Suatu hari seorang ibu berbelanja di sebuah toko swalayan. Setelah memilih-milih barang dan memasukkan ke keranjang belanja, si ibu menuju ke kasir untuk membayar semua barang yang akan dibelinya. Semua lancar dan baik-baik saja hingga saat dia melihat harga di komputer yang ternyata berbeda dengan harga yang tercantum di rak. Harga di komputer lebih mahal daripada bandrol yang ada di rek barang. Si ibupun protes. Namun menurut kasir, harga barang yang valid adalah yang dikomputer. Si ibupun kecewa karena merasa dibohongi. Entahlah, apakah dalam hal ini si penjual khilaf karena lalai menyesuaikan harga di rak dan di komputer. Atau memang mereka sengaja?
Kebohongan lain yang mungkin dilakukan oleh penjual adalah dengan memanipulasi timbangan atau takaran. Beberapa penjual yang tidak jujur, mengambil keuntungan lebih dengan membohongi pembelinya. Penjual tidak jujur biasa memodifikasi timbangan mereka agar dapat mencuri berat dari pembelian. Hal ini juga sering terjadi di SPBU. Meteran pompa bensin mereka dimodifikasi agar bisa mencuri, sehingga apa yang dibayarkan pembeli lebih banyak dari yang seharusnya.
Beberapa pedagang berbohong menutup-nutupi keburukan barangnya dengan mengatakan barangnya bagus. Bahkan beberapa pedagang mencampur antara barang kualitas buruk dengan yang bagus seperti pada pedagang buah yang mencampur buah dukuh yang manis dengan yang kecut. Pembeli kemudian kecewa berat saat ternyata barang yang mereka beli tidak sesuai dengan harapan dasar mereka.
Sementara pedagang lain membohongi pembelinya dengan mengatakan kalau harga penawaran calon pembelinya itu baru modalnya dengan mengatakan, “Wah ghak bisa Pak/Bu. Harga segitu baru modal saya” walau sebenarnya modalnya jauh di bawah harga yang ditawarka. Tujuannya agar si pembeli menaikkan harga penawarannya.
Saya cukup respek dengan sebuah super market yang mencantumkan pengumuman cukup besar, yang memberikan jaminan kepastian harga yang sesuai antara rak dengan di komputer. Bahkan super market tersebut memberikan janji, bila harga yang tertera di komputer lebih mahal daripada harga yang tercantum di rak, maka produknya akan DIGRATISKAN. Entahlah. Saya juga tidak pernah berharap mereka teledor dan menggratiskan barangnya untuk saya.
Pembeli yang Berbohong
Keinginan untuk mendapatkan harga barang semurah mungkin, wajar dimiliki oleh pembeli. Biasanya pembeli akan menanyakan harga barang kemudian memberikan harga penawaran kepada penjual. B ila dalam proses akhir negosiasi terjadi kesepakatan harga, maka si pembeli melanjutkan dengan proses transaksi jual-beli.
Sayangnya, pembeli juga ada yang berbohong. Seolah-olah, halal-halal saja berbohong untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga barang. Biasanya untuk menekan harga, si pembeli akan mengatakan kepada penjual, “Wah kok mahal Mbak kaosnya? Tadi saya di toko sebelumnya dapat harga 22 ribu per buah.” Tentu saja kebohongan pembeli model begini memaksa si penjual menurunkaan harganya lagi sampai pada level yang masih tetap menguntungkan. Mengapa harus berbohong untuk mendapatkan keuntungan yang bahkan mungkin tidak seberapa.
Sebesar dan sekuat apapun keinginan Anda untuk mendapatkan keuntungan, tetap hindari untuk tidak berbohong. Keuntungan yang kita dapatkan dari berbohong, tidak sebanding dengan runtuhnya etika dan moral kita sebagai manusia.
Al-Quran menyebut mereka yang curang dalam berdagang atau jual-beli sebagai Al-Muthaffifiin, yaitu mereka adalah orang-orang yang jika menerima takaran mereka minta ditambah dan jika mereka menimbang atau menakar mereka mengurangi.
Pembeli yang Berbohong
Keinginan untuk mendapatkan harga barang semurah mungkin, wajar dimiliki oleh pembeli. Biasanya pembeli akan menanyakan harga barang kemudian memberikan harga penawaran kepada penjual. B ila dalam proses akhir negosiasi terjadi kesepakatan harga, maka si pembeli melanjutkan dengan proses transaksi jual-beli.
Sayangnya, pembeli juga ada yang berbohong. Seolah-olah, halal-halal saja berbohong untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga barang. Biasanya untuk menekan harga, si pembeli akan mengatakan kepada penjual, “Wah kok mahal Mbak kaosnya? Tadi saya di toko sebelumnya dapat harga 22 ribu per buah.” Tentu saja kebohongan pembeli model begini memaksa si penjual menurunkaan harganya lagi sampai pada level yang masih tetap menguntungkan. Mengapa harus berbohong untuk mendapatkan keuntungan yang bahkan mungkin tidak seberapa.
Sebesar dan sekuat apapun keinginan Anda untuk mendapatkan keuntungan, tetap hindari untuk tidak berbohong. Keuntungan yang kita dapatkan dari berbohong, tidak sebanding dengan runtuhnya etika dan moral kita sebagai manusia.
Al-Quran menyebut mereka yang curang dalam berdagang atau jual-beli sebagai Al-Muthaffifiin, yaitu mereka adalah orang-orang yang jika menerima takaran mereka minta ditambah dan jika mereka menimbang atau menakar mereka mengurangi.
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
(QS. Al-Muthaffifin: 1-3)
Mahasuci Allah. Wallahualam Bishawab…