Puasa itu ibarat selembar kertas putih, hingga kita melakukan banyak kekhilafan dan kertas-kertas itu berlubang, terus berlubang hingga dia sobek seketika tanpa kita sadari. Dan dari semua kekhilafan tersebut yang paling banyak dan mudah kita lakukan adalah apa yang keluar dari lisan kita."
Kita tidak pernah merasakan bagaimana sakitnya perasaan orang-orang yang tidak bersalah, dikarenakan lisan kita. Hingga Allah menunjukkan kepada kita bagaimana rasanya ketika kekurangan-kekurangan kita diceritakan kepada orang banyak.
Di waktu yang lain kita pun tidak sadar bahwa semakin sering kita menceritakan keburukan orang lain maka semakin terlihatlah siapa diri kita yang sebenarnya. Amal ibadah tidak bisa dibilang banyak justru semakin tertinggal karena terus- menerus melakukan kealphaan. Yang perlu kita tanyakan pada diri kita adalah, "bagaimana jika saudara kita tidak ridha atas apa yang kita lakukan, kemudian Allah mendengar
isi doanya, bukankah Allah Maha mengetahui mana yang berbuat dzalim dan mana yang tidak."
Mari rebut keberkahan kehidupan kita dan keluarga dengan berhati-hati terhadap lisan. Barangkali tidak semudah membalik telapak tangan, tapi mari belajar berpuasa, tidak hanya menahan hawa nafsu dan amarah namun juga menjaga lisan.
Lisan, salah satu anggota tubuh kita yang akan dikunci di hari akhir dan hanya akan berbicara yang benar kepada Rabb- Nya ketika diminta. Lisan kita siap membuka segala aib yang kita perbuat terhadap saudara kita hingga Allah membalas dengan seadil-adilnya, dan dia siap membela segala kebaikan dari lisan baik, yang menjaga aib saudaranya yang lain. Semoga bisa menjadi nasihat buat diri saya pribadi dan kita semua. Amin.
No comments:
Post a Comment