Seringkali saya melihat sebuah peristiwa di jalan
raya yang sangat memilukan. Sebuah peristiwa kecelakaan lalu-lintas.
Biasanya antara sebuah sepeda motor dan sebuah mobil. Baik mobil
angkutan umum maupun kendaraan berat lainnya.
Peristiwa yang sering terjadi ini, karena si
pengendara motor yang mengejar waktu, agar tidak terlambat ke tempat
tujuannya. Atau juga sopir angkot yang tergesa-gesa langsung
meminggirkan kendaraan di sebabkan adanya penumpang yang tiba-tiba minta
di turunkan secara mendadak. Hingga kendaraan yang dari arah belakang
mobil, harus berhenti atau mendadak mencari celah agar tidak menabrak
angkot di depannya.
Jika kecelakaan itu mengakibatkan manusia
kehilangan nyawanya, maka bisa dikatakan ada dua kesimpulan yang bisa
diberikan pada si mayat. Bila dia mengendarai kendaraannya karena sifat
ketergesaan dan tidak mematuhi peraturan lalu-lintas, maka tentu saya
bisa memberikan kesimpulan bahwa dialah yang menjemput maut. Karena dia
lalai untuk berjalan sesuai prosedur berlalu-lintas.
Lain lagi bila si korban adalah orang yang bersikap
sebaliknya. Dia berusaha untuk patuh berlalu-lintas di jalan raya dan
bersikap hati-hati dalam mengendarai kendaraannya. Maka kesimpulan yang
bisa di berikan : dia di jemput oleh maut.
Menjemput dan di jemput maut, memang sama-sama
berakhir pada hilangnya nyawa seseorang. Tapi perlu di waspadai, bila
kitalah yang mendatangi maut, maka bisa saja itu berkonotasi bunuh
diri.( terkecuali bila kita datang menjemput maut untuk meraih syahid di
jalan Allah, ).
Seperti seseorang yang suka memakan sesuatu yang
tidak boleh dimakannya, karena alasan penyakitnya. Penyakit seperti
tekanan darah tinggi, yang harus memerhatikan kadar garam yang di
konsumsinya, misalnya Ataupun seorang perokok yang tahu bahwa asap rokok
membahayakan jiwanya sendiri dan orang di lingkungannya.
Hal-hal kecil yang nampak sepele untuk kita
abaikan, mungkin akan berakibat fatal akan kesehatan kita. Memang sih
urusan maut, Allah Swt. yang mempunyai wewenang. Tapi, kita sebagai
manusia yang diciptakan dengan akal yang baik, tentu saja harus tahu apa
yang boleh dilakukan untuk menjaga kesehatan.
Ada sebuah kisah yang menyedihkan. Seorang karyawan
sebuah perusahaan yang bertugas sebagai sopir kendaraan mengangkut
karyawan pagi dan sore hari. Pada suatu pagi ( mungkin masih jam enam ),
dia memarkir mobilnya di sebuah pinggir jalan raya. Penempatan mobilnya
sesuai aturan. Hingga ada seorang anak muda dari arah yang berlawan
arah dengan arah mobil yang di parkir. Anak muda ini mengendarai
motornya dengan kecepatan tinggi. Apa yang terjadi? Dia menabrak mobil
yang sedang diam tersebut, yang akhirnya membuat pengendara motor
tersebut meninggal dunia, dan orang yang diboncengnya luka parah.
Bagaimana komentar orang? Mereka menyesalkan sikap
anak muda tersebut. Terlihat baru pulang dari begadang. Ternyata motor
yang dikendarainya pun adalah pinjaman. Tapi naas bagi sopir mobil
tersebut. Dia tetap harus masuk penjara untuk beberapa bulan. Saya juga
tidak tahu persis bagaimana proses hukumnya. Tapi yang jelas anak muda
yang telah lalai menaati peraturan lalu lintas itu, selain menjemput
mautnya sendiri ternyata membuat orang lain juga menderita.
Oleh karena menjemput dan di jemput maut adalah
sama pada akhirnya, ternyata berbeda pada prosesnya. Yah sebuah proses
yang terjadi tergantung pada manusianya. Apakah memang dia selalu
berhati-hati, ataukah memang dia sendiri lalai..
Semoga tulisan ini dapat membuat kita dapat lebih
berhati-hati dalam bersikap, terutama dalam hal mengendarai kendaraan.
Karena yang kita inginkan adalah maut sendiri yang menjemput kita
tentunya.
=======================
Ambe.mardiah@gmail.com
No comments:
Post a Comment