14 January 2013

Hidup Adalah Perjuangan

Dulu, ada seorang raja yg mengatakan pada seorang penunggang kuda, bahwa jika dia bisa menjelajahi daerah seluas apapun, maka raja akan memberikan kepadanya daerah seluas yg sanggup dijelajahinya itu. Kontan si penunggang kuda itu melompat ke punggung kudanya dan melesat secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin.

Dia melaju dan terus melaju, melecuti kudanya untuk lari secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin. Ketika lapar dan letih, dia tidak berhenti untuk makan dan minum karena dia mau memiliki tanah yg maha luas.

Akhirnya tibalah ia pada suatu tempat setelah berhasil menjelajahi daerah cukup luas, tetapi ia sudah sangat lelah dan hampir mati. Lalu dia berkata terhadap dirinya sendiri, "Mengapa aku paksa diri begitu keras untuk menguasai tanah yg seluas ini? Kini aku sudah sekarat, dan hampir mati dan aku ‘hanya’ butuh tanah seluas 2 METER untuk menguburkan diriku sendiri.

Cerita ini mirip dengan perjalanan hidup kita. Kita cenderung memaksa diri sangat keras tiap hari untuk mencari uang, kekuasaan, dan keyakinan diri. Kita cenderung mengabaikan kesehatan kita, waktu bersama keluarga, dan kesempatan mengagumi keindahan di sekeliling kita, hal-hal yg ingin kita lakukan.

Kita cenderung mengabaikan kehidupan rohani kita. Kita cenderung tidak memikirkan dengan serius hidup kita sesudah mati. Anda percaya ada kehidupan sesudah mati? Suatu hari ketika kita menoleh ke belakang, “kita akan melihat betapa kita tidak membutuhkan sebanyak itu, tapi kita tidak mampu memutar mundur waktu atas semua hal yg tidak sempat lakukan”.

Maka dengan tulus dari kesadaran diri masing-masing, luangkanlah waktu memikirkan sejenak mengenai “Perjalanan Hidup Sesudah Mati”. Karena kehidupan setelah kematian adalah kehidupan yang ‘sesungguhnya’ (Q.S. Al-Ankabuut: 64), bukankah kehidupan di bumi ini memiliki relativitas waktu sangat mendekati (nyaris) NOL jika dibandingkan dengan waktu akhirat? (“SEKEJAP SAJA”). Lagi pula kesenangan dunia hanyalah tipuan yang memperdaya (“KESENANGAN SEMU YANG AMAT PAYAH”), dan cuma senda gurau & main-main saja (Q.S. Al-An’aam: 32).

Dan ketika permulaan Hari Kiamat telah datang (“KIAMAT DALAM SAINS & ISLAM”), maka ‘Hari Penyesalan’ tiba. “Semua manusia diliputi rasa gelisah & penderitaan yang tidak terperi dan tak kuasa menahannya” (penggalan H.R, Bukhari Muslim). Kengerian yang amat menusuk (“KENGERIAN TERAMAT SANGAT HARI KIAMAT”). Perhitungan & pembalasan yang sempurna (Q.S. Al-Baqarah: 281), sangat sempurna dan kekal (“TAK KAN TERBAYANG LAMANYA WAKTU AKHIRAT”),

Kita dan semua umat muslim perlu berhati-hati dengan ayat berikut:

“Maka tatkala mereka ‘melupakan peringatan yang telah diberikan’ kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, KAMI SIKSA MEREKA DENGAN SEKONYONG-KONYONG, MAKA SEKETIKA ITU MEREKA TERDIAM BERPUTUS ASA.“ (Q.S. Al-An’aam: 44)

Akhir kata,
“Ilmu pasti bukanlah 1+1=2, tetapi sebenar-benar ilmu pasti adalah kematian dan Hari Kiamat”.

No comments:

Post a Comment