-2% protein, 2,5% serat, dan sedikit mengandung lemak jenuh. Dr. Ahmad Abdul Ra’ouf en Dr. Ali Ahmad Syahhat pernah melakukan penelitian kimiawi dan fisiologi terhadap kurma, hasilnya? Menakjubkan! Coba lihat:
Jika kita buka puasa dengan kurma ruthab atawa tamar, persentase kandungan zat gula kita akan naik, artinya bisa membantu mengilangkan penyakit anemia (kurang darah). Oya, ruthab itu artinya kurma yang mengkel, yang masih segar, dan juga matang di pohon. Nah, kalo tamar itu kurma matang kering yang banyak terdapat di Indonesia (misalnya yang banyak dijual di Pasar Tanah Abang, Jakarta).
Waktu lambung kosong karena tidak makan seharian, pas buka, lambung, akan lebih gampang mencerna dan menyerap makanan kecil yang mengandung gula, malah lebih cepat dan maksimal lagi.
Kandungan zat gula dalam ruthab dan tamar (tentunya dalam bentuk kimia sederhana) menjadikan proses pencernaan di lambung jadi sangat mudah, soalnya 2/3 zat gula yang ada dalam tamar dan ruthab bisa meningkatkan kadar gula dalam darah dalam waktu yang singkat.
Selain itu, kita juga tidak perlu minum banyak-banyak lagi sewaktu buka jika kita makan ruthab atau tamar, karena sudah mengandung air 65-70%?! Tetapi sangat tidak dilarang untuk minum pun.

Subhanallah. Tidak heran jika Rasulullah menganjurkan kurma sebagai salah satu makanan pembuka puasa kita yang utama.

04 July 2014

Sedekah Memang Dahsyat

Ketika seorang lelaki sedang berada disebuah padang sahara yang amat luas, tiba-tiba ia mendengar suara yang muncul dari awan , "Siramilah kebun si Fulan!". Awan tersebut kemudian berjalan dan menumpahkan airnya disuatu tanah yang banyak bebatuannya. Ternyata sudah ada selokan-selokan yang menampung semua air itu, lalu mengalir pada satu tempat.

Dan ternyata sudah ada pula seorang laki-laki yang berdiri di kebunnya dan membelokkan aliran air tersebut dengan sekopnya. Kemudian lelaki pertama tadi bertanya kepada pemilik kebun tersebut, "Wahai hamba Allah, siapakah namamu? Ia menjawab "Fulan", nama yang terdengar dari awan tadi ".

Si pemilik kebun balik bertanya , "Wahai hamba Allah , kenapa anda menanyakan nama saya?" Ia menjawab, "Sesungguhnya aku mendengar suara dari awan yang mencurahkan air ini, katanya "Siramilah kebun si Fulan," yaitu nama anda.

Lantas apa yang anda perbuat terhadap kebun ini? Sipemilik kebun menjawab , "Adapun mengenai apa yang engkau katakan itu, karena saya selalu melihat kepada hasil panen yang dikeluarkan oleh kebun ini. Kemudian sepertiganya saya shodakahkan, sepertiganya lagi saya makan bersama keluarga saya,, dan yang sepertiga lainnya saya kembalikan ke kebun ( Yakni sebagai modal untuk mengolahnya lagi -ed) (HR Muslim)

Imam Ibnul Qoyyim mengatakan : "Sesungguhnya shodaqah bisa memberikan pengaruh yang menakjubkan untuk menolak berbagai bencana sekalipun pelakunya orang yang "Fajir" (pendosa), zholim, atau bahkan orang kafir, karena Allah akan menghilangkan berbagai macam bencana dengan perantaraan shadaqoh tersebut. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi umat manusia, baik yang berpendidikan maupun orang yang masih awam. Seluruh penduduk muka bumi sepakat tentang hal ini karena mereka telah mencobanya. ( Al-wa’bilu sh-shoyyib, karya ibnul Qoyyim (1/49)

Beliau menyebutkan tentang sebab-sebab yang bisa melapangkan dada, "Diantaranya adalah berbuat baik kepada orang lain, dan membantu mereka dengan sesuatu yang memungkinkan untuk diberikan, baik berupa harta , jabatan, fisik dan berbagai macam kebaikan lainnya. Karena orang yang dermawan lagi suka berbuat baik adalah orang yang paling lapang dadanya, paling bagus jiwanya, dan paling tentram hatinya. Sedangkan orang yang bakhil yang tidak memiliki kebaikan dalam dirinya adalah orang yang paling sempit dadanya, paling susah hidupnya, dan paing besar kesedihan maupun gundah gulananya ( Zadu ’l-Ma’ad, karya Ibnul qoyyim (2/24)

Beberapa ayat dan hadis tentang shodaqah : "Orang-orang yang menafkahkan hartanya dimalam dan siang hari secara sembunyi dan terang- terangan , maka mereka mendapat pahala disisi Robbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak(pula) mereka bersedih hati (Qs Al- baqarah :274)

"Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuk nya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak (Al - Hadid :11)

"Katakanlah , sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa saja yang dikehendakinya) . Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantikannya dan Dialah Pemberi Rezeki yang sebaik-baiknya"

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa nabi bersabda "Tiada hari yang dilewati oleh semua hamba kecuali pada pagi harinya ada dua malaikat turun. Kemudian salah satu dari malaikat tersebut berkata, "Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak." sedang malaikat yang satunya lagi berucap, "Ya Allah, hilangkanlah harta orang yang tidak mau bershodaqah (bakhil)" ( HR Bukhari)

Rasullulah SAW bersabda : "Adakah diantara kalian yang lebih mencintai harta untuk ahli warisnya daripada hartanya sendiri? "Mereka para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah , tidak ada seorangpun diantara kami kecuali lebih mencintai hartanya sendiri." Beliau bersabda , "Sesungguhnya hartanya yang sebenarnya adalah yang telah ia persembahkan (infakkan) . Sedangkan harta untuk ahli warisnya adalah yang tidak ia infakkan. "(HR Bukhari)

Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah berkata :" Setiap orang pada hari kiamat nanti akan berada dibawah naungan shodaqahnya, sehingga Allah memisahkan diantara manusia." atau beliau bersabda, "Sehingga Allah memutuskan diantara manusia" (diriwayatkan oleh Ahmad dan di shohihkan oleh Al-Albanni dalam shohihu t-Tharghib wa t -Tarhib)

Diriwayatkan dari Abu Huroiroh bahwa Rasulullah bersabda : "Seorang hamba berkata , ’Hartaku, hartaku’ Sesungguhnya harta yang ia punyai itu hanya ada tiga , yaitu apa yang dia makan kemudian habis, apa yang ia pakai kemudian usang , dan apa yang ia berikan kemudian ia mendapatkan pahalanya. Sedangkan yang selain itu akan hilang dan ia tinggalkan untuk orang lain (diwariskan)"

(Sumber : Kholid Bin Sualaiman Ar-Robi "Shodaqoh Memang Ajaib")