Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suka memulai dari
sebelah kanan saat mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci, &
dalam seluruh aktifitas beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5926 & Muslim no. 268)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila salah seorang dari kalian memakai sandal,
hendaknya memulai dengan yang kanan, & apabila dia melepas hendaknya
mulai dengan yang kiri. Hendaknya yang kanan pertama kali mengenakan
sandal dan yang terakhir melepasnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5856 &
Muslim no. 2097)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberi minum susu
campur air, sementara di sebelah kanan beliau ada seorang badui dan di
sebelah kiri beliau ada Abu Bakr. Maka beliau minum kemudian beliau
berikan (sisanya) kepada orang badui tersebut. Beliau bersabda:
“Hendaknya dimulai dari sebelah kanan dahulu dan seterusnya.” (HR.
Al-Bukhari no. 5619 & Muslim no. 29029)
Dari Abdullah bin ‘Umar radhiallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia
makan dengan tangan kanannya. Jika dia minum maka hendaknya juga minum
dengan tangan kanannya. Karena setan makan dengan tangan kirinya dan
minum dengan tangan kirinya pula.” (HR. Muslim no. 3764)
Penjelasan ringkas:
Memulai dengan yang kanan pada seluruh amalan-amalan yang sifatnya amalan kemuliaan merupakan salah satu di antara tuntunan Islam yang mulia. Ini menunjukkan bagaimana keuniversalan Islam karena menyinggung masalah yang mungkin dianggap remeh banyak orang, yaitu dalam mengerjakan sesuatu apakah dimulai dari yang kanan atau yang kiri, menggunakan tangan kanan atau tangan kiri, menggunakan kaki kanan atau kaki kiri.
Adapun hikmah dianjurkannya memulai dengan yang kanan pada amalan-amalan yang sifatnya kemuliaan, karena kanan itu lebih mulia daripada kiri.
Memulai dengan yang kanan pada seluruh amalan-amalan yang sifatnya amalan kemuliaan merupakan salah satu di antara tuntunan Islam yang mulia. Ini menunjukkan bagaimana keuniversalan Islam karena menyinggung masalah yang mungkin dianggap remeh banyak orang, yaitu dalam mengerjakan sesuatu apakah dimulai dari yang kanan atau yang kiri, menggunakan tangan kanan atau tangan kiri, menggunakan kaki kanan atau kaki kiri.
Adapun hikmah dianjurkannya memulai dengan yang kanan pada amalan-amalan yang sifatnya kemuliaan, karena kanan itu lebih mulia daripada kiri.
Sangat banyak dalil-dalil yang menunjukkan hal ini, di antaranya:
1. Kedua tangan Allah Ta’ala adalah kanan. Berdasarkan hadits Abdullah bin Amr bin Al-Ash: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar
(panggung) yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar-Rahman ‘Azza wa
Jalla -sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan-: Yaitu orang-orang
yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga, dan adil dalam
melaksanakan tugas yang di bebankan kepada mereka.” (HR. Muslim no.
3406)
2. Kebiasaan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memulai setiap aktifitasnya dengan yang kanan.
3. Karena menggunakan tangan kiri dalam makan adalah perbuatan
menyerupai setan, padahal Islam telah mengharamkan seseorang itu serupa
dengan setan.
4. Nabi shallallahu alaihi wasallam mendahulukan orang yang di
sebelah kanan beliau padahal dia hanyalah arab badui & mengundurkan
orang yang ada di sebelah kiri beliau padahal di situ ada Abu Bakr.
5. Dalam wudhu anggota wudhu yang kanan lebih didahulukan untuk dicuci daripada yang kiri.
6. Dan masih banyak dalil-dalil lainnya.
Karenanya disunnahkan seseorang untuk mulai dengan yang kanan pada
setiap amalan kemuliaan, seperti: Masuk masjid mulai dengan kaki kanan
dan keluar dengan kaki kiri, masuk ke kamar kecil dengan kaki kiri dan
keluar darinya dengan kaki kanan, menyentuh kemaluan dengan tangan kiri,
bersiwak dengan tangan kanan. Wallahu a’lam
=============================
sumber: www.al-atsariyyah.com tags: Alaihi Wasallam, Abu Hurairah,
sumber: www.al-atsariyyah.com tags: Alaihi Wasallam, Abu Hurairah,
No comments:
Post a Comment