Menurut keyakinan, wallahu a'lam, Allah MEMANG mewajibkan semua itu. Namun demikian, Dia mengetahui keadaan kita bahwa kita tidak akan mampu melakukannya. Seandainya kita mengerjakan shalat sebanyak 50 kali, sementara sehari semalam hanya ada 24 jam, berarti kita SETIAP SETENGAH JAM sekali kita akan mengerjakan shalat (tepatnya 28 menit 48 detik).
Misalnya, dari 24 jam yang ada, lalu kita kurangi 6 jam untuk tidur, berarti kira-kira SETIAP 20 MENIT kita akan mengerjakan shalat (tepatnya 21 menit 36 detik). Berdasarkan perhitungan ini, apabila seorang lelaki melakukan shalat di masjid, ia TIDAK AKAN meninggalkan masjid karena waktu shalat sangat dekat, sementara seorang wanita tidak akan meninggalkan mushallanya karena alasan yang sama. Dengan demikian, kapankah waktu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup dan di manakah tanggung jawab kehidupan dan tuntunan-tuntunannya?
Kalau begitu, apa tujuan diwajibkannya shalat 50 kali kemudian diringankan bagi kita dan diringkas menjadi lima? Ia tak disebutkan secara serampangan. Allah Mahasuci dari semua itu, Dia Mahabijaksana dalam segala firman dan perbuatan-Nya.
Hikmahnya, wallahu a'lam, secara lahir ialah Dia ingin menjelaskan kepada para hamba-Nya bahwa Dia tidak menciptakan mereka di dunia ini, KECUALI hanya untuk beribadah kepada-Nya. Karena itu, Dia mewajibkan shalat DAN MENYUKAI PENAMBAHAN BILANGANNYA sebatas kemampuan. Dengan demikian, hadits tersebut menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengukuhkan TUJUAN penciptaan manusia, yakni beribadah.
2. Menjelaskan keutamaan shalat fardhu atas shalat lainnya, serta memotivasi memperbanyak SHALAT SUNNAH dan seluruh bentuk ibadah sesuai kemampuan.
Semua ini menjelaskan bahwa “asal penciptaan MAKHLUK*” ialah untuk beribadah (Adz-Dzaariyaat 56). Maksud "ibadah" di sini ialah IBADAH MAHDHAH yang murni karena Allah.
*MAKHLUK; semua makhluk! dari bangsa manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda alam semesta, dari golongan yang tampak maupun yang tidak tampak, malaikat, jin, bahkan IBLIS (meskipun iblis yang dahulu 'ketaatan & kedudukannya lebih tinggi dari malaikat' menjadi membangkang setelah Adam muncul), yang besar dan yang kecil, yang benar-benar hidup dan yang seolah mati. Dalam fisika-astronomi, bahkan planet itu pun sebenarnya hidup! Ia makan dengan memakan planet lain (dalam kurun waktu yang sangat lama). Dan 'semua bertasbih' (fi'il mudhari', dan sudah barang tentu fi'il madhi) menurut cara masing-masing yang telah dikehendaki SANG PENCIPTA PALING SEMPURNA. Apakah kita tidak malu dengan ‘batu’ itu???
Misalnya, dari 24 jam yang ada, lalu kita kurangi 6 jam untuk tidur, berarti kira-kira SETIAP 20 MENIT kita akan mengerjakan shalat (tepatnya 21 menit 36 detik). Berdasarkan perhitungan ini, apabila seorang lelaki melakukan shalat di masjid, ia TIDAK AKAN meninggalkan masjid karena waktu shalat sangat dekat, sementara seorang wanita tidak akan meninggalkan mushallanya karena alasan yang sama. Dengan demikian, kapankah waktu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup dan di manakah tanggung jawab kehidupan dan tuntunan-tuntunannya?
Kalau begitu, apa tujuan diwajibkannya shalat 50 kali kemudian diringankan bagi kita dan diringkas menjadi lima? Ia tak disebutkan secara serampangan. Allah Mahasuci dari semua itu, Dia Mahabijaksana dalam segala firman dan perbuatan-Nya.
Hikmahnya, wallahu a'lam, secara lahir ialah Dia ingin menjelaskan kepada para hamba-Nya bahwa Dia tidak menciptakan mereka di dunia ini, KECUALI hanya untuk beribadah kepada-Nya. Karena itu, Dia mewajibkan shalat DAN MENYUKAI PENAMBAHAN BILANGANNYA sebatas kemampuan. Dengan demikian, hadits tersebut menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengukuhkan TUJUAN penciptaan manusia, yakni beribadah.
2. Menjelaskan keutamaan shalat fardhu atas shalat lainnya, serta memotivasi memperbanyak SHALAT SUNNAH dan seluruh bentuk ibadah sesuai kemampuan.
Semua ini menjelaskan bahwa “asal penciptaan MAKHLUK*” ialah untuk beribadah (Adz-Dzaariyaat 56). Maksud "ibadah" di sini ialah IBADAH MAHDHAH yang murni karena Allah.
*MAKHLUK; semua makhluk! dari bangsa manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda alam semesta, dari golongan yang tampak maupun yang tidak tampak, malaikat, jin, bahkan IBLIS (meskipun iblis yang dahulu 'ketaatan & kedudukannya lebih tinggi dari malaikat' menjadi membangkang setelah Adam muncul), yang besar dan yang kecil, yang benar-benar hidup dan yang seolah mati. Dalam fisika-astronomi, bahkan planet itu pun sebenarnya hidup! Ia makan dengan memakan planet lain (dalam kurun waktu yang sangat lama). Dan 'semua bertasbih' (fi'il mudhari', dan sudah barang tentu fi'il madhi) menurut cara masing-masing yang telah dikehendaki SANG PENCIPTA PALING SEMPURNA. Apakah kita tidak malu dengan ‘batu’ itu???
No comments:
Post a Comment